🍁CHAPTER 16🍁

56 9 0
                                    

Kelimabelas: Bagaimana amarah itu menelanku hidup-hidup

- Sebuah rasa ingin membunuh -

🍁

Dua nama itu beberapa kali disebut setiap kali Shi Kyung marah, aku sendiri tidak tahu apa itu memang cerita yang nyata. Tapi aku dengar dua orang itu sudah mati.

Menurut tangan kanan Shi Kyung, dulu saat SMP Shi Kyung pernah membully seorang siswi habis-habisan karena ditolak cintanya. Namanya Seung Hee. Dan anak bernama Daniel itu yang selalu menolong Seung Hee. Hanya itu yang aku tahu.

Cerita itu terus terngiang di dalam kepala Seung Gi yang tengah berjalan keluar sekolah itu dengan tatapan kosong. Jemari tangannya nampak bernoda darah sementara matanya memerah. Seung Gi melewati gerbang dengan perasaan sesak yang menyakitkan.

Setelah mengembuskan napas kuat-kuat, Seung Gi pergi ke tempat yang sudah lama sekali tidak ia kunjungi. Tempat dimana benda lama miliknya tersimpan dengan rapih dan terjaga.

“Jangan naik motor ini lagi, bahaya. Mengerti?”

Suara Seung Hee yang saat itu melarang Seung Gi untuk naik motor besar itu kembali masuk ke dalam ingatan, menambah rasa sesak yang kian tak tertahankan baginya.

Sepasang mata Seung Gi sibuk menahan air mata. Ia benar-benar ingin menangis dan berteriak pada dunia, tapi kini bukan saatnya untuk meratap. Ia harus mencari keberadaan sampah itu bagaimana pun caranya.

Setelah mengumpulkan tekad, Seung Gi akhirnya pergi dengan motor itu. Melanggar janjinya pada Seung Hee dan membuat janji baru untuk membalas semua rasa sakit dan luka yang selama ini gadis itu rasakan bahkan di hari kematiannya.

Aku akan minta maaf nanti, Seung Hee-ya.

Seung Gi memacu motornya dengan kecepatan tinggi. Ia menghampiri semua tempat yang mungkin didatangi oleh Shi Kyung. Di beberapa tempat ia bertemu dengan berbagai jenis sampah yang membuatnya hanya semakin marah. Seung Gi tak memiliki pilihan selain melayangkan pukulan pada setiap sampah yang ia temui.

Seung Gi terus berkelahi di setiap tempat yang ia datangi seolah tak ada lagi hal yang bisa menahannya.

🍁

Setelah mendatangi banyak tempat dan mendapat beberapa luka di wajah dan tangan karena terus berkelahi, akhirnya Seung Gi sampai di sebuah gedung yang lama kosong. Seragam sekolah Seung Gi sudah benar-benar kotor dan berantakan, tapi laki-laki itu sama sekali tak peduli.

Seung Gi berjalan masuk dengan keberanian penuh. Sepasang matanya seperti elang yang menatap tajam pada setiap sudut gedung bertingkat itu hingga akhirnya kakinya berhenti di lantai tiga dan menemukan sampah yang ia cari tengah duduk tenang di singgasana, membuat emosinya kian menggelegak.

“Aku dengar kau mencariku dengan mengamuk dimana-mana. Siapa kau?” Shi Kyung masih duduk dengan nyaman, wajahnya sama sekali tidak menunjukkan ketakutan, “Tapi kenapa wajahmu familiar? Apa kita pernah bertemu?”

Seung Gi masih bungkam di tempatnya berdiri sementara kedua tangannya telah terkepal kuat.

Seorang bawahan Shi Kyung nampak berbisik dan membuat ekspresi Shi Kyung berubah. Ia kini ingat dimana pernah melihat Seung Gi, “Oh begitu. Jadi kau yang saat itu bersama gadis sial itu, ya?” ujarnya sembari beranjak dari duduknya, “Lee Ji Eun? Ah gadis itu benar-benar monster asal kau tahu.”

