🌻028. Diganggu Preman

12 7 0
                                    

Hari buruk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari buruk. Cuaca yang sejak pagi menampilkan cahaya matahari, kini meredupkan cahayanya menjadi mendung dan sedikit titik air menetes membasahi tanah.

"Sialan, hujan— setidaknya, kalau lo mau turun, permisi dulu gitu sama gue. Hah!" gerutu Ainaya. gadis ini mematikan mesin motornya sebentar melihat keadaan sekitar. Dia masih berada di jalan raya sepulang dari sekolah.

Ainaya bermonog kembali. "Ah, terobos aja, lah. Tinggal lewatin terowongan ini doang,"

Ainaya dengan mantap melontarkan kata tersebut, memang, dari posisinya berada kini di pinggir jalan. Dia hanya perlu melewati satu terowongan tak panjang itu. Sehabis terowongan itu dia turun kembali ke arah jalan raya. Itulah yang harus di lalangnya agar sampai ke rumah. Air hujan yang terus menetes membuat perlahan seragam sekolah basah tidak sama sekali menurunkan tekadnya 

Hingga dia saat ini sedang berada di sebuah terowongan. Begitu redup dan sunyi di sini.

Hanya menampilkan Ainaya dan suara mesin motornya. Tapi, itu tak begitu lama. Sampai suara seseorang lancangnya meneriaki Ainaya di dalam terowongan itu.

"WOY, BERHENTI NGGAK LO!" suara yang mengema di dalam terowongan yang sunyi ini terdengar seperti suara laki-laki yang mencoba menganggu Ainaya.

Sontak, Ainaya pun segera mematikan mesin motornya. Suaranya itu seakan terdengar dari depan sana.

"Kayaknya, ada yang mau nyari mati ini, sama gue." celeneh Ainaya, dia pun beranjak turun dari motornya. Perihal helm, itu sudah tak terpasang lagi.

Dua pria itu berpostur sedikit berotot, tinggi, badan yang kekar. Melihat dari kerutan wajahnya dua pria itu, terlihat. Seperti berusia sekisar tiga puluh tahun.

"Masih anak kecil, jangan ngelawan orangtua." kata salah satu mereka itu membuka suara dengan nada yang nyolot. Sembari berjalan semakin dekat ke arah Ainaya.

Ainaya, mempersiapan diri dan mentalnya kini dia pasang badan untuk siap membalas jika mereka menyerang. Bersiap dengan sikap kuda-kuda depan.

"Mau lo berdua, apa?" tanya Ainaya penasaran. Pasti ada sesuatu kan di balik kedua preman itu menganggunya.

"Jalanin perintah Bos." jawab pria bertubuh besar itu dengan sangat mantap.

Ainaya mengangkat sedikit kedua alisnya otaknya mulai mencerna apa yang dikatakan preman itu. Lebih tepatnya memikirkan nama, dari bos yang dimaksud oleh kedua preman itu. Tak kunjung lama kemudian senyuman kiri terlukis di pipi Ainaya, sedikit tertawa kekeh.

"Nggak usah, sok misterius deh, bos lo itu." ulas Ainaya memberitahu. Jelas dia tahu, siapa dia.

Preman itu terdiam sambil memandangi satu sama lain, apa iya nggak apa-apa kalau Ainaya tahu? Ah lupakan. Kembali ketujuan utamanya.

"Ah, banyak bacot loh. Sikat aja udah," tegas salah satu dari mereka yang sudah siap dengan kepalan tangannya.

Bugh!

AinayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang