2.2

8.6K 1.2K 55
                                    

TOK TOK TOK

"Permisi." Taehyun mengetuk pintu ruang guru, membukanya pelan dan kemudian mengintip masuk.

"Nyari siapa?" ujar seorang guru perempuan yang melihat gerak-gerik Taehyun yang terlihat seperti sedang mencari seseorang.

Melihat Bu Rose yang memperhatikan gerak-geriknya, sontak Taehyun melangka masuk ke dalam, menutup pintu pelan dan kemudian berjalan menuju Bu Rose yang masih setia memandanginya.

"Bu Jennie ada?" tanya Taehyun to the point dan langsung mendapat jawaban dari Bu Rose.

Bu Rose menunjuk sosok wanita berkelas yang tengah fokus dengan laptop-nya. Bu Jennie sesekali membenarkan letak kacamata-nya dari jauh sana.

"Makasi, Bu." Taehyun membungkuk sopan, namun wajahnya benar-benar datar. Taehyun jarang berekspresi dan semua guru tau itu, jadi para guru memaklumi itu.

Taehyun berjalan tenang menuju Bu Jennie. Saat sampai di meja milik Bu Jennie, wanita itu mendongak, menurunkan sedikit kacamata-nya.

"Oh Taehyun, kenapa nak?" tanya Bu Jennie dan berhenti mengetik, mengalihkan fokusnya pada Taehyun yang berdiri di depan mejanya.

"Saya mau nanya tentang beasiswa," kata Taehyun sopan.

Bu Jennie mengangguk paham, melepaskan kacamatanya dan mempersilahkan Taehyun untuk duduk.

"Maaf kalau saya lancang, tapi beasiswa ke luar negeri itu bisa gak ibu kasi ke saya? Saya bakalan naikin lagi nilai saya, Bu—"

"Loh? Ke luar negeri? Yang ke Eropa itu? Yang cuman buat satu orang?" tanya Bu Jennie memastikan.

Sekolahnya tiap tahun selalu mengadakan beasiswa ke luar negeri, tapi hanya satu orang yang mendapatkannya. Beasiswa ke luar negeri  gratis hanya diberikan kepada satu orang siswa terbaik se-angkatan.

Taehyun mengangguk membuat Bu Jennie mengerutkan keningnya.

"Kamu belum tau, ya?" Bu Jennie menggantung ucapannya. Taehyun diam, menunggu lanjutan ucapan Bu Jennie.

"Kan beasiswa-nya udah dikasi ke Im Sena. Dari awal semester malah."

Taehyun bungkam. Badannya tiba-tiba terasa tegang. Bagaimana bisa ia tidak tau bahwa Sena yang menerima beasiswa itu?

"Beasiswanya gak bisa diganti sama murid lain, Bu?" tanya Taehyun masih kekeh ingin mendapatkan beasiswa itu.

"Kalo masalah itu bukan Ibu yang urus."

•••

Seorang laki-laki menunduk fokus. Tangannya terus menulis tanpa henti sejak tiga jam yang lalu. Tak ada waktu istirahat sedikitpun ataupun jeda dalam belajarnya. Bagi Taehyun, beristirahat sejenak hanya akan membuang waktu-nya.

Ya, malam ini Taehyun belajar lebih giat lagi. Sebenarnya tiap hari dan tiap ada waktu luang Taehyun akan belajar. Contohnya saat waktu istirahat di sekolah, waktu itu ia gunakan untuk belajar daripada pergi ke kantin.

Kedua telinganya ia sumpal dengan earphone, membiarkan nada-nada indah mendengung di telinganya. Sedangkan, suasana rumahnya tidak setenang lagu yang ia dengar.

"HARUSNYA KAMU YANG JAGA MINA!"

"WAKTU ITU UDAH AKU BILANG BUANG AJA NI ANAK! APA SEKARANG! ANAK CEWEK GAK ADA GUNANYA!"

"NI ANAK AUTIS GAK GUNA!"

PRANGGG

Taehyun, pemuda itu menghentikkan aktivitas menulisnya saat mendengar suara pecahan. Pulpennya ia genggam begitu erat. Matanya menatap dingin ke arah dinding putih kamar-nya yang terpasang begitu banyak sticky-notes berisi rumus-rumus dan quotes motivasi.

Dangerous Bully | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang