🌿BC-04

15K 2.9K 718
                                    

Beberapa jam setelah pembicaraan dengan kakek Dayu yang sukses membuat hati Mila berkecamuk, kini gadis itu sudah duduk di atas kursi bambu. Tepatnya di teras belakang rumah, berdua dengan Bayu.

"Mil, jangan diem mulu napa?" seru Bayu tak kuasa menahan suasana hening seperti ini.

"Lah, lo ngapain ngintilin gue? Kan gue udah bilang jangan deket-deket lagi. Ntar Laura salah paham, males gue."

"Gue udah putusin dia."

Sontak Mila-pun menatap Bayu yang duduk di sampingnya. "Ckk, lo makin mempersulit hidup gue aja Bay. Ngapain sih pake acara putus segala?"

"Baru juga pacaran, udah ngekang kayak gitu. Apalagi nikah, bisa-bisa jadi babu rumah tangga gue."

"Jujur Mil, gue paling benci kalau ada orang yang ngelarang gue temenan sama lo. Gue kenal lo lebih lama di banding Laura," sambung Bayu.

Mila menarik satu tangan Bayu, meletakkan kunci di atasnya. "Ini kunci kos-an lo, gue balikin. Makasih banyak-banyak dah."

Satu alis Bayu naik. "Ngapain di balikin? Lo pake aja, kapan-pun lo butuh. Lagipula nyokap, bokap gue juga gak ada permasalahin tuh."

"Gak usah di bahas. Intinya gue kembaliin, dan gue sangat-sangat berterimakasih," kata Mila tak mau menerima penolakan dari Bayu. Ia sadar, baik Bayu beserta keluarganya sudah banyak membantu dirinya.

Akhirnya dengan berat hati laki-laki itu menerima kunci tersebut. "Mil,"panggil Bayu mengubah posisi duduknya, melihat sempurna Mila dari samping.

"Apaan?" balas Mila tanpa mengalihkan perhatiannya dari kolam ikan.

"Lo beneran gak ngerampok tuh berlian?"

Fokus Mila teralihkan, menatap Bayu. "Lo nuduh gue?!"

"Ya kagak. Sensi amat lo."

"Lo kenal gue berapa hari sih Bay?"

"Iya, iya. Maap."

"Gue emang suka malak orang pelit, tapi gue gak pernah ngerampok."

"Lah emang apa bedanya malak sama ngerampok?"

"Ya beda lah." Mila berdecak kesal. "Kalau malak orangnya tau sama kita, kalau ngerampok nyuri yang berakhir ketahuan sama yang punya."

"Yah walaupan sama-sama gak bener sih," lanjut Mila.

Sejujurnya Mila memalak orang kaya pelit tak banyak harta yang di rampas. Dia hanya mengambil paksa sejumlah uang yang nilainya paling banyak lima ratus ribu. Itu-pun bukan untuk dirinya sendiri, ia bagi tiga.

Sebagian untuk bayar hutang Sadil bapaknya, sebagian untuk anak jalanan, dan sebagian lagi untuk dirinya sendiri. Ia terpaksa mengambil profesi yang di turunkan bapaknya, sebab tak ada satupun orang yang mau menerimanya untuk bekerja.

Sekalinya ada, baru dua hari sudah di pecat ketika tahu dia anak dari seorang Sadil, nara pidana senior. Dunia memanglah kejam.

"Gue bisa bantu apa?" tanggap Bayu.

"Gak ada yang bisa lo bantu. Cepat atau lambat itu polisi pasti nemuin gue. Ini Bali, bukan Jakarta," gumam Mila. Wajahnya tampak sangat sendu.

Bayu menghela napas. "Bapak lo emang kebangetan Mil. Bajingan, anaknya sendiri di jadikan santapan."

Mila terdiam sejenak sebelum menceritakan sesuatu. "Bay."

"Oek."

"Masa Kakek nyuruh gue tinggal di pesantren-"

"HAH!"

BUGH

Sebuah tabokan mendarat di punggung Bayu. "Mulut lo bau! Beh."

Banana CintaМесто, где живут истории. Откройте их для себя