22: Vengeance

173 32 28
                                    

Made With Love
Please read with love too.
© venusura

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

[]
Sang bayu berhembus pelan menyapa daun kekuningan pada seluruh anakan tangga yang tersusun rapi, membawa udara sejuk juga menenangkan di atas bukit dengan satu jenis nisan pada seluruh lahan, pun buket bunga yang menghiasi satu persatu batu marmer itu sedikit asing bagi Jeongguk.

Dua tahun setelah berpulangnya sang kakak tak pernah sekalipun ia berkunjung. Awal pertemuannya dengan Taehyung menjadikan Jeongguk terakhir kali menetap di Korea sebelum terbang ke Malta dan memutuskan untuk memakai identitas Jungkook. Semuanya ia lakukan hanya untuk balas dendam yang tak kunjung memberikan kepuasan, justru membuatnya semakin sengsara kala dihadapkan pada kekasih yang semakin rapuh, dulunya.

Jeongguk memiliki alasan, tidak hanya berdalih pada opini tak mendasar karena belum mengunjungi kakaknya sama sekali. Jika merasa bersalah, Jeongguk merasakannya. Bahkan lebih dari itu. Ia merasa hina juga berdosa telah menjadi penyebab kematian satu-satunya saudara yang ia punya, pun tak kuat hati ketika menatap sang ibu juga ayah menangis.

Kepulangannya ke Korea beberapa waktu lalu, juga bukan karena semata-mata untuk memperingati kematian Jungkook. Justru merupakan bagian dari rencana balas dendamnya pada Taehyung yang telah direncanakan sejak lama.

Katakanlah bahwa Jungkook tak memiliki hati, namun pada kenyataannya, ya, memang seperti itu.

Siapa yang tidak akan sakit hati jika mendengar bahwa sang kekasih akan dijodohkan? Bukankah terlalu jahat untuk pihak penerima sepertinya? Terlebih ketika perbedaan kasta pada kedua keluarga yang begitu mencolok, membuat Jeongguk seketika berkecil hati ketika Hwang Jisoo dikenalkan sebagai calon istri Taehyung. Lantas dirinya dianggap apa selama ini?

Menyudahi lamunan seiring langkah kaki yang menapak, Jeongguk berlutut untuk meletakkan seikat kecil seruni pada sisi pualam dengan nama Choi Jungkook di atasnya. Tersenyum kecil penuh arti, serta menahan debaran tak karuan pada dada yang mendadak hadir menemani panas pada manik.

Untuk kali pertama setelah tangisan dua tahun lalu di kamar mayat, Jeongguk kembali mempersembahkan derasnya air mata di hadapan sang kakak. Meminta maaf akan segala perbuatan yang telah mencoreng nama baiknya, pun merutuki diri sendiri agar mendapat neraka sebagai peristirahatan terakhir.

Bagi Jeongguk, surga terlalu mahal untuknya, dan terlalu murah untuk Jungkook. Kakaknya telah berkorban banyak, hanya demi anak bungsu Choi yang tak tahu diuntung setelah ditinggal pergi, justru semakin semena-mena karena bebas berkeliaran dengan identitas Choi Jungkook pada kartu pengenal.

"Aku tidak bisa berhenti, Kak, maaf." Jeongguk mendayu lirih, memeluk lutut dengan lengan serta memasrahkan kepala diselanya, menatap dengan buram pada pualam abu yang tengah ia bersihkan dengan lima jari. Mengusap dengan sayang seolah Jungkook bisa merasakannya di bawah sana, berharap pada angin agar memberi saudaranya tempat yang istimewa.

Terus berceloteh pada buana tanpa ingin berhenti barang satu detik, membagikan rasa yang ia pendam sejauh waktu berjalan sesuai yang ia mau. Tak ingin munafik, sebab keinginannya begitu kuat. Sekalipun tatapan Taehyung padanya seolah tengah mempersembahkan dunia, Jeongguk telah berteguh pada genggaman, meraup sakit yang keluarganya terima untuk dihempaskan begitu saja pada kekasih, mengharapkan sakit yang sama biarpun dua tahun ini Taehyung telah rapuh.

❦❦❦

Kedai mini yang hanya menyediakan menu ice cream pada tepi jalan tak jauh dari pemakaman menjadi tujuan Jeongguk untuk menghilangkan dahaga. Jerit tangis setidaknya selama satu jam membuat tenggorokannya kering kerontang, pun suaranya terbang melalang buana sebab terlalu keras menjerit dalam sunyi.

Jeongguk memilih es lembut rasa cokelat yang ditempatkan di atas waffle, serta taburan choco chips dengan topping lain yang segera ia santap setelah pramusaji menghidangkan di atas meja. Menikmati bagaimana lelehan es meluber dalam mulut serta rasa dingin menyapa tenggorokan dengan manik yang mengikuti kendaraan roda empat di jalanan lenggang, menciptakan suasana rileks dengan jajaran pohon rimbun yang menari kesana-kemari seiring hembusan udara.

Selesai dengan ice cream serta berbagai topping yang menimbulkan bunyi remahan ketika digigit, Jeongguk lantas menjajal waffle yang dijadikan alas es di atas piring, mengunyahnya dengan pelan layaknya chef yang tengah menikmati hidangan kontestan pada ajang perlombaan, diakhiri memberikan anggukan yakin karena rasanya tidak gagal.

Biarpun terasa dingin pada saraf mulut, Jeongguk menikmatinya. Terlampau senang karena jarang menemukan momen seperti ini selama tinggal di Malta. Baginya, Busan merupakan surga yang ada pada bumi, terima kasih kepada ibu yang telah melahirkannya di kota dengan pemandangan pantai yang memanjakan manik.

Melirik jarum jam pada pergelangan tangan, ia lantas memutuskan untuk meninggalkan kedai setelah mendapati pukul sebelas yang tengah tertera. Kembali meraih mantel hitam, kemudian bergegas memakai, namun urung kala namanya diserukan nyaring pada pintu yang terbuka setengah.

Jeongguk mencari sumber suara, dan menemukan pria berkulit pucat yang tengah berjalan ke arahnya. Tersenyum lebar serta lambaian tangan menjadi sinyal siaga baginya untuk segera beranjak. Tetapi, waktu tak mengizinkannya. Pemuda yang ia kenal itu telah berdiri di hadapan, menepuk bahunya akrab serta menanyakan bagaimana kabarnya selama ini. 

"Kabarmu, bagaimana?" Tanyanya lembut, terlihat sama sekali tak menyimpan seribu belati pada setiap kata, lantas melepas coat hitam dan menyampirkannya pada sandaran kursi kayu setelah sedikit ditarik. "Masih betah menyamar sebagai Jungkook dan membiarkan dirimu yang sesungguhnya mati?" Kalimat itu dihiasi dengan seribu ton gletser Antartika dengan seribu belati pula.
[]

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

Okay, jadi mulai chapter ini hingga ke depannya, sudut pandangnya sudah tidak memakai Taehyung saja, ya. Tetapi, Jeongguk juga ikut andil.

Buat yang bingung, Jungkook dan Jeongguk beda orang, tokoh utamanya Taehyung dan Jeongguk, tetapi Jeongguk memakai identitas Jungkook. Sehingga, ketika bersama Taehyung, ia dikenal sebagai Jungkook. Tetapi, ketika dengan orang lain, Jeongguk ya Jeongguk wkwk

Pusing ga? Semoga engga ya.

Okay, terima kasih sudah mampir.
See u!

Made With Love ㅱ Taekook (✓)Where stories live. Discover now