🌻027. Semakin Jatuh Rasa

13 7 0
                                    


Di lorong sekolah yang panjang ini, ada sedikit tempat. Untuk Ainaya, serta Brian, meluangkan waktunya.

Terlihat Ainaya, tangannya berada pada wajah Brian yang tertempelkan tissu. Karena merasa tidak enak hati sebab dialah Brian harus basah kuyup seperti ini. Membuat Ainaya bertekad, mengelap basahan itu.

"Jangan lakuin hal bodoh kayak tadi lagi," ucap Ainaya seraya tangannya menjauh dari wajah Brian, membuang asal tissu yang sudah basah itu secara asal ke ubin.

Bagi Ainaya, dirinya tidak sebegitunya perlu pembelaan, sekarang. Sudah cukup dirinya dulu yang lemah menghadapi Azka. Sekarang, dia berada diversi barunya.

"Harusnya, lo itu terima kasih ke gue, bukan malah ngomelin gue." sahut pria itu. Matanya teralih oleh wajah Ainaya, baginya, melihat sosok gadis itu dalam dekat, terasa nyaman.

Ainaya terkekeh sebentar disambung dia menyilangkan kedua tangannya.

"Haha, wait. sejak kapan lo jadi banyak omong gini sih, Brian?"  Ainaya menjeda ucapannya sebentar. "Gue curiga, jangan-jangan, lo suka, sama gue, ya?" Ainaya berkutik geli sendiri atas ucapannya. Refleks Ainaya pun tertawa lepas. Entah hal apa yang lucu.

"Lo cantik, kalau lagi ketawa." puji Brian. Mendengarnya, membuat Ainaya menetralkan tertawanya itu. Kembali mendatarkan wajahnya.

Jengah sekali. Membuat Ainaya membalikkan badannya kakinya kirinya bersiap melangkahkan kakinya namun lengannya ditahan oleh Brian.

"Lo mau ke mana?" Brian mengangkat kedua alisnya sederajat ke atas.

"Hati lo," jawab Ainaya asal, jelas sekali dia ingin ke kelas kenapa mesti bertanya kembali.

Brian dengan sigap berdiri lalu merangkul pundak Ainaya, entah darimana sikap sok kenal gini ada pada diri pria yang disebut kulkas ini.

"Nay," seru Brian dengan suara deep.

"Hem?" sahut Ainaya berdeham.

"Kalau lo mau masuk ke hati gue. Gue bisa kok, buka hati gue, buat lo." kata Brian yang menoleh ke arah wajah Ainaya.

Brian kemudian meninggalkan Ainaya mengambil langkah kakinya di sela langkahnya itu, Brian dia sempat menatap kembali kebelakang. Di sana, Ainaya terpatung. Menurut pria itu, menggemaskan saat Ainaya bersikap seperti demikian.

......

"ANJING." umpatan kasar baru saja ke luar dari mulut gadis bernama Sejuk ini, tak heran jika dia kesal karena beberapa hari ini hidupnya tidak tenang. Jelas saja karena di setiap sudut sekolah ini dia terus diganggu oleh Najendral.

"Kalau lo kesel karena lagi pe'em'es, mendingan lo jadi laki aja sono," Thaletha sedikit geram melihat kelakuan Sejuk.

"HERAN GUE SAMA NAJEN, BISA NGGAK SIH, DIA NGGGAK GANGGU GUE, SEHARI AJA." emosi Sejuk. Sampai refleks membanting handphone-nya dengan kasar di sela sela itu terdengar jelas nada dering dari handphone-nya. Omong-omong itu kesalahan Sejuk yang membuka blokiran nomor Najendral. 'Kenapa harus gue buka, gitu?'

"Dia nelponin lo?" tanya Thaletha yang penasaran, Sejuk menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

Ainaya sigap bergerak dari posisi nya yang sedang asyik tiduran dia duduk menyamakan Sejuk juga Thaletha. Ubin dingin yang terkena AC kelasnya ini dijadikan kasur oleh tiga joli itu.

"Hem, kalau lo emang nggak suka dikejar sama dia, lo langsung to the point aja." pungkas Ainaya menaruh jari telunjuknya pada dagunya.

"Udah, tapi ya gitulah namanya juga cowok caper." umpat Sejuk kesal.

"Tapi, nggak ada salahnya, kalau lo buka hati lo, buat dia, 'kan?" Thaletha menatap serius Sejuk.

"Bukannya lo suka, Tha sama dia?" Sejuk bertanya.

"Cuma mengagumi, indahnya ciptaan Tuhan," jawab gadis ini diiringi senyuman dimple di pipinya. Memang kenyataannya itu, dia hanya terpana oleh ketampanan Najendral saja. Tak benar-benar menyukai pri itu.

Kring!

Suara bel yang kini terdengar menandakan bahwa jam pelajaran untuk semua mata pelajaran yang dilalui seluruh siswa telah selesai, para siswa kini kian berhamburan untuk menuju ke rumah mereka.

Ainaya, gadis itu kini sedang meletakkan kembali buku buku yang dia keluarkan di dalam tasnya kembali, lalu dia mengikuti langkah Sejuk juga Thaletha.

......

"Serius, motor lo lagi di bengkel?" pertanyaan ini keluar dari mulut Ainaya, dia menanyakan hal tersebut pada lawan bicaranya Sejuk.

Sejuk menganggukkan kepalanya dengan pelan raut wajahnya mengatakan jelas kalau dia sedang
kebingungan. Motor sialan itu tidak membantu menaikkan moodnya hari ini.

"Teeus tadi lo berangkatnya naik apa?" sekarang, Thaletha yang melontarkan pertanyaan.

"Angkot," jawabnya singkat, cepat, ringkas.

"Sama gue aja, pulangnya." lagi dan lagi, pria bernama Najendral ini secara tiba merangkul Sejuk dari belakang. Sok akrab sekali pria itu.

Bola mata milik Ainaya juga Thaletha terlihat saling bertemu, membuat keduanya menampilkan senyuman penuh kekonyolan.

"Kayaknya, Galang udah nungguin gue deh, di rumah gue, gue duluan, ya." ucap Ainaya dia mengambil gerakan untuk menaiki sepeda motornya.

"Bye." Ainaya lalu menancapkan gasnya bergegas pergi meninggalkan tempat parkiran gedung sekolah ini.

"Tha, gue sama lo, ya." harapan Sejuk kepada Thaletha musnah, saat melihat Thaletha detik itu sedang menyalakan mesin motornya detik itu juga perlahan Thaletha menghilangan dari pandangan Sejuk. "BYEEE SEJUK,, BEYBEHH!!"

Sejuk menghela nafas kasarnya jika dia saat ini boleh bunuh orang, pasti Ainaya dan Thaletha lah yang akan menjadi targetnya.

Najendral, pria yang berdiri disamping Sejuk itu menyenggol bahu gadis yang sedikit pendek darinya.

"Lo pulang, sama gue." tegas keras Najendral.

Apakah Sejuk harus menerima?

Bersambung...

AinayaWhere stories live. Discover now