🌿BC-27

11.4K 2.7K 945
                                    

Ba'da sholat dzuhur Mila sengaja berdiam diri, pulang paling akhir demi menunggu Husein. Harap di maklumi, biasanya Husein akan keluar masjid paling akhir.

Ajakan demi ajakan dari beberapa santri ia tolak, bahkan Daniar pun juga turut mengajak ia untuk keluar masjid juga di tolak dengan alasan serupa.

Satu persatu santri mulai berhamburan, yang tadinya tubuh Husein tak terlihat kini mulai terlihat. Mila memandang punggung suaminya, ia tak menyangka Husein lah yang menjadi nahkodanya.

Tak berapa lama ia melihat laki-laki itu beranjak. Di perhatikan penghuni masjid hanya mereka berdua.

Wajah Husein tampak bingung, ia menghampiri istrinya. Seperti biasa ia mengulurkan tangan dan di sambut hangat oleh sang empu.

Setelah mencium kening Mila, Husein pun bertanya. "Tumben masih disini?"

"Sengaja," jawab Mila sembari mengerutkan dahi.

"Mau apa emang?"

"Mas, tadi Galih bilang mulai nanti malam ada pasar malam, gak jauh dari sini."

Seketika Husein tersenyum mendengar Mila memanggil dirinya dengan sebutan Mas. Perlu di garis bawahi, ini kali pertama wanita itu mau memanggil dirinya Mas. "Terus?"

Mila meringis. "Entar kita kesana ya."

"Gak bisa, Mas harus ngajar ngaji santri," tolak Husein.

Senyum Mila luntur, tergantikan dengan wajah kecewa. "Kan masih banyak ustad ustadzah yang ngajar disini."

"Tapi Mas gak bisa Ning."

"Sekali aja gak bisa?"

Kepala Husein menggeleng pelan. "Ini udah tanggung jawab Mas."

"Berarti kamu gak mau?"

"Bukan gak mau, tapi gak bisa," kata Husein lembut.

Segitu sibuknya Husein, sekedar di ajak keluar sebentar saja tak bisa. Mata Mila berkaca-kaca, ia tak tahu kenapa sekarang mudah baper. Permintaan di tolak sedikit saja sudah sakit hati, ingin menangis.

"Itu sama aja."

Melihat istrinya berlinang air mata Husein menghela napas. "Ya udah, besok ya. Tapi jangan nangis, Mas gak suka."

"Tapi aku maunya nanti malam, Sein. Gak mau besok."

Ibu jari Husein mengusap jejak air mata Mila. "Gak bisa sayang. Besok ya?" tolaknya untuk kesekian kalinya, tentunya dengan nada lembut.

Wanita itu berdecak. Sungguh ia tak mau besok, ia menginginkan nanti malam. Besok sudah tak ingin lagi. "Ya udah kalau kamu gak mau, biar aku suruh Galih yang temenin."

Husein terdiam, mencerna ucapan istrinya. "Ning!" panggilnya.

Mila tak menanggapi panggilan Husein, entah lah ia sangat kesal permintaannya tak dipenuhi. Ia juga bingung kenapa bisa begini, biasanya sama sekali tak pernah bersikap sekeras kepala ini, apalagi bersikap manja.

wanita itu benar-benar mencari Galih. "Galih! Gal!"

Ia berdecak. "Ckk, mana sih ini bocah. Tiba-tiba ilang, tiba-tiba muncul."

"GALIH!" teriaknya lebih nyaring.

"Apa woy, jangan teriak-teriak, kuping gue masih waras," sambar Galih mendatangi Mila.

"Kenapa?" tanya nya.

"Tanggung jawab!" tuding Mila.

Mata Galih membola. "Heh! Bukan gue yang hamilin lo."

Banana CintaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz