36. Menyingsingnya Matahari

Mulai dari awal
                                    

"TIDAK IBU KU MOHON BERTAHANLAH!!!"

Dalam pelukan Wang So, Na Yoon merasa seluruh tubuhnya kian mati rasa. Pria di belakangnya itu memeluknya dengan erat, menjaga dirinya agar tetap hangat. Hingga Na Yoon pun sadar jika Wang So semakin lama semakin menurun suhu tubuhnya, dan napasnya yang pendek-pendek itu mulai memudar.

"AYAH!!! IBU!!! JANGAN PEJAMKAN MATA KALIAN!!!"

Pangeran ke tujuh berteriak sekeras mungkin, dia semakin gemetaran dan teriakannya bahkan sampai lenyap ketika menyadari bahwa kedua orang tuanya sudah tak lagi bergerak. Mata mereka tak sepenuhnya terpejam, namun Wang Jae sangat sadar, dengan kakunya tubuh mereka, dia tahu, dia sudah kehilangan.

Dia kehilangan kedua orang tuanya. Sekaligus.

"AYAHH!!! IBU!!!!"

Lolongannya menggema di hutan gelap malam itu, Pangeran ke tujuh menangis dan meraung hingga dadanya begitu sesak dan kepalanya terasa berputar.

Jasad orang tuanya benar-benar menyadarkannya jika ia tak sedang bermimpi, jika semua yang telah terjadi bukanlah mimpi buruk belaka.

Jasad itu saling memeluk satu sama lain, bagai mengikat sebuah janji yang telah kandas selama bertahun-tahun.

Sepasang kekasih yang dipisahkan oleh keadaan, sepasang kekasih yang dijauhkan oleh kesalahpahaman.

Wang Jae sangat hancur malam itu.

"Ibu... ibu...!!!" Dia tak berhenti menangis, memeluk jasad ibunya hingga suaranya nyaris menghilang.

Bahkan dirinya tak sadar ada seseorang yang datang menyusul dengan kuda berwarna coklat tua, menghampirinya dengan panik dan mengguncang tubuhnya.

Wang Jae tidak tidak tahu siapa itu karena kesadarannya nyaris memudar, namun saat mendengar teriakan beberapa kali, barulah ia bisa mencerna bahwa yang baru saja datang adalah Sang Eksekutor.

Guan Yu.

"Hwangja-nim!!! Hwangja-nim sadarlah!!!"

Guan Yu mengguncang tubuh Wang Jae kuat-kuat, memandang Sang Pangeran dan kedua jasad yang tergeletak itu bergantian.

Hatinya berdegup kencang saat melihat bahwa benar itu adalah jasad Sang Raja bersama pemimpin Gwanaksan, darahnya seperti mengalir lebih deras ketika melihat Pedang Yin menembus tubuh kedua orang itu dengan sangat keji.

Kematian yang sangat tragis.

Guan Yu sempat panik selama beberapa saat, dia menoleh kesana kemari, memeriksa apakah ada tanda-tanda orang lain di sekitar sana.

Lalu dengan sangat cekatan dan tanpa menunggu lama, Guan Yu mendorong tubuh Wang Jae menjauh, dia memegang gagang Pedang Yin, menarik pedang hitam legenda itu begitu saja.

"Hwangja-nim berhentilah menangis!!!" Serunya berbisik.

Dibersihkannya darah di Pedang Yin dengan jubah dalamnya sendiri, lalu menyarungkan pedang keramat itu ke tempatnya semula. Semua dilakukan dengan sangat cepat dan tangkas oleh Guan Yu, begitu bersih tanpa cela.

"G-Guan!! I-ibuku... ibuku...!!!"

"Hwangja-nim mereka sudah tewas!!" Seru Guan Yu, dia menarik lengan Sang Pangeran menjauh, "sebentar lagi akan ada rombongan yang datang kemari!"

Sejujurnya, Guan Yu sedikit panik. Tentu saja kematian Raja berada di luar ekspektasinya, dia tidak menduga jika Wang Jae akan berani membunuh ayahnya sendiri dengan gegabah dan secepat ini. Terlebih lagi, wanita itu...

Detik berikutnya, air muka Sang Eksekutor langsung berubah, ia mendorong Wang Jae yang masih meraungkan ibunya, mendekati jasad Raja yang masih memeluk Na Yoon. Tangan Guan Yu bergerak cepat, menggeledah pakaian Gwangjong, memeriksa kantong-kantongnya.

[✔] 5. 真実 [TRUTH] : The PrologTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang