32. MANIS

102 4 0
                                    

Malam ini rasanya sangat berkesan sekali bagi seorang gara sebastian husein. Di tengah kerlipnya kota bandung, gara dan aletta menaiki motor bersama hanya untuk berkeliling seraya berbincang-bincang mengenai satu sama lain.

“al, makasih ya!” teriak gara di depan sana.

“kenapa makasih?!”

“makasih udah temenin aku satu hari ini sampai full!” lelaki itu kemudian berteriak kembali hingga membuat aletta di belakangnya sontak tertawa mendengar nada teriakannya.

“sama-sama!” balas aletta juga berteriak. Angin yang menerpa keduanya sangat amat kencang sehingga membuat dua pasang sejoli itu tidak bisa berkomunikasi dengan santainya.

“besok aku beliin mikrofon yang suka dipake orang buat nyanyi di konser deh!”
Gara gedek, kadang-kadang ingin berkeliling rasanya tidak nyaman akibat angin malam yang selalu menerjang komunikasi keduanya.

“lah, buat apa?” aletta melongo, kenapa pacarnya ini random sekali?

“abisnya, kalau kita di motor, aku nggak bisa jelas denger suara kamu!” seru gara, wajahnya di buat bete.

“kan sekarang udah enggak, lagian kamu tuh kenapa random banget sih?!” aletta heran, lelaki di hadapannya ini kenapa selalu memiliki ide-ide brilian di dalam otaknya.

Sama seperti dulu, sebelum mereka resmi berpacaran.

“al, sebenernya gue bisa aja sih jadi tulang rusuk lo.”

Aletta menatap orang itu dengan tatapan juteknya, lelaki ini kenapa harus ada dimana-mana?!

ngawur?” ejek aletta pada gara.

Gara menatap wajah aletta dari samping, “yeu, dibilangin. Beneran ini mah, gue bisa jadi tulang rusuk lo.”

caranya gimana?” lihat saja yang gara ingin tunjukkan pada gadis yang bernama aletta ini.

katanya, lo juara olimpiade mulu. Masa gitu doang nggak tau sih?” cibir gara songong.

Aletta dirundung kesal mendengarnya, sifat lelaki ini yang aneh dan juga random membuat aletta ingin menendang tubuhnya jauh-jauh dari hadapannya.

yaudah, apa?” aletta mau tak mau dibuat penasaran dengannya.

“ya, lo tinggal belah aja tulang rusuk lo. Kita tukeran deh, tulang rusuk gue jadi punya lo, dan tulang rusuk lo jadi punya gue!”

“aletta..”

Lamunannya buyar saat gara terus memanggil namanya.

“kenapa?” gadis itu membalikkan badannya ke samping, menatap gara yang sedari tadi bercerita tapi malah di garingin.

Setelah acara makan angin barusan, keduanya memutuskan untuk mencari tempat makan favorite gara yang berada di sekitar pinggir jalan.

“aku tadi cerita nggak kamu dengerin..”

Gara merajuk? Oh, aletta ingin tertawa saja mendengarnya.

Sedetik kemudian kecupan manis mendarat tepat di sebelah pipi kiri gadis itu dengan sempurna.

Gara barusan menciumnya?

“kamu cium aku?” tanyanya polos. Aletta ternyata baru sadar bahwa sejak lima menit yang lalu kejadian itu berlangsung dengan cepat. Ia kemudian memegang bekas ciuman gara tepat di pipi kirinya.

“manis, kayak orangnya.” Gara tersenyum ceria, menampilkan deret 2 gigi gingsulnya. Aletta pernah bilang kan, bahwa yang menjadi favorite aletta dari gara adalah bagaimana cara lelaki itu tersenyum manis seperti tadi.

“aku mau pake behel, deh.” Mengambil ponselnya di atas meja, lantas gara menyalakan kamera di ponselnya.

“nggak suka gingsulan.” Ucap pelan gara yang masih terdengar jelas di kedua telinga aletta. Gara tengah mengaca di bagian giginya, kadang pula lelaki itu memotret bagian gigi gingsulnya dengan iseng.

“ih, di foto..” aletta tertawa melihatnya, tawanya menjadi suara tercandu yang pernah gara dengar.

“mau di foto juga?” gara balik menatapnya. Flash di kamera ponselnya menyala karena lelaki ia tengah memotret aletta saat ini.

“jelek! Hapus…” seru aletta yang tak ingin difoto siapapun sekarang.

“aku liat dulu ya, hahaha!”

Gara terus menghalau tangan aletta yang dengan gencarnya ingin merebut ponsel ditangannya.

“al, lucu gitu ih. Nggak usah takut di liat orang lain, palingan aku taro di dapur buat nakutin tikus!”

***

“makasih ya,” gara berucap tulus pada aletta. Matanya sejak tadi tidak berhenti menatap manis parasnya yang luar biasa cantik.

“sama-sama.” Jawab aletta dengan lembut.
Tangannya turun untuk mengacak pelan rambut gara yang lepek karena tertutup helm tadi.

“aku pulang ya?” pamit aletta yang di balas tarikan tangan dari lelaki di hadapannya.

“jangan! Masih mau liat kamu dulu..” ucap gara pelan, di mainkannya jari jemari aletta yang pucat.

“tangan kamu dingin.” Ungkap gara.

Aletta segera menarik tangannya dari genggaman gara, “iya makannya aku mau masuk, supaya tangannya nggak dingin lagi.” Ia tersenyum saat berucap demikian.

Mau tak mau gara mengangguk mengerti, walaupun terkesan tidak rela.

“yaudah.”

“bener, nggak papa?” yakin aletta padanya.

Gara mengangguk kaku, pandangannya mengedar memandangi seluruh rumah yang berada di sekitarnya dengan pandangan linglung.

Tiba-tiba wajahnya ditangkup dengan tangan lentik aletta, sehingga membuat gara terkejut bukan main. Usapan lembut di sekitar kedua area pipinya membuat gara ingin langsung berteriak saja rasanya.

“liatnya kesini dong..”

Gara merotasikan matanya penuh pada aletta yang tengah tersenyum manis menatapnya.

“good night, gara.”

Sebuah kecupan manis penghantar tidur mendarat sempurna di rahang tajam gara.

Jika boleh meminta lebih, gara ingin seribu kali lagi untuk merasakan kecupan manis dari gadisnya.

***

ALGARA [COMPLETED] Where stories live. Discover now