1.1

9.4K 1.4K 163
                                    

Tengah malam yang dingin. Lorong rumah sakit yang tampak semakin sepi itu memperlihatkan seorang perempuan dengan keadaan yang lusuh dan acak-acakan duduk di lorong tersebut.

Sena, gadis itu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, membiarkan dinginnya udara menusuk seluruh tubuhnya. Gadis itu terus merapalkan berbagai doa, mengirimkannya pada seseorang laki-laki tak berdosa terbaring didalam sana.

Hyuka, anak laki-laki itu terbaring lemah di bangkar rumah sakit dengan satu dokter dan beberapa suster menanganinya. Waktu sudah berjalan sekitar satu jam dan dokter tak kunjung keluar.

Jika saja Hyuka tidak datang untuk menyelamatkannya, maka ini tidak akan terjadi. Ini salahnya. Ini semua salahnya. Hyuka sekarat karena ulahnya. Gadis itu selalu menyalahkan dirinya atas kejadian tadi.

Bagaimana bisa ia hidup seperti ini?

"SENA!"

Seorang perempuan berambut pendek berlari khawatir di lorong rumah sakit diikuti oleh laki-laki tampan berjas yang juga ikut berlari dengan raut wajah khawatir.

Sontak Sena langsung menoleh, gadis itu spontan berdiri ketika melihat Wendy dan Taeyong berlari menghampirinya dengan raut wajah khawatir.

"Mama Wendy..." lirih Sena ketika Wendy sudah berada tepat di depannya dan memegang bahunya, wanita itu mengatur nafasnya yang tak beraturan, terlihat jelas dari uap dingin yang keluar dari mulutnya.

Wendy langsung memegang wajah Sena, memeriksa keadaan gadis yang dalam keadaan kacau. "Kamu gapapa kan, sayang? Kamu gapapa?" tanya Wendy khawatir.

Sena, mata gadis itu memanas, pandangannya memburam melihat wajah Ibu panti asuhan itu karena air matanya tertahan disana. Bibirnya mulai bergetar ketika ingin mengeluarkan sebuah kalimat. Tangannya memegang lembut tangan Wendy yang mulus. "Aku gapapa, Ma.."

Wendy langsung bernafas lega ketika mendengar kata baik-baik saja keluar dari mulut Sena.

"Tapi Hyuka..." lirih Sena lagi. Suaranya serak dan bergetar. Air matanya lolos dengan cepat ketika mengingat kembali bagaimana keadaan Hyuka yang sudah berlumuran darah dan tak menunjukan pergerakan.

Wendy, Sena kira Wendy akan memarahinya, tapi itu diluar dugaannya. Wendy malah mengelus pelan puncak kepalanya dan memeluknya begitu erat.

"Bukan salah kamu, sayang. Gak ada yang salah disini..." Wendy seakan-akan tau isi pikiran Sena.

Dan detik kemudian tangisan itu pecah. Tangisannya pecah dalam dekapan Wendy. Saat sampai di rumah sakit, Sena langsung menelepon Wendy dan menceritakan kejadian yang menimpa Hyuka, kecuali tentang Jeno, Jaemin, Beomgyu adalah teman kelasnya dan tentang mereka bertiga yang selalu merundungya.

Tangisan yang pilu, tangisan yang seakan-akan menceritakan segala beban yang harus ia tanggung itu membuat Wendy makin mendekapnya erat.

"H-Hyuka, Hyuka..." Sena terus menyebutkan nama itu dalam dekapan erat Wendy.

Wendy mengelus-elus punggung Sena lembut. Gadis itu begitu rapuh. Gadis itu begitu baik. Wendy tau itu.

Taeyong memandang keduanya dengan tatapan iba. Taeyong menganggap semua anak di panti asuhan seperti anak kandungnya. Keadaan itu membuatnya sakit melihat Wendy, Sena dan Hyuka.

CEKLEK

Pintu terbuka. Wendy dan Sena langsung melepaskan pelukannya dan menoleh cepat ke arah seorang dokter yang keluar.

"Gimana keadaan anak saya, dok?!" tanya Wendy terburu-buru dengan mata yang mulai memerah.

Sang dokter terlihat begitu tenang, namun tidak dengan raut wajahnya. Dokter dengan name-tag Kim Taehyung itu melepaskan sarung tangan dan masker putihnya terlebih dahulu sebelum mulai berbicara.

"Anak anda menghembuskan nafas terakhirnya saat kejadian tersebut berlangsung."

Bersamaan dengan selesainya ucapan dokter itu, Sena dan Wendy langsung berlari masuk ke dalam membuat empat suster yang sedang menutupi Hyuka dengan kain putih itu langsung menyingkir.

"HYUKA!" teriak Sena begitu kencang. Gadis itu langsung membuka kasar kain putih yang menutupi wajah Hyuka.

Wendy, mulutnya langsung terbuka lebar ketika melihat wajah Hyuka yang pucat dan penuh dengan luka. Sena, gadis itu langsung memeluk Hyuka erat dan menangis tepat di dada Hyuka yang sudah tidak mendetakkan jantungnya.

"Hyuka..." panggil Sena lirih. Suaranya bergetar. Air matanya terus lolos, ia tidak bisa menahan air matanya. "Hyuka, kamu mau es krim lagi, kan? Ayok kita beli! Aku bakalan beli banyak buat kamu!" Sena memeluk erat tubuh yang begitu dingin itu.

Wendy, tangisan wanita itu langsung pecah dengan satu tangan yang menutupi mulutnya. Taeyong, pria itu langsung datang dan sama shock-nya melihat keadaan Hyuka yang jauh dari kata baik-baik saja. Taeyong langsung memeluk Wendy ketika melihat keadaan istri-nya.

"Badan kamu dingin banget..." ujar Sena dengan seluruh tubuh yang bergetar. "Jangan beli es krim, ya?"

"Kenapa badan kamu dingin banget, Hyukaaa..."

Sena langsung membuka mantel tebal hitamnya dan berniat memakaikannya kepada Hyuka, namun Taeyong langsung menahannya.

"Sena! Sena!" Taeyong menahan Sena, berusaha menyadarkan gadis itu namun Sena terus memberontak.

"Hyuka kedinginan! Dia harus dibawa pulang! Hyukaa!"

Sena kembali berteriak histeris ketika melihat para suster membawa bangkar Hyuka menuju luar. Taeyong masih setia menahan tubuh Sena yang terus memberontak. Sedangkan Wendy terus mengeluarkan cairan bening melihat kondisi Hyuka dan melihat Sena yang terus berteriak histeris.

"HYUKA!"


























Feelnya dapet gak?

Dangerous Bully | Lee JenoDove le storie prendono vita. Scoprilo ora