"Nggak, siapa yang bilang ngerepotin?" tanya Azgar dengan tangan kirinya kini sibuk mengusap kedua tangan Amora yang saling berkaitan di perut milik lelaki itu.

"Gaada"

"Tapi rumah kita beda arah, takut kalau ternyata gue ngerepotin" ucap Amora dengan wajah sendunya.

"Jangan dipikirin, lo terlalu banyak mikir hal gak penting. Nanti botak lama-lama" ucap Azgar dengan kekehannya.

Amora dengan sigap mencubit perut Azgar. Lelaki itu terkekeh geli. Keduanya kini melanjutkan perjalanan menuju kediaman Azgar.

***

Axel kini tengah berada di kediamam Agam  lebih tepatnya di kamar. Dua lelaki itu kini tengah membicarakan sosok lelaki misterius yang berada di rekaman kamera tersembunyi di markas. Tepatnya pagi tadi, Agam memberitahu kepada sang ketua tim brutal, Axel. Bahwa dirinya menemukan siapa sosok pencuri di markas Calextro yang berakhir adanya isu-isu pengkhianatan.

Axel menghela napasnya, "Dari badannya, anak-anak ada yang mirip ni orang gak?" tanya Axel dengan mata menatap wajah Agam serius.

Agam menaikkan kedua bahunya, "Belum pasti".

"Kenapa lo gak kasih tau Ragnar?" tanya Axel.

"Lo bisa minta bantuan dia"

Agam menyandarkan punggungnya di badan sofa. Matanya kini terpejam.

"Belum waktunya. Lo tau Azgar susah buat kontrol emosi. Kalau gue kasih tau Ragnar, pasti Ragnar langsung laporan ke Azgar"

"Lo mau anak-anak diintrogasi satu-satu? Dicurigain satu-satu? Dan dipukul satu-satu. Mau?" jelas panjang Agam kepada Axel yang dibalas Axel dengan gelengan cepat.

Agam ikut terkekeh pula. Tangannya kini sibuk menyimpan kembali flashdisk berisikan video kamera tersembunyi yang ditaruhnya di markas.

"Bantu gue, Xel" pinta Agam kepada Axel yang kini sedang sibuk menyalakan pemantik.

Axel menolehkan wajahnya kepada Agam, "Gimana?" tanya Axel dengan asap yang keluar dari mulutnya.

"Gue udah pegang dua orang yang gue curigain. Gue minta bantuan lo, buat dateng ke tempat mereka. Dua orang ini ternyata buat perkumpulan lagi, dibantu sama anak-anak Monsterox" tutur Agam menatap Axel serius.

Axel menaikkan satu alisnya, keningnya mengerut dengan wajah bingung yang kini ia tampilkan.

"Siapa?"

Agam mulai membisikan nama dari dua orang yang Agam curigai. Yang diberi respons oleh Axel dengan mata membulat sempurna. Wajahnya mengisyaratkan bahwa ia tak setuju dengan kecurigaan Agam.

"Gak mungkin!" sentak Axel kepada Agam.

Agam menghela napasnya, "Itu cuma dugaan gue. Makanya gue minta bantuan lo buat nyelidikin mereka berdua"

Axel mengusap wajahnya kasar, "Gimana bisa lo curiga ke mereka?"

"Bukti suara" jawab Agam singkat.

Axel semakin bingung dengan jawaban Agam. Bukti suara apa? Apa maksud dari si ketua intelijen ini?

"Bukti suara?" tanya Axel dengan wajah bingungnya.

Agam mengangguk. Kakinya kini melangkah menuju nakas yang berada di sebelah kasurnya. Membuka salah satu laci dan meraih benda berbentuk kotak dan berwarna hitam.

Agam mengacungkan benda hitam tersebut, "Nih" ucapnya.

Axel bertepuk tangan dengan keras, mulutnya kini tengah terbuka seiring dengan rasa terkejutnya.

AZGARA [TERBIT]Where stories live. Discover now