25: Scorched

114 29 10
                                    

Made With Love
Please read with love too.
© venusura

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

CW // a lil bit of mature.

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

[]
Kicauan kenari terdengar begitu nyaring dalam rungu, pun hangatnya sinar dari mentari turut andil untuk manusia menyambut hari. Lalu lalang kendaraan diluar sana sedikit mengusik bagi siapa saja yang masih bergelung di selimut tebal, memberikannya dua pilihan, beranjak atau justru menutup telinga dengan bantal.

Semua orang akan merasakan hal sama, kesal ketika tidur nyenyaknya terusik. Terlebih ketika penat selepas bekerja belum juga hilang kendati mata telah terpejam setidaknya lima jam.

Jeongguk menggeram kesal saat bunyi nyaring dari bel tak kunjung berhenti, mengutuk sang ibu kenapa tak lantas membuka pintu dan meredam suara yang mengganggu waktu istirahatnya. Tetapi, ketika pria yang bertelanjang dada dan tertatih keluar justru mendapati Taehyung dengan kantong belanja di tangan kanan, dirinya total teringat sebelum kembali menutup pintu dengan gebrakan keras.

Ia bersumpah bahwa pemandangan prianya dengan rambut basah, serta kaos hitam yang mencetak bentuk dada sangat menggoda. Membuat pikiran Jeongguk melayang buana menjelajahi malam tadi.

Oh, sial. Ini begitu memabukkan baginya. Ketika ingatan mengenai suara rendah Taehyung yang menggeram sensual memasuki rungu, Jeongguk segera menggeleng keras. Mengusir dengan sekuat raga agar gambaran persetubuhan mereka semalam dapat hilang ditelan bumi.

"Jung?"

Tapi nyatanya tidak semudah itu. Justru ketika Taehyung berdiri dengan tangan disilangkan di depan dada, serta pundak sebelah kiri yang menahan berat tubuh di kusen pintu, Jeongguk mendekat tak tahu diri dan kembali melumat sensual bibir panas milik kekasihnya.

Demi Tuhan, bibir Taehyung bagai adiksi untuknya. Mampu menerbangkan kupu-kupu dalam perut serta rasa panas dalam tengkorak. Terlebih ketika pria Shin membalas tak kalah sensual, bersama tarikan kuat pada pinggulnya yang masih belum terbalut selesai kain, bahkan Jeongguk yakin keringat semalam yang mereka hasilnya masih memiliki sisa.

"Morning kiss harusnya tidak semenggairahkan itu, Choi Jungkook." Kalimatnya tak selaras dengan perbuatan. Taehyung justru memberikan afeksi memabukkan sepanjang garis rahang kekasihnya, membelai dengan penuh damba, memuja menggunakan madu manis, serta melayani Jeongguk juga memberikan isi dari alam semesta.

Sementara, bibir bengkak itu dimajukan main-main, sengaja Jeongguk lakukan dengan maksud bahwa ia belum puas sebab Taehyung berhenti lebih dulu. Dan ia berani bersumpah bahwa pagi ini begitu memuaskan dan tak pantas untuk dilupakan. Sebab satu detik setelah Jeongguk mengalungkan tangan pada pundak sang kasih, Taehyung membanting tubuhnya dengan begitu keras sebelum tenggelam dalam euforia menggairahkan di atas tempat tidur.

❦❦❦

Entahlah, Jeongguk tak tahu kapan keduanya berhenti, yang ia ingat hanya bunyi alarm ponsel Taehyung untuk bangun selepas tidur siang (saran dari Nina sewaktu sesi konseling yang masih belum pria itu ubah). Jika tak salah ingat, itu pukul dua siang, dan pagi tadi ia terbangun pukul sembilan. Lantas berapa jam keduanya bergumul di atas tempat tidur selagi banyak orang yang tengah bekerja?

Andai ia tahu bahwa Taehyung akan seliar itu, mungkin Jeongguk akan kabur selepas sang kasih melucuti celananya. Namun, apa boleh buat? Ia terbuai dengan bisikan seduktif dari prianya, memaksa Jeongguk mau tidak mau harus menahan nyeri pada bagian bawah saat menghampiri Taehyung di antara kabinet dapur.