🍁

Seung Gi masih betah bungkam. Entah mengapa ia ingin mendengar sesuatu keluar dari mulut Shi Kyung sebelum ia benar-benar melepaskan semua emosi yang menyesakkan itu, “Kenapa kau menyerang Kang Daniel?”

Shi Kyung terdiam sejenak, berusaha memahami situasi sebelum akhirnya senyum miringnya lolos, “Ah jadi kau kesini karena keparat itu? Bukan aku yang membuatnya mati, tapi Ji Eun si monster itu.”

“Kenapa kau menyerang Kang Daniel?” Seung Gi mengulang pertanyaannya, kini suaranya benar-benar terdengar dingin dan menakutkan.

Perubahan Seung Gi sempat membuat Shi Kyung gentar sebelum akhirnya ia kembali menyombong karena disana ia sedang dikelilingi oleh para bawahan yang mengagungkannya. Ia tidak boleh terlihat lemah sedikit pun.

“Kenapa kau menyerang Kang Daniel?” Seung Gi kembali mengulang pertanyaannya. Kali ini ia sembari berjalan dengan tenang mendekat ke arah Shi Kyung, “Apa karena kau kesal padanya yang selalu menolong Lee Seung Hee? Atau karena kau kesal saat kau tahu Seung Hee menyukai Daniel dan kau ditolak dengan menyedihkan seperti pecundang?”

Seperti tertohok, Shi Kyung tercengang mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Seung Gi yang kini telah berdiri beberapa langkah di hadapannya, “Apa kau bilang? Kau sebenarnya siapa, brengsek!?” teriaknya sembari membaca nama yang ada di seragam Seung Gi.

Nama yang membuat Shi Kyung seketika membeku. Nama yang benar-benar identik dengan nama gadis itu. Lee Seung Hee. Lee Seung Gi.

Sial.

Shi Kyung mengumpat sebelum akhirnya tawanya terdengar memecah keheningan, “Pantas saja rasanya kau mirip dengan seseorang, ternyata kau mirip dengan gadis malang itu.” ujarnya sembari berjalan ke arah Seung Gi dan berhenti dua langkah di depan laki-laki itu, “Kau saudaranya? Kenapa? Kau datang untuk membalas dendam? Tapi gadis itu mati sendiri, kenapa kau marah padaku?”

Seung Gi yang semula tertunduk karena setengah mati berusaha untuk menahan emosinya kini perlahan mendongak. Memperlihatkan sorot mata yang tak lagi takut pada apa pun bahkan pada kematian.

🍁

Perkelahian itu tak lagi bisa dihindari. Pecah dan luluh lantak bersama dengan puluhan pukulan dan tendangan yang terus diberikan Seung Gi pada setiap manusia seperti sampah yang ada di tempat itu. Tentu saja Seung Gi tak hanya memberikan pukulan, ia juga tak terhitung sudah berapa kali menerima pukulan tangan kosong bahkan hantaman kayu dan kursi.

Seluruh tubuhnya sudah dipenuhi oleh amarah, rasa sakit karena pukulan seolah tak berdampak sama sekali pada gerakan gesit Seung Gi yang sorot matanya hanya terus menargetkan satu orang. Seseorang yang masih berdiri baik-baik saja di belakang barikade anak buahnya.

Seung Gi merasakan amis darah yang merambat ke lidah karena ujung bibirnya sobek. Sementara tangan dan kakinya terus sibuk menangkis setiap pukulan dan benda yang melayang ke arahnya, Seung Gi tetap berjalan maju. Menyerbu barikade itu tanpa rasa takut sedikit pun. Tanpa rasa ragu setitik pun. Ia hanya harus membunuh satu orang itu dan selesai.

“Mati saja kau, brengsek!” Seung Gi benar-benar mengamuk dan berhasil menarik Shi Kyung, bersiap untuk melayangkan pukulan telak.

“HENTIKAN! LEE SEUNG GI!” suara itu seketika menghentikan gerakan tangan Seung Gi. Suara Ji Eun yang berteriak lantang menghentikan amarah Seung Gi dan perlahan mulai mengembalikan semua rasa sakit yang sebelumnya sempat terabaikan.

🍁🍁🍁

FALLWhere stories live. Discover now