24. ROOFTOP

118 4 0
                                    

Perasaannya lega sekaligus senang mengingat kejadian kemarin sore di pantai, gara sampai tak tidur karna masih terbayang. bahkan senyumnya tak pernah luntur barang sedikitpun saat menjemput aletta di hari pertama mereka resmi berpacaran.

“gila lo?” fadhil duduk di sebelah gara saat melihat teman yang satunya itu sibuk tersenyum bak orang gila.

“dih, beneran gila.” Fadhil bergumam, ia menatap gara dari arah samping sambil mengedikkan bahunya ngeri.

“temen lo noh, gas.”

Bagas yang baru datang dari arah barat mengernyitkan dahinya tak mengerti akan ucapan fadhil.

“apaan, dil?”

Fadhil menunjuk gara di sebelahnya dengan dagu yang terangkat,
“tiba-tiba gila.”

“ngomong gila nya enak banget ya!” cibir orang di sebelahnya.

Gara menatap tajam fadhil. “waras nih gue.”

“jiakhh, sape tuh yang upload foto di pantai sama cewek?”

Gara diam-diam mengulum senyumnya, ah gini doang udah baver.

“eh gar, lo jadian sama aletta dari kapan dah?” tanya fadhil kepo.

Gara meliriknya sekilas, “kepo amat lo!” semburnya.

“dih, sensi lo?” celetuk devan, ia tertawa dengan lirikan gara yang di berikan pada fadhil tadi.

“masker?”

“apaansi gas!” fadhil berdecak.

“itu sensi merk masker, kan?”

Fadhil mengambil buku di hadapannya untuk ia timpuk pada bagas.

“bukan sensi yang itu, anyienk!”

“tadi gue liat si galang deket-deketin cewek lo, gar.” Kompor bagas, ia hanya usil saja menunggu reaksi yang gara berikan atas pernyataannya.

“ngibul lo?” gara menebak, matanya ikut memicing menatap bagas tajam.

Sejenak bagas diam tak bersuara diikuti dengan ketiga temannya yang mendadak menjadi bisu.

Gara beranjak dari bangku kelasnya, ia tak mendengar bagas menjawab apapun atas pertanyaannya, jadi lebih baik ia pastikan saja ucapan bagas benar adanya atau hanya pura-pura mengerjainya.

hayo siah, perang dunia nih gas. Gara-gara lo anyienk!” seru devan yang menatap kepergian gara.

Bagas tertawa kecil, berusaha untuk menyembunyikan rasa paniknya. “enggak elah, gue bercanda.” Candanya.

Fadhil menggeser bangkunya lalu mulai melangkah menuju arah tempat duduknya berada.

“ha ha, tak tahu kalau putus macemane.” Devan menggerakkan jari telunjuknya menunjuk bagas, ia berniat mengejek lelaki itu sekaligus menakutinya.

***

“al, mau kemana?” gara mencegah pergelangan tangan gadisnya saat berpas-pasan di koridor dengan aletta.

“ke kamar mandi bentar, mau ikut?” tawarnya yang di hadiahi semangat membara oleh gara.

“hayuk!”

Keduanya tertawa keras, “bercanda ya, gar.” Ucap aletta di sela-sela tawanya.

“ikut aku yuk!” ajak gara pada aletta.

ALGARA [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang