🍁CHAPTER 4🍁

68 15 0
                                    

Ketiga: Bagaimana aku bisa tertarik padamu

- Sebuah mimpi yang asing -

🍁

Lee Seung Gi hanya bisa mendengar suara dengungan panjang sebelum semuanya menjadi gelap. Entah sudah berapa lama waktu berlalu, tapi kini pandangan Seung Gi mulai mengabur setelah semuanya gelap pekat. Perlahan terdengar suara-suara yang asing. Seung Gi berusaha menajamkan tatapannya, tapi tetap tak terlihat apa pun. Justru suara-suara itu yang kian jelas terdengar.

“... El.. Ni..” suara terbata itu tak bisa didengar jelas oleh Seung Gi. Entah apa maksudnya, namun ia tahu siapa pemilik suara itu. Ji Eun.

Sejenak suasana tiba-tiba menjadi hening sebelum akhirnya terdengar suara petir yang menyambar disertai gemuruh air hujan.

Ketiga suara itu bercampur dengan suara rintihan meminta tolong. Perlahan, Seung Gi bisa merasakan bahwa telapak tangannya menyentuh permukaan jalan yang dingin dan dibasahi air hujan.

 Perlahan, Seung Gi bisa merasakan bahwa telapak tangannya menyentuh permukaan jalan yang dingin dan dibasahi air hujan

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.


Apa aku sedang terduduk di suatu tempat? Tidak, lebih tepatnya apa aku sedang bermimpi?

Seung Gi mencoba mengenyahkan tatapan buram yang sejak tadi tak kunjung hilang, berkali-kali ia mengucek matanya tapi semuanya tetap buram. Ia bahkan tak bisa bersuara. Ada apa sebenarnya?

“Manusia seperti kalian membuat dunia ini semakin menyedihkan.”

Itu adalah suara Ji Eun. Suara yang terdengar jelas ada di hadapan Seung Gi. Meski berkali-kali Seung Gi mencoba untuk berdiri, tapi entah mengapa kaki kanannya terasa sakit luar biasa. Tatapannya juga masih buram.

Mimpi macam apa sebenarnya ini? Perasaan takut dan cemas semakin teraduk di dalam diri Seung Gi. Perlahan ia mulai mencoba untuk menjauh dari sosok Ji Eun yang samar terlihat berdiri di hadapannya.

Hentikan. Ini mulai menakutkan.

“Mati saja. Itu adalah pilihan terbaik.”

Hentikan. Siapapun, tolong hentikan!

Seung Gi membuka kedua matanya sementara seluruh tubuhnya nampak bermandikan keringat. Napasnya tersengal seolah baru saja melarikan diri dari suatu tempat. Pandangannya berkeliling, memindai satu per satu sudut kamar rumah sakit yang ia tempati. Ia mulai menghela napas lega ketika tatapannya berhenti pada tangannya yang berhiaskan infus.

Meski merasa lega karena kejadian aneh tadi adalah mimpi, namun Seung Gi tidak bisa melupakannya begitu saja. Mimpi itu terasa begitu nyata, rasa takutnya juga sangat nyata. Terlebih lagi, suara gadis yang ia dengar itu jelas adalah suara Ji Eun. Tapi kenapa suara itu seperti sarat akan rasa benci dan dendam?

Seung Gi terlonjak ketika pintu kamarnya terbuka. Ji Eun melangkah pelan memasuki kamar dan berjalan mendekati Seung Gi. Entah karena efek mimpi buruk atau apa, tapi kini seperti masih ada sisa rasa takut yang tertinggal di dalam diri Seung Gi terhadap Ji Eun.

Ji Eun hanya berdiri diam, seolah tengah mengamati setiap jengkal wajah Seung Gi. Tentu saja itu membuat Seung Gi semakin merasa terintimidasi.

“Mulai sekarang jangan mendekatiku lagi.” Ji Eun akhirnya memecah keheningan. Sementara Seung Gi masih terlalu terkejut untuk langsung menjawab permintaan yang lebih terasa seperti perintah dari Ji Eun itu.

🍁

Setelah terdiam selama beberapa saat, Seung Gi akhirnya selesai berpikir, “Sebelum itu, apa kau tidak bisa mengucapkan terima kasih dulu? Biar bagaimana pun aku sudah menolong-” ucapan Seung Gi terpotong tepat ketika ingatan saat kebakaran itu kembali terngiang di dalam kepalanya.

Seung Gi melihat ada beberapa luka bakar ringan di tangan dan lengannya. Tatapannya kemudian beralih pada Ji Eun yang terlihat baik-baik saja tanpa satu pun luka gores. Selain itu, ingatan akan satu sosok aneh yang seperti jelmaan dari bendungan yang berada di belakang Ji Eun juga kembali.

Sejak tadi pikirannya tidak fokus sehingga Seung Gi baru saja menyadari bahwa bendungan di belakang Ji Eun masih ada. Masih utuh dengan warna kebiruan yang sama.

Aneh. Jelas-jelas aku sudah melihat bendungan itu retak dan berubah menjadi sosok yang sebelumnya belum pernah aku lihat.

“Sekali lagi aku tekankan padamu, jangan pernah mendekatiku lagi.” Ji Eun menarik kesadaran Seung Gi yang tengah sibuk berpikir sendiri.

“Tidak mau.”

“Apa?”

“Aku tidak mau menjauh darimu.”

🍁🍁🍁

FALLTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon