[COMPLETED]
Dunia memiliki setiap sudut yang menyimpan cerita tersendiri. Saling terhubung satu sama lainnya. Saling memberikan perasaan bahagia. Dan juga malapetaka.
Seperti efek kepak sayap kupu-kupu.
Daun yang berguguran saat musim gugur hari it...
Lee Ji Eun yang baru saja pulang sekolah nampak berjalan sendiri sambil mendengarkan musik melalui mp3 player lama miliknya. Ia masih menikmati alunan musik ketika ia menyadari ada sebuah keributan tak jauh di depannya.
Ji Eun melepas earphone dan menyadari bahwa ada seorang pencopet yang tengah berlari ke arahnya. Setelah memastikan situasi sepi, Ji Eun diam-diam menggunakan kekuatan miliknya dengan melemparkan sejumlah air di jalan yang akan dilewati pencopet itu. Setelahnya ia lantas membekukan air itu tepat ketika pencopet melewatinya.
Strateginya berhasil membuat pencopet itu tergelincir karena berlari di atas es sementara Ji Eun kembali mengenakan earphone dan berjalan pergi setelah memastikan pencopet itu telah tertangkap.
Baru beberapa langkah Ji Eun berjalan, ia dikejutkan dengan tepukan pelan seseorang di bahunya. Refleks, Ji Eun menoleh dan mendapati seorang laki-laki sebayanya tengah tersenyum lebar padanya.
“Gadis air.”
Ji Eun tak terlalu mendengar ucapan laki-laki itu karena musik yang tengah ia dengarkan, “Apa?” tanyanya setelah ia melepaskan earphone.
“Aku tadi melihat semuanya, gadis air.” sekali lagi laki-laki itu tersenyum cerah sementara Ji Eun masih tenggelam dalam keterkejutannya sendiri. Laki-laki itu lantas mengeluarkan ponsel miliknya, “Aku bahkan tadi merekam aksimu. Jika sampai ini tersebar pasti seluruh dunia akan heboh, kau seperti tokoh di film. Pengendali air.. Benar-benar keren.”
“Aku bisa saja menghapus itu dari ponselmu dengan mudah, tapi reaksimu ini membuatku penasaran.” Ji Eun tak memperlihatkan rasa gentar sama sekali, ia justru melangkah mendekati laki-laki itu dengan sorot mata yang menantang, “Jadi setidaknya aku ingin tahu, apa maumu?”
Meski sempat mematung beberapa detik karena jarak wajah Ji Eun tiba-tiba begitu dekat dengan wajahnya, laki-laki itu kembali tersenyum lebar, “Ayo berteman. Aku Niel. Kang Daniel.” ujarnya sembari mengulurkan tangan.
🍁
Lagi-lagi Ji Eun tersentak. Ini adalah kali pertama ada seseorang yang justru memintanya untuk berteman setelah mengetahui kemampuan Ji Eun. Bahkan seseorang itu tak pernah melepaskan senyum di wajahnya. Daniel. Kang Daniel.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Sejak hari itu, Ji Eun menjadi semakin sering menghabiskan waktu bersama Daniel. Karena berbeda sekolah, keduanya biasa bertemu di taman bermain kecil yang letaknya tak jauh dari sekolah Ji Eun. Tak jarang Daniel juga menjemput Ji Eun ke sekolah, ia menunggu di depan gerbang sekolah gadis itu dan menjadi pusat perhatian karena visualnya yang memang mencolok.
Kedekatan itu tentu saja menumbuhkan perasaan nyaman pada keduanya. Ji Eun bahkan sudah tidak bisa memungkiri bahwa ia bahagia memiliki Daniel disampingnya. Daniel adalah cinta pertamanya.
“Apa kemampuanmu itu tak ada batasnya?” Daniel bertanya ketika ia dan Ji Eun tengah berjalan bersama menuju taman. Keduanya nampak tengah menikmati es loli di tengah dedaunan yang mulai berguguran.
“Aku tidak tahu. Aku hanya pernah diberitahu jika aku tidak boleh membunuh seseorang dengan kemampuan ini.” Ji Eun menyahut dengan santai, sementara Daniel terlihat mengambil dua langkah di depan Ji Eun dan berjalan mundur dengan menghadap gadis itu, “Karena aku akan merasakan kematian yang sama sebagai hukuman.” Ji Eun melanjutkan.
Daniel mengangguk mengerti. Ia kemudian menghentikan langkahnya ketika ponselnya mendapat panggilan masuk. Dengan isyarat tangan, Daniel meminta Ji Eun untuk pergi ke taman lebih dulu dan ia akan menyusul nantinya.
Tanpa pikiran aneh apa pun, Ji Eun menuruti permintaan Daniel. Tanpa perasaan buruk apa pun, Ji Eun membiarkan Daniel pergi sendirian hari itu. Saat itu. Saat dimana harusnya Ji Eun tidak membiarkan laki-laki itu pergi.
