2.1

9K 1.3K 55
                                    

Langkah yang tenang namun pasti, langkah yang pelan namun panjang itu memasuki ruang kelas. Satu tangannya memegang sebuah minuman, satu tangannya ia masukkan ke dalam saku dan matanya yang bulat mengawasi kelas itu dengan tatapan tanpa arti.

Taehyun kemudian melangkah memasuki kelas setelah diam sejenak di depan pintu. Kelas yang ramai dan ricuh seperti pada umumnya. Pemuda itu baru saja pergi ke kantin dan sekarang ia akan belajar.

Indra penglihatannya mengabaikan teman kelasnya yang sudah tidak beraturan. Jeno, Jaemin dan Beomgyu yang tadinya asik bercerita sambil tertawa langsung mengalihkan pandangannya ke arah Taehyun yang baru saja datang.

"Oi, Hyun!" Beomgyu melambaikan tangannya dan tersenyum lebar, namun reaksi Taehyun membuat Jeno dan Jaemin tertawa. Taehyun hanya melirik Beomgyu sekilas kemudian menarik kursi-nya untuk duduk.

Baru saja mendaratkan tubuhnya di kursi, ketenangannya langsung terganggu. Jeno, Jaemin dan Beomgyu berkumpul di mejanya dan itu cukup membuat Taehyun menghela nafas kasar.

"Apa?" ujar Taehyun datar, namun tatapan matanya begitu tajam menatap Beomgyu yang cekikikan tak jelas.

"Gila sih tu anak gak masuk lagi," kata Jeno sambil tertawa.

Mendengar itu, satu alis Taehyun terangkat naik, pertanda ia tidak mengerti. Keningnya juga mengkerut karena tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Jeno.

"Siapa?" tanya Taehyun yang masih tak mengerti dengan kode Jeno dan Jaemin.

Kemudian Jeno, Jaemin dan Beomgyu menolehkan kepala mereka serempak ke arah satu bangku kosong yang berada di paling belakang. Itu adalah bangku Sena. Ya, gadis itu tidak masuk hari ini.

"Yailah, tu anak keknya beneran takut mau masuk sekolah—"

"Lo bertiga punya otak?" sela Taehyun dengan suara beratnya. Nadanya yang begitu datar membuat Jeno mengerutkan keningnya.

"Ya punya dong, kalo gak punya—"

"Pikir lo! gimana Sena berani masuk habis lo gantungin dia kayak gitu kemaren di kolam!" Taehyun mulai sedikit menggertak, meninggikan nada suaranya. Ia mulai marah.

Jeno seketika mendelik. "Dih? Lah? Kan bukan gue yang gantungin dia anjir! Si Jaemin tuh—"

"Lo bertiga bener-bener bikin Sena mau mati kemaren! Lo ngiket tangan sama kakinya, pas dia jatoh ke bawah terus gak bisa gerak di air." Taehyun menatap nyalang tiga temannya itu. "Otak lo semua tuh dipake!"

"Dih? Kok lo malah nyolot! Biasanya juga enggak! Aneh lo—"

"Ya lo bayangin kemaren gue liat dia udah gak gerak pas di kolam! Lagian lo bertiga udah parah banget—"

"Lo diem aja elah. Lo juga ikut-ikutan!" sarkas Jeno dan langsung membuat Taehyun bungkam. "Apasi anjir sok-sokan ngebela. Padahal lo juga ikut-ikutan ngebully dia—"

"Seenggaknya gue gak pernah mukul cewek," jawab Taehyun dan kini ketiganya bungkam.

Memang benar, selama ini Taehyun tidak pernah menyentuh Sena. Ia tidak pernah memukul Sena. Yang ia lakukan hanya mengamati gadis itu yang sedang dipukul.

"Sekali lagi lo ngebully Sena ataupun orang lain, gue bakal laporin polisi—"

"Gue laporin polisi juga lah! Lo kan juga ada! Lo ngeliatin gitu lo pikir lo bukan pembully? Dih sama aja," celetuk Jaemin marah. Ia mulai tersulut emosi. Ia tak terima. Taehyun diam, membuat Jaemin makin menyolot. "Apa lo hah! Gak usah sok deh lo pake laporin polisi segala!"

Setelah mendengar ucapan Jaemin, Taehyun beralih melirik Beomgyu. Pemuda itu langsung menyengir kuda dan mengeluarkan ponselnya, memamerkan ponselnya yang menjadi barang bukti mereka semua.

Dangerous Bully | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang