"Hm, iya deh." Disa kembali menyandarkan punggung nya pada sandaran ayunan. Duduk anteng seperti apa yang di perintahkan oleh suaminya. Yang dapat Disa lakukan hanya bersantai dan memerhatikan suaminya dari sini. Arkan sama sekali tak memperbolehkan Disa untuk membantu. Ia tak mau hal-hal buruk yang akan terjadi, terlebih kandungan Disa yang sudah terlihat besar.

"Oke finish." Ucap Arkan. Pandangan nya teredar menatap pemandangan taman mini rumah nya ini. Taman yang begitu terang benerang karena lampu-lampu yang menghiasi. Perlengkapan piknik, grill maupun perlengkapan lain sudah tertata rapi disana.

Arkan berbalik badan, ia menatap Disa yang sedang duduk di ayunan sana. Dengan langkah lebarnya ia berjalan menghampiri Disa, seraya tersenyum pada wanita itu.

Disa ikut memandang ke arah pria dengan pakaian hoodie dan celana pendek yang tampak sedang berjalan menghampiri nya.

"Kenapa si senyum-senyum."

"Gapapa." Arkan langsung duduk disamping Disa, wajah nya langsung menyosor untuk mencium pipi istrinya.

Spontan Disa menggeliat geli. "Kak Arkan!"

Arkan sontak menjauh dan bersandar pada ayunan. Tangan kanan nya dengan sigap merangkul Disa dan menarik pelan tubuh wanita ini agar ikut tersandar di dada nya.

"Wangi."

Akan sedikit menunduk, ia mendekatkan wajahnya pada perut buncit Disa. Tangan kirinya mengusap-usap lembut perut buncit ini. "Kamu bisa nyium wangi nya gak?

Arkan beralih menempelkan telinga nya pada perut Disa. "Hah apa? Enggak? Yah lemahh!"

Disa yang melihat tingkah Arkan seperti itu menjadi terkekeh geli. Disa merasa gemesh dengan interaksi Arkan barusan.

Spontan suara deruman motor besar terdengar jelas di pendengaran mereka. Suara yang makin lama makin terdengar dekat. Arkan sontak mengangkat tubuh nya, dan ia tahu pasti itu sekumpulan teman-teman nya yang sudah berada di area rumah.

"Itu mereka deh kayanya."

"Kamu mau ikut apa tunggu disini aja?"

"Ikut!" Dengan sigap Disa berdiri dari duduk nya.

"Yaudah ayo." Arkan langsung menggenggam jari jemari Disa. Ia membawa langkah nya menuju halaman depan rumah nya melewati pintu samping. Tangan Arkan dengan cekatan menarik gagang pintu besi ini dan membuka nya lebar.

Benar, sekumpulan teman Arkan sudah berada disana. Beberapa motor besar yang sudah terparkir di halaman rumah nya. Para lelaki yang tampak mengenakan pakaian santai itu langsung menghampiri Arkan dan Disa yang sedang berdiri di pintu. Nanda, Draka dan Ipal berada di paling depan. Tanpa aba-aba langsung saja mereka ber-tosan ala geng mereka pada Arkan. Untuk Disa, mereka hanya memberikan senyuman dan sapaan saja.

"Jangan senyam-senyum sama bini gue." Ketus Arkan memberikan peringatan.

"Jangan di genggam mulu, gak berangin ntar jari-jari nya." Balas Draka dengan pandangan yang ia alihkan pada langit.

"Sialan." Umpat Arkan.

"Bini lo cantik juga ya kiranya, Ar."

"Banget." Ketus Arkan.

"Temen bini lo ada lagi gak, Ar? Yang cantik sabilah buat gue."

"Gak."

Sedari tadi Disa yang berdiri di samping Arkan hanya menyimak. Ia juga sempat terkekeh dan memberikan senyum keramahan. Disa juga memandangi satu persatu mereka yang sebanyak ini. Melihat mereka-mereka yang sudah tampak berbeda dari sebelumnya, berbanding terbalik rasanya dengan sikap mereka yang dahulu.

DISA | brokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang