🍁CHAPTER 7🍁

55 11 0
                                    

Keenam: Bagaimana masa lalu menelanmu

- Sebuah keputusan bodoh -

🍁


Daniel berlari ke arah sebuah gang sepi yang letaknya tak terlalu jauh dari sekolahnya. Disana ia menemukan sekelompok berandal sekolahnya yang tengah merundung seorang gadis yang juga berasal dari sekolah yang sama dengannya.

Setelah satu helaan napas, Daniel melemparkan tasnya dengan sekuat tenaga ke arah salah seorang berandal. Membuat seluruh perhatian lantas tertuju padanya.

“Bukankah aku sudah memperingati kalian jangan mengganggu adik kelas perempuan itu lagi?” Daniel nampak geram. Tatapannya kemudian terarah pada ketua berandal itu, “Aku sudah memukulmu sampai wajahmu seperti itu tapi kau masih tidak tahu malu ya, sialan?”

Memang beberapa minggu terakhir Daniel terlibat dengan kelompok berandal itu karena ia tidak sengaja melihat mereka tengah merundung seorang adik kelas perempuan. Meski berusaha mengabaikannya, tapi pada akhirnya Daniel memilih untuk mencoba menghentikan perundungan itu.

🍁

Dan disinilah ia sekarang, harus kembali berhadapan dengan mereka meski ia sudah pernah sekali mengalahkan ketua berandal itu dengan telak.

“Karena itu aku sekarang tidak sendiri. Kau juga harus merasakan bagaimana sakitnya dipukul, brengsek.” ketua berandal dengan rambut keriting dan berbadan bongsor itu nampak memberikan kode pada seseorang.

“Sial, ini sangat menjijikkan. Kenapa kau jadi berlagak korban? Apa kau tidak punya cermin di rumah? Lepaskan saja dulu gadis itu.” Daniel melihat sekeliling dan menyadari bahwa ada beberapa orang lagi yang kini tengah berdiri berjajar di belakangnya seperti barikade.

Daniel terkepung sendirian.

Sementara Ji Eun masih duduk di salah satu ayunan sembari menunggu Daniel yang tak kunjung datang. Berkali-kali ia mencoba menghubungi laki-laki itu dan bahkan mengiriminya beberapa pesan, tapi tetap tak ada respon apa pun.

Seandainya hari itu aku langsung mencarinya.

Seandainya hari itu aku tidak hanya duduk dan menunggunya begitu lama.

🍁

Meski Daniel termasuk pintar berkelahi dan bahkan memegang sabuk hitam taekwondo, tapi dengan kondisi gang sempit dan dia sendirian melawan hampir sepuluh orang berandal tentu saja membuatnya kesulitan untuk memegang kendali.

Ujung bibirnya sudah robek dan berdarah sementara pelipisnya lebam. Daniel yang tersudut kembali mendapat pukulan dan tendangan berkali-kali. Bahkan beberapa dari berandal itu menggunakan senjata seperti pipa besi dan balok kayu untuk menyerang Daniel yang berkelahi sendirian.

“Hei, apa kalian tidak bisa membiarkannya pergi sekarang? Jujur saja aku malu melihatnya menangis karena melihat ini semua.” Daniel menunjuk adik kelas perempuan yang sejak tadi menangis dan ketakutan itu, “Biarkan dia pergi dan kita langsung selesaikan ini.”

Setelah menimbang, akhirnya ketua berandal itu menyetujui permintaan Daniel dan membiarkan gadis itu pergi dengan syarat ponsel gadis itu harus diserahkan pada mereka. Berjaga jika gadis itu langsung menelepon seseorang untuk meminta bantuan.

Meski sempat ragu karena mencemaskan Daniel, gadis itu akhirnya menuruti permintaan Daniel yang memintanya pergi dengan senyum cerahnya seperti biasa.

Tak lama setelah gadis itu menghilang dari pandangan, senyum cerah Daniel hilang dan berganti dengan sorot mata tajam. Seluruh badannya sudah terlalu sakit untuk kembali berkelahi.

“Aku dengar cita-citamu adalah masuk tim basket nasional ya?” ketua berandal itu nampak merebut pipa besi dari salah seorang bawahannya, “Makanya, kenapa kau ikut campur? Kalau kau diam saja, hal ini tidak akan terjadi dan kau bisa masuk tim basket nasional dengan damai, kan?”

Daniel tidak mengatakan apa pun sementara pandangannya memang sudah mulai mengabur. Rasa sakitnya kini seperti sudah terakumulasi.

Ketua berandal itu berjalan mendekat ke arah Daniel, merendahkan tubuhnya untuk berbisik pada laki-laki yang masih duduk bersandarkan tembok itu, “Bagaimana jika aku mengambil satu kakimu sebagai gantinya? Setelah itu aku janji tidak akan mengganggu gadis sialan itu lagi. Selamanya.”

🍁🍁🍁

FALLWhere stories live. Discover now