Beda dengan Khaliza yang berusaha untuk tidak terlalu kepo berlebihan, Dhafi yang notabenenya cowok malah sibuk mengajak Aksa bergosip ria.

"Gue suka nih yang begini," ujar Dhafi semangat empat lima.

"Sama, sesekali Algra harus diginiin biar nggak lemah lagi sama cewek seksoy mlehoy itu," balas Aksa dengan kosakata ngawur. Saking antusiasnya dengan drama rumah tangga rekannya, ia melupakan sejenak masalahnya sendiri.

Dhafi membalasnya dengan kekehan kecil, setelahnya dua cowok itu kompak mengalihkan atensi pada Algra dan Naya lagi.

Kalau di hitung dari awal, sudah hampir 30 menit Algra berjibaku membujuk Naya yang nyatanya susah luluh.

"Sayang...." Bersama ucapan ini, Algra memajukan tangannya untuk mengusap sisa air mata Naya yang hampir mengering.

Naya memutar bola mata penuh dendam kesumat. "SAYANG, SAYANG, NDASMU!" kesalnya. Satu tangannya otomatis menjambak rambut Algra. Mungkin pelampiasan karena kelewat kesal.

Ndasmu (kepalamu)

"Ahhh, sakit Yang, tapi gapapa asal lo nggak diem aja." Algra meringis. Entah pakai ajian apa, tak bisa dipungkiri kalau tangan Naya itu selalu bisa membuat orang kesakitan walau si empunya tidak mengerahkan seluruh tenaganya.

Seperti sekarang, padahal Naya hanya menjambak rambut Algra dengan satu tangan, tapi wajah sampai telinga Algra sudah merah karenanya.

"Dasar brengsek kaleng, di sogok satu gunung aja lemes!" cibir Naya menggebu. Mungkin kalau sedang tidak hamil, perempuan itu bisa lebih kalem lagi menghadapi masalah seperti ini.

"Ampun, jangan di pelintir susu gue... Sakit!" Algra berusaha mundur saat dua tangan Naya melipir ke nipple miliknya.

Melihat pemandangan tersebut, Khaliza hanya bisa beristighfar dalam hati. Sementara Dhafi, Aksa, dan Fannan tertawa ria seperti orang yang baru saja dapat lotre 3 Triliun. Sangat puas.

Lagipula, jarang-jarang kan Algra digitukan sama Naya?

Setelah puas membuat dua bulatan kecil milik Algra memerah, Naya kembali mundur. Sementara Algra menyetel ulang wajahnya menjadi manis seperti buah manggis, tak menghiraukan rasa nyeri yang amat sangat di balik bajunya.

Bersama wajah manis itu Algra mencoba berusaha kembali supaya Naya mempercayainya dengan bujuk rayu cap biawak ala-nya.

"Lo harus tau, gue itu-"

"Itu apa? Seneng tindih-tindihan sama cewek lain? Sus*nya enak? Bibirnya nagih?" serobot Naya dengan pertanyaan bertubi yang sangat menohok.

"E-"

"E apa, E enak? kalo gue nggak muncul waktu itu, apa yang akan terjadi, hah? Keenakan kan lo sampe nggak bisa ngelawan?!" Lagi, Naya menyela.

Sambil bergeleng-geleng tanda tidak setuju dengan yang Naya utarakan, Algra melangkah lebih dekat, semakin mengikis jarak.

"Ish... Jijik iyuwh." Naya refleks naik ke anak tangga ke enam. Tidak ingin merasakan hawa tak enak yang masih menempel pada cowok itu.

Pergerakan Algra terhenti, menatap mata Naya yang kebetulan sejajar dengan matanya lantaran keduanya berada di anak tangga yang berbeda.

"Lo bau lont*!" sarkas Naya tidak diduga sebelumnya.

Mendengar penuturan Naya, member inti Vaghelaz pun kompak tertawa. Tentu Dhafi dan Aksa yang paling kuat. Namun pada akhirnya, tawa tersebut terpaksa berhenti karena Algra menghujani mereka dengan tatapan tajam.

"Gapapa, terserah lo mau bilang apa." Algra memaksakan senyum. "Yang penting lo nggak marah lagi, 'kan?"

"Dih, siapa bilang?" Naya memutar bola matanya sinis.

ALGRAFIOn viuen les histories. Descobreix ara