"Hey, sudah bangun?"

Sapaan yang Taehyung berikan begitu lembut, tak terlihat begitu jahat seperti kalimat kotor penuh penekanan yang ia utarakan saat menggagahi Jeongguk. Membuat Jeongguk merona dibuatnya sebelum memutuskan untuk menenggelamkan pipi di antara ceruk leher Taehyung yang tengah membuat makan siang.

"Aku memasak nasi goreng kimchi, kau tidak keberatan, 'kan?" Selagi menggoreng nasi dengan sawi di atas teflon, tangan kirinya mengelus lembut jemari Jeongguk yang melingkar begitu apik pada punggung hingga perut. Definisi daily life yang Taehyung inginkan saat menikah kelak nanti.

Mendapat anggukan kecil dari kekasihnya, Taehyung hanya terkekeh pelan. "Maaf, pasti sakit untukmu-Ah!"

Jeongguk memberikan cubitan kecil pada perut Taehyung, ingin membalas dendam dengan main-main. "Begitu saja mengeluh sakit," pelukannya ia lepaskan, beralih berdiri di sisi counter guna memandang ringisan pada wajah Taehyung sebelum melanjutkan, "lalu bagaimana denganku tadi?"

"Oh, my baby." Sebelum Jeongguk kembali merajuk karena nada bicaranya terdengar mengejek, Taehyung lebih dulu menjatuhkan kecupan penuh bunga di atas kening sang kasih, "Sorry."

Jika sudah begini, Jeongguk tidak akan bisa memasang wajah marah yang dibuat-buat. Ia justru tenggelam dalam lautan penuh kupu-kupu, menggelitik ujung kepala hingga kaki, menghantarkan bahagia tersendiri dalam seluruh peredaran darah.

"Taehyung?"

"Ya, Sayang?"

Untuk pertama kalinya, Jeongguk memberanikan diri untuk mengutarakan perasaannya. "I love you." Lantas menunggu jawaban dengan gelisah sembari memainkan jari tangan.

"Ini," Taehyung meraih cincin yang Jeongguk gunakan sebagai liontin, mengelusnya lembut selagi jelaga mengunci arah pandang sang pria. "Jangan dipakai lagi." Ucapannya membuat Jeongguk terkejut.

"Kenapa? Kauu ingin mengakhiri hubungan kita? Secepat ini? Setelah kita seks?"

"Hey, tenang, baby." Telapaknya mendarat dengan lembut di atas telapak Jeongguk, menggenggam dengan hangat sebelum kecupan turut Taehyung persembahkan di sana. "Aku akan menggantinya dengan cincin yang tersemat di jari manismu. Tunggu aku sampai aku mampu meminangmu menjadi suamiku."

Jeongguk tak dapat memproses apa yang ia dengar, semuanya terlalu mendadak. Ia tidak pernah mengharapkan ini meskipun Jeongguk juga tak akan menolak jika Taehyung mengikatnya.

"Aku tidak main-main, Choi Jungkook." Perkataannya tegas, penuh akan penekanan dan sarat akan keseriusan. "Aku pernah sekali kehilangan orang yang kucinta, dan aku tidak ingin mengalaminya lagi."

Sungguh, Jeongguk bisa menangis jika Taehyung tak bisa mengunci mulutnya. "Taehyung?" Panggilnya lirih, bersama melirik teflon di atas kompor. "Jika ingin romantis harusnya tidak saat memasak. Nasi gorengnya gosong, Sialan!"

Ledakan tawa dari keduanya memenuhi rumah sederhana nan hangat itu, menggelegar setelah mematikan kompor dan menatap dengan air mata diujung peluk nasi yang sebagiannya menghitam. Mengutuk kebodohan bersama jari yang menggulir ponsel sebab tak ada lagi bahan makanan, sehingga keduanya memutuskan untuk memesan ditengah ejekan Jeongguk yang tak kunjung reda.

Dalam relungnya, Taehyung kembali menaruh harap, semoga kebenaran yang akan ia terima nantinya tak semenyakitkan kehilangan Jeongguk dahulu kala.
[]

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

Okay, sekian untuk chapter kali ini. See u!

Made With Love ㅱ Taekook (✓)Where stories live. Discover now