🌻012. Di Hari Cerah

27 8 1
                                    

Pukul 06:30

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 06:30

Ainaya baru saja membuka matanya. Dirinya segera beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya sembari mandi. Ketika dia membuka pintu kamarnya dia mendapat ejekan dari Galang.

"Beban keluarga baru bangun." ledek Galang.

Membuat Ainaya menatap wajah Galang dengan tatapan mautnya.

"Shht.... Galang, masih pagi."  timpal Riris, sembari menaruh sepotong roti di piring milik Galang. Mereka akan sarapan pagi hari ini, dengan beberapa potongan roti.

Galang yang belum puas menyindir Ainaya, sekarang kembali berucap. "Biarin aja Bun, dia tuh kerjaannya cuma tidur, makan, mandi, tidur, makan, mandi, gitu aja terus."

Riris membalas. "Kakak kamu itu nyuci piring, nyuci baju, gosok, ngepel, nyapu... kalau kamu Galang? Cuma bisanya minta duit, sama main! Kamu tuh yang sebenernya beban keluarga, bukan Kakak kamu." ucapan Riris mampu menampar Galang sedalam-dalamnya. Dia dijatuhkan sendiri oleh bundanya.

"HAHA. MAMPUS, RASAIN!" Ainaya sangat puas akan hal itu. Jadi, dia tertawa secara terbahak-bahak. Tangannya mengambil handuk bewarna orange yang disantelkan di paku dinding. Setelah handuk dijangkau, Ainaya melemparnya ke arah Galang.

"KAK NAYA BABI! MATI GEK LO SEKARANG, SETAN!" Galang berteriak kesal, dirinya mengumpati kakak sialannya itu. Satu tangannya mengambil handuk yang menutupi seluruh wajahnya tadi.

"LO AJA YANG MATI SONO, DEK, NTAR GUE BAHAGIA.. HAHA"  gurau Ainaya.

Ainaya mengibrit, secara terbirit-birit menuju kamar mandi. Mulutnya masih sama, menertawakan Galang. Jujur dia sebenarnya adalah kakak yang terlalu sayang pada Galang, dia akan relakan segalanya demi adiknya. Hanya saja, sikap jahil adiknya itu yang kadang membuatnya geram.

Galang mendadak mengadu pada Riris. "Bunda, noh lihat Kak Naya yang macem dakjal! Apa pantes yang kayak gitu masih dianggap Kakak?!"

Dengan terkekeh, Riris menyahut. "Biarin ajah, nanti juga Kakak kamu bakalan teriak, dari kamar mandi."

Galang sedikit mengkerutkan keningnya, heran. Membuat dirinya bertanya. "Teriak kenapa?"

"Kamu tunggu ajah, hitung mundur dari tiga." intruksi Riris.

"Tiga." Galang mulai menghitung mundur.

"Dua."

"Satu."

"GALANG HANDUK GUE SINI ANJING! MASA IYA GUE KELANJANG?" teriak Ainaya dari dalam kamar mandi, yang berati, dugaan Riris, bundanya itu benar lagi, tepat.

Refleks Galang seraya bunda tertawa sambil memandangi wajah satu sama lain. "SUJUD DULU LO SAMA GUE, BARU GUE KASIH HANDUKNYA." Galang mencoba mengambil keuntungan dalam kesempatan ini.

"ENGGAK DULU!" sahut Ainaya.

"Yaudah, nggak bakal gue kasih nih! Biar lo bugil, sampe kamar lo."

"BUNDA, GALANG-NYA BUN!" Ainaya sedikit merengek.

AinayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang