🍁CHAPTER 5🍁

80 15 0
                                    

Keempat: Bagaimana kau mendorongku menjauh

- Sebuah luka lama -

🍁

“Lihat, dia bahkan lari darimu.”

“Dia takut pada monster sepertimu.”

“Monster! Dasar monster!”

Suara-suara itu berhenti tepat ketika terdengar ada sebuah suara dentuman keras diikuti oleh teriakan yang beradu dengan suara petir. Teriakan putus asa dan penuh penyesalan. Tangisannya pecah sementara tubuhnya jatuh terduduk di tengah hujan yang bergemuruh.

Ji Eun terbangun dari tidurnya. Gadis itu tertidur dalam posisi duduk meringkuk dengan bersandarkan tempat tidur. Ini sudah beberapa hari sejak kebakaran itu terjadi dan juga sejak terakhir kali ia berbicara pada Seung Gi. Meminta laki-laki itu menjauh darinya agar tragedi mengerikan itu tak lagi terulang.

Ji Eun teringat pada jawaban Seung Gi saat itu.

“Aku tidak mau menjauh darimu.”

Ji Eun menghela napas berat. Ia menyeka keringat yang menghiasi dahinya kemudian beranjak untuk bersiap pergi ke sekolah.

🍁

Lee Seung Gi nampak tengah duduk sendirian di taman buatan yang letaknya tak jauh dari gudang yang terbakar saat itu. Ia kini telah pulih total, namun entah mengapa ia merasa ada yang janggal dari kebakaran itu. Ia juga merasa ada ingatannya yang hilang. Atau lebih tepatnya berantakan.

“Kau yakin tidak ada siapa pun saat itu?” Seung Gi tengah berbincang pada seorang arwah gadis SMA yang mendiami taman itu sejak puluhan tahun lalu.

Arwah itu mengangguk. Bukan tanpa alasan Seung Gi lebih memilih bertanya pada arwah daripada manusia. Itu karena ia merasa manusia tidak akan percaya pada apa yang terjadi padanya, kebakaran itu sendiri saja sudah aneh.

Dari mana api itu berasal? Kenapa penghuni sekolah yang lain seolah tak tahu jika ada gedung yang terbakar? Kenapa CCTV bahkan tak berfungsi?

Kepala Seung Gi seperti ingin pecah. Ia sudah mengetahui alasan sekolah tidak menyelidiki kebakaran itu. Demi menjaga citra sekolah, karena saat ada kebakaran itu alarm tidak berbunyi jadi sekolah tidak mau kesalahan mereka itu sampai tercium oleh media.

“Ah, sial.”

🍁

Seung Gi memutuskan untuk kembali ke gudang itu untuk mencari sesuatu yang mungkin bisa membantunya mendapatkan jawaban. Atau setidaknya agar ia bisa mengingat apa yang hilang dari kepalanya.

Langkah Seung Gi terhenti ketika ia melihat Ji Eun sudah berdiri diam di dalam gudang itu. Gadis itu nampaknya belum menyadari kehadiran Seung Gi yang kini tengah berjalan masuk dan mendekat ke arahnya.

“Kenapa kau tidak bertanya?” suara Seung Gi nampaknya membuat Ji Eun terperanjat. Gadis itu dengan cepat menoleh ke arah Seung Gi dengan tatapan kaget bercampur bingung, “Kenapa kau tidak bertanya kenapa aku tidak mau menjauh darimu? Kau tidak penasaran?”

Ji Eun mengerutkan keningnya beberapa detik sebelum akhirnya ia mengalihkan pandangannya dari Seung Gi dan menarik sebuah kursi yang masih bisa dipakai, “Kenapa?”

Seung Gi tersenyum tipis mendengar pertanyaan irit dari Ji Eun. Ia lantas berjalan makin dekat ke arah gadis yang tengah duduk sembari menatapnya itu.

“Karena aku bisa melihat arwah.”

Jawaban dari Seung Gi nampaknya semakin membuat Ji Eun tidak mengerti. Gadis itu tidak memberikan jawaban apa pun selain kedua ujung alisnya yang terlihat saling bertaut.

“Aku bisa melihat sesuatu yang terus mengikutimu.”

“Apa? Maksudmu ada hantu yang mengikutiku?”

Seung Gi menggeleng, “Bukan. Milikmu berbeda dari arwah yang selama ini aku lihat. Bentuknya seperti bendungan, seolah sedang menahan air di baliknya.”

🍁

Ji Eun tercenung selama beberapa saat sementara Seung Gi nampak berdiri dengan bersandar pada lemari besi yang ada di depan Ji Eun, “Selain itu aku juga melihat bendungan itu sempat berubah menjadi sosok yang aku sendiri sekarang lupa wajahnya seperti apa.”

Masih tak ada jawaban apa pun dari Ji Eun. Gadis itu justru langsung berjalan pergi meninggalkan Seung Gi.

Seung Gi nampak berusaha mengejar Ji Eun yang berjalan pergi meninggalkan gudang tanpa mengatakan apa pun. Berkali-kali ia memanggil nama gadis itu agar berhenti dan mendengarkan penjelasannya meski akan terdengar semakin aneh dan tidak masuk akal.

Dengan satu tarikan napas akhirnya Seung Gi berhasil membuat langkah Ji Eun berhenti dengan menahan lengan gadis itu, “Dengarkan dulu sampai selesai walaupun terdengar aneh.”

“Lepaskan.” Ji Eun berkata lirih, suaranya bahkan hampir bisa tersamarkan oleh desau angin yang tengah bertiup saat itu.

“Apa?”

“Lepaskan jika kau tidak mau mati juga sepertinya!” Ji Eun berseru sembari menepis tangan Seung Gi dengan kasar, “Apa pun yang kau lihat padaku, jangan penasaran dan jangan pernah mencari tahu!”

Ji Eun hendak kembali melangkah pergi ketika kata-kata Seung Gi kembali membuatnya berhenti.

“Aku bermimpi.” Seung Gi mengambil jeda selama beberapa detik, “Hari itu hujan dan petir menyambar. Aku seperti melihatmu berdiri di depanku dan aku merasa kaki kananku sangat sakit, seolah patah.”

Lagi-lagi Seung Gi mengambil jeda. Entah mengapa ia tiba-tiba merasa sesak untuk mengatakan kalimat yang ingin ia katakan selanjutnya, “Aku sudah memohon padamu untuk berhenti, berkali-kali. Tapi kau seperti tidak mendengar suaraku.”

Ji Eun yang semula berdiri beberapa langkah di depan Seung Gi dan membelakangi laki-laki itu nampak menoleh perlahan. Kedua matanya merah, dipenuhi oleh air mata yang siap terjatuh dalam satu kedipan.

Seung Gi menatap manik mata Ji Eun yang menyiratkan rasa sakit dan penyesalan, “Lee Ji Eun, apa kau merundung seseorang?”

🍁🍁🍁

FALLWhere stories live. Discover now