34. GARA YANG BRUTAL

144 4 0
                                    

"gara?"

"al, kamu diapain sama dia?" seru gara menunjuk lelaki di samping gadis itu dengan wajah yang sudah tidak bisa di katakan baik-baik saja.

Aletta waspada saat gara perlahan mulai mendekati Reagan, pergerakannya sangat cepat hingga membuat aletta baru menyadari jika wajah Reagan sudah lebih dulu babak belur dihajar oleh gara dengan bengisnya.

"gara, udah!" jerit aletta melerai pertengkaran keduanya, teman-teman gara bahkan tidak ada seorang pun yang membantunya memisahkan.

Aletta meremas rambutnya gusar, menatap ketiga orang di hadapannya yang masih bergeming kaku di tempat.

"kalian kenapa nggak bantu pisahin?!" teriak aletta diambang batas.

Mereka baru sadar bahwa teman laki-lakinya sedang menghajar seseorang dengan brutal. Baik bagas, devan, dan juga fadhil terlalu terkejut dengan hal ajaib yang dibuat gara barusan.

Mendengar teriakan aletta yang melengking indah sontak bagas berteriak meminta teman yang lain memisahkan gara.

"eh, eh.. bantuin woy!" bagas histeris di tempat, mukanya sudah tidak bisa dijabarkan lagi karena saking paniknya.

"anjing lo!" gara memberikan satu bogeman gratis di pangkal hidung Reagan, hingga membuat tulang hidung lelaki itu sedikit bergeser sedikit.

"lo apain cewek gue?!" teriak gara penuh emosi sampai aletta di seberangnya menatap lelaki itu takut.

Tidak pernah aletta fikirkan bahwa gara memiliki emosi yang sangat susah sekali di kontrol seperti ini, apalagi tatapan ganasnya yang membuat semua orang menunduk takut melihatnya.

"gue nggak apa-apain cewek lo, bangsat!" Reagan membalas gara dengan tendangan di bagian paha lelaki itu, membuat gara mau tidak mau mundur beberapa langkah kebelakang.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Perkelahian mereka masih terus berlanjut, gara yang rakus dengan tubuh lelaki itu tidak pernah mau melepaskannya sama sekali.

Teman-teman yang lainnya kewalahan dengan gerakan tubuh gara yang sangat cepat berpindah, sehingga lagi dan lagi gara terus gencar memukuli wajah Reagan dengan membabi buta.

"setan! berhenti anjing, gara!" fadhil berteriak menarik belakang kerah temannya yang sedang bertengkar itu.

Gara berontak di tempat, masih ingin terus menghajar Reagan tanpa henti.

Segera dibaliknya tubuh gara kebelakang, memperlihatkan aletta yang sudah ketakutan memandanginya. Ditemani oleh devan dan juga bagas, gadis itu segera menyembunyikan tubuhnya di belakang bagas. Tidak ingin melihat wajah seorang gara yang liar.

Perlahan langkah kaki gara mendekat, berusaha untuk melihat gadisnya yang tengah ketakutan akibat perlakuannya tadi.

"al.." ucap lirih gara, pandangannya sendu menatap bagian tubuh aletta yang berusaha bersembunyi di balik punggung bagas.

"pergi.." aletta terisak pelan, gadis itu masih shock dengan adegan barusan. Ini kedua kalinya aletta melihat pertengkaran brutal seorang gara.

"gar, aletta nggak mau liat lo dulu." Sahut devan berusaha menengahi keadaan sekarang.

"aletta.. aku bisa jelasin, tadi aku kalut, aku nggak bisa kontrol emosi aku, aku minta maaf.." gara berjalan cepat untuk mencapai tubuh aletta di balik punggung bagas.

Tapi tatapan kecewanya membuat gara tidak berkutik sekalipun di tempat. Gadis itu terus berusaha menghindar darinya berkali-kali.

"al, selesain dulu." Fadhil bergerak menyingkir saat aletta ingin bersembunyi di balik punggungnya.

"nggak mau.." ia masih terus bersikukuh, tidak ingin melihat wajah gara. Pertengkaran kedua gara tiba-tiba terus terekam di kepalanya, membuat aletta semakin takut jika membuka mata dan melihat wajah lelaki itu terus-menerus.

"gar, biar gue yang antar aletta. Obatin dulu luka lo." Ujar fadhil padanya.

Gara masih terus memandangi pergerakan aletta, matanya tidak ingin beranjak satu inci pun dari gadisnya.

Bahkan luka di pelipis dan bagian wajah yang lainnya tidak ada rasa sakit sedikitpun, gara sampai tidak menyadari bahwa luka yang ada di wajahnya menyisakan beberapa tetes darah menetes di jalanan aspal itu.

Aletta tentu melihatnya, darah gara yang berwarna merah pekat sedari tadi mencoba mencuri perhatiannya. Apa sebegitu parahnya keadaaan gara sekarang? Sampai membuat luka di wajahnya mengeluarkan darah.

"gue anter cowok ini dulu ke rumah sakit. Kasian, udah K.O dia." Bagas dan devan menggotong tubuh Reagan yang masih setengah sadar.

Keadaan Reagan jauh lebih mengenaskan dibandingkan gara yang baru memiliki luka di wajahnya, lelaki yang diambang batas kesadaran itu memiliki luka yang lebih parah di beberapa bagian tubuh, seperti : lengan, kaki, dan juga area perut.

"pake mobil, gas! Supir gue bentar lagi jemput." Ucap fadhil saat devan dan gara malah ingin meletakkan tubuh Reagan di belakang jok motornya.

"belegug, nggak muat ini kalau harus boti!" devan berseru pada bagas yang lebih dulu membawa tubuh Reagan ke belakang jok motornya.

"lah, lo juga naha ngingiluan, bambang?!"
Devan berdecak, ini bukan waktunya bertengkar dengan badut di sebelahnya. Keadaan Reagan sudah sangat parah, ia takut jika ada orang yang melihat atau oknum tak dikenal malah melaporkan mereka ke pihak berwajib.

"nah, tuh dia!"

"buruan mang, bantuin!" tangan bagas sudah melambai-lambai ke udara saat melihat mobil sedan itu perlahan mulai mendekat ke arah mereka semua.

"yah, cuman lewat.." sedetik kemudian bagas berucap dengan nada lemah, ternyata mobil itu hanya berbelok ke arah sini.

Fadhil dan devan sudah tertawa keras di tempat, melihat raut wajah excited bagas tadinya dan digantikan dengan ucapan, 'yah, cuman lewat..' itu sangat satisfying.

"bukan yang itu gas," ujar fadhil masih terus tertawa tanpa melihat keadaan.

Sampai sebuah mobil Alphard berhenti di hadapan mereka dengan seorang supir yang sudah keluar dari dalam mobilnya.

"hayu atuh kang, kasian ini anaknya!"

Supir fadhil tiba-tiba muncul di sebelah bagas, membuat lelaki itu refleks ingin menjatuhkan tubuh Reagan ke aspal.

"anjing, dil. Supir lo kayak tuyul!" bagas refleks lagi, kali ini sesinya tengah menghujat sopirnya fadhil.

***

ALGARA [COMPLETED] Where stories live. Discover now