04: Lose

462 69 10
                                    

Made With Love
Please read with love too.
© venusura

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

❝Aku sendiri tidak tahu apa-apa dengan kepastian, tetapi melihat bintang-bintang membuatku bermimpi.❞
(Terjemahan kutipan dari : )
-Vincent Van Gogh

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

[]
Vincent itu tipe orang hiperaktif, dia akan susah berdiam diri terlalu lama pun akan merasa cepat bosan jika tidak ada yang bisa dilakukannya. Namun, apa boleh buat? Ketika ia memutuskan untuk mengekori Jungkook hingga ke florist, Vincent harus bersedia duduk manis di belakang meja kasir dengan pemandangan berbagai jenis bunga di depan mata, sedang pria Choi itu berdiri dengan beberapa tangkai bunga di atas meja.

Satu jam lebih Vincent menjelma menjadi pahatan patung, menurut akan titah yang Jungkook berikan hanya untuk menjaga suasana agar tidak gaduh. Ia juga tahu diri bagaimana harus menghormati pelanggan yang datang untuk membeli bunga atau hanya melihat-lihat.

Maniknya fokus akan apa yang pria di depannya kerjakan, memindahkan satu persatu daffodil yang telah diambilnya beberapa jam lalu pada pot bening yang telah berisi air. Terlihat sudah terbiasa kendati tempat kerja Jungkook jarang menerima pesanan tanaman hias layaknya sekarang.

Selagi Jungkook tengah memusatkan atensi pada bunga cantik berwarna putih dan kuning di bagian tengahnya itu, Vincent meraih ponsel, membuka kamera, dan mengarahkannya pada Jungkook.

Betapa tampan pria Choi itu ketika sedang menekuni apa yang menjadi hobinya dengan apron tortilla serta kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam. Semakin terlihat maskulin kala kedua lengan kemejanya ia lipat hingga siku dan memperlihatkan kedua lengan kekar yang kerap dilatihnya dengan barbell.

Vincent sepenuhnya jatuh akan pesona itu selama beberapa saat sebelum matanya mengerjap beberapa kali. Terlonjak akan panggilan serta tepukan pada pundak lesunya.

"Kau tidak sedang menyeretku ke dalam imajinasimu, 'kan?" Tebak Jungkook dengan tepat dan membuat Vincent salah tingkah.

Menggaruk leher belakangnya dengan canggung serta menggelengkan kepala tak yakin. "Tidak." Kilah Vincent. Membuat Jungkook memicingkan mata beberapa detik sebelum duduk di sebelahnya. Kemudian membuka tutup botol mineral dan meneguknya hingga setengah bagian.

"Mau?"

Tolong selamatkan Vincent dari pikiran gilanya saat ini juga, karena bagaimanapun ia adalah pria sehat dengan hormon yang cukup baik.

❦❦❦

Vincent membawa langkah kakinya keluar, menjauh dari florist tempat Jungkook bekerja. Berniat menenangkan pikiran agar tak lagi berpikir yang macam-macam. Berkelana di jalanan sepi sepanjang perumahan disekitaran toko bunga itu.

Entahlah, ia juga bingung bagaimana bisa Jungkook menemukan tempat kerja di wilayah ini. Pun tak kalah bingung pada pemilik florist yang mendirikan toko bunga di tengah padatnya gedung tinggi. Jika dipikirkan kembali, mungkin orang akan susah menemukan tempat itu, namun nyatanya Jungkook bisa mendapatkan banyak tip yang sering kali diberikan oleh konsumen, dan Vincent bersyukur atas hal itu.

Kakinya berhenti melangkah kala kepalanya menoleh, mendapati florist tak lagi terlihat dalam padangan dan bodohnya Vincent tak begitu hafal akan tempat ini. Ia bahkan baru menginjakkan kaki di Ħal Qormi tidak lebih dari lima kali. Lantas apa yang harus ia lakukan saat ini?

Cara yang terpikir pertama kali dalam benaknya adalah kembali ke jalur awal; jalur awal di mana Vincent bisa berdiri bingung di antara beberapa mobil yang terparkir rapi. Masalahnya adalah ia juga melupakan dari mana ia tiba sebab pikirannya total fokus pada pria Choi.

Benaknya sudah memaki habis-habisan pada diri sendiri, merutuki kebodohan yang nantinya akan menimbulkan khawatir pada Jungkook—jika memang begitu. Tapi, bagaimana jika Jungkook justru membiarkannya hilang di tempat asing seperti ini?

"Ah, sial!"

Matanya mulai memanas kala ia berlulut di tepi perempatan sepi, tak ada satu pun orang melintas yang bisa ia tanyai. Membuat Vincent total gelisah karena ini sungguh menyeramkan, bahkan ia melupakan ponsel yang harusnya benda itu bisa ia andalkan.

Vincent menunduk, memasrahkan kepalanya di antara lutut yang ia tekuk. Masa bodoh pada lingkungan sekitar seandainya ia akan diculik. Toh Jungkook tidak akan mencarinya dilihat dari sikap pria itu selama satu tahun belakang.

Jungkook adalah pria yang tak acuh pada sekitar. Tak pernah memikirkan segala kejadian yang terjadi di sekelilingnya dan hanya akan memperhatikan diri sendiri serta mengabaikan orang lain sekali pun orang tersebut membutuhkan bantuan. Memang tipe pria dingin yang tak bisa dihangatkan dan menghangatkan orang lain.

"Vincent!"

Rungunya samar-samar mendengar panggilan. Namun, Vincent tak menghiraukannya dan tetap menunduduk di tempat. Tak ingin berharap banyak sebab pemilik nama Vincent bukan hanya dirinya seorang.

"Shin Taehyung!"

Namun, ia tak bisa untuk tidak mengangkat kepala kala nama itu disebut. Maniknya lantas mendapati Jungkook berlari secepat yang pria itu bisa kearahnya, segera mendekap Vincent erat dengan napas yang tersengal hebat sesaat sampai dihadapan.

"Demi Tuhan, aku sudah akan menyalahkan diriku sendiri jika aku tidak menemukanmu, Vin."

Suara Jungkook lirih, teredam oleh baju Vincent karena pria itu mendekapnya begitu erat. Seolah-olah Vincent akan hilang jika Jungkook melepaskan dekapan. Dan betapa terkejutnya Vincent kala mendapati air mata di pelupuk milik pria Choi, membuatnya menarik segala kata bahwa Jungkook hanyalah pria yang akan mementingkan diri sendiri. Nyatanya ia juga memiliki peran penting dalam hidup Jungkook sejauh ini.
[]

⎯⎯⎯⎯⎯ ღღღ⎯⎯⎯⎯⎯

Hi~!
Terima kasih sudah mampir!
Dan maaf jika ada typo, hehe.

Tolong berikan dukungan padaku berupa vote dan komentar untuk menambah semangat dalam menulis ke depannya, hihi.

Jika sudah terima kasih, dan
See u

Made With Love ㅱ Taekook (✓)Where stories live. Discover now