🌿BC-21

11.4K 2.8K 1.3K
                                    

"Emangnya lo suami gue?" Mila tertawa. "Ya nikahin dulu baru bisa nanya kayak gitu. Ah elah, gimana sih lo."

"Berarti kamu mau saya nikahi?"

"Jaminannya apa kalau gue mau nikah sama lo?"

"Maunya kamu apa?"

Gadis si pemilik dua lesung pipi itu tampak berpikir. "Bukti kalau lo emang benar-benar cinta sama gue."

"Sebab, kalau gue udah percaya sama satu orang maka gue akan kasih seluruh hati gue buat dia."

Untuk kesekian kalinya Husein tersenyum. "Rasa cinta saya kepadamu bagaikan air laut, ada kalanya pasang surut. Tapi kamu juga harus tau, bahwa air laut gak akan pernah berubah rasa."

"Emang lo gak malu nikah sama perempuan yang umurnya jauh lebih tua dari lo?" Jujur, ini adalah salah satu hal yang membuat Mila merasa ciut. Ia insecure dengan gadis yang bernama Melin, dia juga insecure dengan putri Kyai yang benama Syanum.

Mungkin untuk Melin sendiri Mila yakin jika keduanya tak akan ada rasa karena mereka masih ada ikatan sepupu.

Yang menjadi bahan keraguan Mila adalah Syanum, selain anggun, pintar dan sholeha. Dia juga salah satu tim perawat di salah satu rumah sakit.

"Memangnya kamu malu punya suami yang umurnya jauh lebih muda dari kamu?" Husein balik nanya.

"Gue insecure, Sein. Disaat diluar sana masih banyak cewek cantik dan sholeha yang jauh lebih muda, lo malah milih gue yang penuh kekurangan," dengus Mila.

"Insecure cuma buat manusia yang gak bersyukur. Saya gak malu punya istri seperti kamu. Mila manis, apalagi kalau lagi senyum. Kamu tau?" Kepala Mila menggeleng.

"Saya lebih menghargai orang yang beradab, daripada orang yang berilmu tapi tak punya adab. Jadi, mulai sekarang saya akan ajari kamu bagaimana beradab kepada sesama," sambungnya.

Mila memperhatikan Husein lekat. "Gak percaya gue, semua omong kosong."

Dahi Husein berkerut. "Omong kosong bagaimana?"

"Iya, lo omong kosong kalau lo cinta sama gue, mau jadi suami gue. Buktinya mana? Kenalin orang tua lo ke gue aja enggak. Kenapa? Pasti takut mereka gak ngerestui?" Mila memalingkan wajah. "Udah gue duga sih, gue juga gak mau ngarep terlalu tinggi."

"Kata siapa? Mereka setuju. Kamu mau kenalan sama bunda sekarang?" tanya Husein santai.

Kepala Mila menggeleng spontan. "Enggak, gak mau."

Sungguh, Mila benar-benar belum siap untuk bertemu dengan kedua orang tua Husein, sekalipun dari sambungan video call. Biar begini ia masih memiliki rasa malu.

"Kok gak mau, bukannya kamu sendiri yang minta?"

"Ya malu lah."

"Ketemu bunda malu, tapi dihukum didepan para santri gak malu," ledek Husein.

Mila mendengus kesal. "Gimana gak emosi kalau tiap hari lo ngeledekin gue mulu."

"Tapi kan lama-lama cinta."

"Enggak, siapa juga yang cinta. Perasaan gue masih sama."

"Masa? Coba tatap mata saya," serunya.

Mila memalingkan wajah spontan kala Husein memandang wajahnya. "Katanya gak cinta, tapi buang muka. Gak usah gengsi, kalau cinta bilang cinta. Emang kamu mau cinta saya pindah kelain hati?"

Kepala Mila menggeleng. "Gimana bisa gue berani natap, kalau mata dia aja cantik banget," puji Mila dalam hati.

"Saya suka kamu yang sekarang, lebih nurut."

Banana CintaWhere stories live. Discover now