part 23

106K 8.6K 266
                                    


Happy reading

Sesampainya di kamar, Nara langsung mengganti baju seragamnya menjadi pakaian santai rumah. Kemudian membasuh wajahnya agar terlihat lebih segar, ia akan mandi nanti saja setelah memandikan Udin kucing kesayangan sang papa.

Setengah tahun yang lalu saat Dika pulang kerja
di jalan Dika tak sengaja hampir menabrak kucing jalanan, untung saja Dika bisa menghindari kucing itu.
Kucing yang hampir Dika tabrak berwarna putih dan kakinya terdapat luka gores. Dika berinisiatif mengadopsi kucing itu ia merasa kasihan dengan kucing malang itu.

Kucing putih yang di beri nama Udin kini bertumbuh sehat. Dika merawatnya dengan sayang bulunya semakin tebal dan halus badannya juga gemuk. Dika merawat Udin juga di bantu oleh orang rumah terutama mbak Ning, jika ia belum pulang dari rumah sakit ia selalu meminta bantuan pada mbak Ning untuk memberi makan Udin.

Nara turun menghampiri mamanya yang masih asyik mengobrol dengan Angkasa. Nara duduk di sebelah sang mama.

"Nar, Angkasa diajak makan dulu. Kasihan pasti belum makan" suruh Raina.

"Enggak usah tante saya masih kenyang" tolak Angkasa halus.

"Udah gak usah malu-malu.
Nara ajakin Angkasa makan mama mau keluar sebentar ada keperluan toko yang harus mama beli"

Raina menepuk bahu Angkasa pelan. "Angkasa jangan pulang dulu sebelum makan ya! mbak Ning udah masak banyak. Anggap aja rumah sendiri" ucap Raina. Ia baru ingat ada barang yang harus ia beli karena di toko bunganya sudah habis.

Angkasa tersenyum ramah dan hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah Raina pergi Nara mengajak Angkasa ke meja makan untuk mengisi perut mereka yang terasa keroncongan.

"Kak Raja mau makan sama apa?" tanya Nara. Ia menunjukkan beberapa lauk seperti ayam goreng, ikan bakar, tahu tempe, dan masih banyak lagi.

"Ayam goreng aja" ucap Angkasa.

Nara mengangguk lalu mengambilkan nasi tak lupa ayam gorengnya untuk Angkasa.

"Nih habisin ya" Nara menyodorkan piring itu ke Angkasa.

"Pasti dong, kan yang ngambilin calon istri" ucap Angkasa sambil tertawa pelan.

"Ssstt... udah diem cepetan makan! abisin!" ucap Nara tajam.

"Iya, galak banget..."

"Bodo" Nara mengisi piringnya dengan berbagai lauk hampir semua yang ada di meja makan ini ia ambil satu persatu.

Angkasa sempat bengong melihatnya, ia tak habis pikir badan Nara yang mungil ini ternyata makannya sangat banyak namun anehnya badannya tetap kecil tak kunjung berkembang.

"Kuat makan segitu banyaknya?" tanya Angkasa hati-hati takut menyinggung perasaan Nara.

"Kuat lah, kenapa emang? kak Raja risih ya liat aku makan segini banyaknya"

"Enggak. Gue seneng kalo lo makan banyak biar cepet gede"

Tanpa membalas ucapan Angkasa Nara mulai memakan makanannya. Nara makan di hadapan Angkasa bak seperti kuli tak seperti cewek diluaran sana yang harus makan secara feminim di depan cowok barunya. Nara bukan tipikal cewek yang seperti itu, makan ya makan saja tak perlu jaim segala.

Angkasa yang melihat Nara makan terlalu terburu jadi kawatir takut Nara tersedak.

"Pelan-pelan nanti kes_

Uhuk uhuk

Nah kan, Angkasa belum menyelesaikan ucapannya Nara sudah tersedak. Angkasa yang duduk di sebelah Nara langsung meraih gelas berisi air putih dan memberikannya kepada Nara.

NARAKASA [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now