🌿BC-23

12K 2.9K 1.2K
                                    

"Ya udah kalau gitu kamu tidur di kamar Mas atau di kamar bunda, Mas tidur disini," putusnya, sukses menghilangkan rasa kantuk Melin.

"Ih, Mas Husein yang bener aja. Mana berani Mel tidur dikamar bunda, apalagi di kamar Mas. Ini aja kalau bukan kamar Ainun mana mau," protes Melin. "Masa anak perawan tidur dikamar pengantin baru, gak mau ah."

Benar juga apa yang di bilang Melin. "Di dalam ada yang privasi apa enggak? Kalau gak ada Mas masuk buat ambil mbak kamu," kata Husein.

Kepala Melin menggeleng pelan. "Gak ada sih. Eh, Mbak Mila mau di bawa kemana? Di gendong?"

"Ya Allah, Melin. Gak mungkin Mas seret istri sendiri."

"Jangan salahin Mel, orang Mas yang bilang di ambil. Harusnya bilang Mas mau bawa mbak mu ke kamar, nah itu baru bener," koreksinya.

"Iya udah iya. Mel memang selalu benar, dan Mas selalu salah."

"Emang salah."

"Mas boleh masuk?" kata Husein meminta izin.

Pasalnya jika di ladenin tidak akan pernah bisa menang berbicara dengan seorang Melinda Syakira.

Melin memberi ruang masuk untuk Husein. "Mangga."

Husein masuk, terlihat istrinya tengah meringkuk di atas tempat tidur sang adik. "Kayak anak kecil kalau tidur."

"Istrinya tidur aja masih sempet mesra-mesraan," dengus Melin.

Sejenak Husein melirik sepupunya, lalu mulai membopong sang istri. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Melin menutup pintu rapat-rapat.

Anak sulung dari pasangan Agam dengan Cita itu membawa tubuh Mila masuk ke kamar pribadinya.

Husein menidurkan Mila di tengah ranjang, tubuh gadis itu menggeliat mencari posisi ternyaman. Husein ikut naik, baring sembari menatap sang istri.

Jujur, meski sudah suami istri Husein masih takut tidur dengan tangan memeluk tubuh istrinya.

Kedua kalinya Mila menggeliat, namun kali ini matanya sedikit terbuka. Sekilas ia menangkap sesuatu tepat dihadapannya.

Mata Mila mengerjab beberapa kali, kaget mendapati Melin berubah wujud. "Loh, kok Melin bisa berubah jadi cowok."

Ia terduduk, mempertajam penglihatannya. Tidak salah, Melin memang berubah wujud menjadi sosok Husein suaminya. Ah mengingat kata suami sangat menggelikan di hati, mungkin belum terbiasa.

Tunggu! Mila mendekatkan wajahnya dengan wajah orang yang juga memandangnya. "Ini Husein asli apa jelmaan Melin berubah jadi Husein?" tany Mila polos.

Seakan mendapat kesampatan, Husein memajukan wajah, mencium kilat pucuk hidung sang istri.

Mendapat ciuman kilat, tubuh Mila merespon dengan cepat, matanya membola. "Heh!"

Tanpa mengubah posisi tidur Husein bersuara. "Kenapa tidur dikamar Melin?"

"Ini beneran Husein?" tanya Mila.

Sungguh, efek berteman dengan setan level imajinasi seorang Mila naik. Pernah satu hari, tepatnya pada malam jum'at ada salah satu santri putra yang melewatinya. Jujur saat itu tak ada pikiran negatif sama sekali karena memang di pikir santri tadi manusia, ternyata oh ternyata. Nurul memberi tahu bahwa si santri tadi adalah sosok gandarwo penghuni gudang sebelah yang menyamar menjadi salah satu santri disini.

"Bukan, saya suaminya Mila," balasnya.

Pipi Mila memanas, ia merutuki dirinya sendiri. Hanya satu kalimat kenapa bisa memompa jantungnya begitu cepat?

Banana CintaWhere stories live. Discover now