0.9

9.5K 1.4K 27
                                    

Malam hari yang dingin, malam yang gelap, malam yang sunyi hanya ditemani oleh bintang-bintang dan beberapa lampu jalanan yang mulai redup. Im Sena berjalan seorang diri setelah mengantar Hyuka pulang ke panti asuhan. Ini sudah tiga hari semenjak Hyuka pergi menginap di apartment-nya dan ini ketiga harinya pula ia absen dari sekolah dan kerja.

Jaket hitam tebal dan kebesaran melekat pada tubuhnya. Syal berwarna cream menutupi dagu dan mulutnya. Celana jeans biru membuatnya benar-benar terlihat sangat kurus. Rambut hitamnya yang biasanya ia biarkan terurai kini ia ikat, membuat rambut panjang hitamnya itu terlihat semakin tipis.

Wajahnya sudah tidak terlalu bengkak dibandingkan saat tiga hari lalu, saat ia masuk sekolah. Bahkan ia merasa sangat bahagia, benar-benar bahagia selama tiga hari ini bersama Hyuka. Anak polos itu membuatnya merasa senang walaupun dengan hal kecil.

Hyuka tak henti-hentinya memujinya. Katakanlah Sena haus pujian, tapi apakah ia memang benar-benar haus pujian? Disaat Jeno, Jaemin, Beomgyu dan Taehyun memukulnya, mencaci-makinya, menjauhinya, hanya Hyuka orang yang selalu berada disisi Sena apapun yang terjadi, hanya Hyuka satu-satunya orang yang tidak menyakitinya, hanya Hyuka tempat dimana ia bisa merasa aman dan tenang.

"Eitss, ngilang tiga hari ketemu disini kita."

Tiba-tiba langkahnya terhenti, nafasnya tercekat. Tiga orang yang selalu ia hindari muncul tepat dihadapannya. Tiga orang yang selalu menjadi alasan ia takut pergi ke sekolah. Jeno, Jaemin dan Beomgyu.

Sena terdiam. Tangannya yang terasa membeku kini terasa mati rasa ketika melihat wajah tak berdosa mereka. Tubuhnya yang tadinya bergetar karena udara malam yang dingin, kini bergetar karena rasa takut luar biasa.

Sena melirik takut ke kanan dan ke kiri, berharap ada seseorang yang lewat dan melihat aksi mereka. Namun nihil, tidak ada satupun orang yang lewat. Toko-toko banyak yang tutup karena ini hampir tengah malam. Lampu-lampu jalanan mulai redup. Lampu taman yang ada dibelakangnya tidak menyala sama sekali.

Jeno tersenyum sinis. Pemuda itu melirik Sena dari bawah sampai atas. "Widihh, darimana lo? Cakep amat gaya lo."

Sena masih diam. Matanya bertubrukan dengan manik mata Jaemin. Jaemin tersenyum sinis. Ia bisa melihat jelas tatapan mata Jaemin kepadanya. Tatapan mata yang memberikan sebuah kode untuk menyiksanya.

"Gas gak? Bosen ah gue tiga hari gak ada yang diajak main, ya gak?" Jaemin memberi kode kepada Jeno dan Beomgyu.

Dan firasat Sena benar. Mereka berjalan selangkah mendekati Sena dengan tatapan mata yang seakan-akan ingin menerkamnya. Gadis itu langsung memundurkan langkahnya spontan. Tubuhnya makin bergetar. Tiga orang ini seperti pedofil.

GREPP

Jeno langsung menggenggam pergelangan tangan Sena, satu tangannya menarik paksa punggung kurus gadis itu. Bahkan punggungnya belum pulih sepenuhnya, rasa sakit menggerogotinya ketika Jeno menarik paksa punggung dan tangannya. Beomgyu mendorong kasar punggung Sena dan membuat matanya menanas. Bekas lebam, bekas dorongan, bekas pukulan, bekas luka yang melepuh masih ada disana.

Mereka membawa Sena ke sebuah gang sempit yang tak jauh darisana. Jeno dan Beomgyu menarik paksa Sena dan kemudian membenturkannya kuat-kuat pada tembok.

Lampu yang ada di gang sempit itu makin redup, seakan-akan alam mendukung mereka bertiga untuk menutupi kejahatan yang mereka bertiga lakukan.

Sena mengerang sedetik setelah punggungnya terbentur kuat-kuat. Gadis itu sedikit membungkuk untuk menahan tubuhnya yang nyaris tumbang, namun detik kemudian lehernya tercekik begitu kuat oleh syal-nya.

Jeno menarik syal yang terlilit sempurna di leher Sena. Tangannya menarik begitu kuat sampai membuat wajah Sena merah padam. Mulut gadis itu terbuka lebar, seakan-akan melahap segala pasokan angin yang ada disana. Matanya membulak dan berkaca-kaca memandangi wajah Jeno yang hanya tersenyum puas melihat reaksi Sena.

Beomgyu dan Jaemin melihat itu, mereka tertawa pelan layaknya seorang iblis.

Sena memegangi syal-nya lemah, kemudian memukul-mukul tangan kekar Jeno, memberi syarat untuk melepaskannya. Namun Jeno tetaplah Jeno, ia tidak melepaskan tarikan kuat itu.

Nafas Sena benar-benar tercekat. Tak ada pasokan udara yang masuk ataupun keluar sedikitpun. Tidak ada celah untuk bernafas. Tidak ada cara untuknya selamat.

Kepalanya mendongak merasakan sesak teramat pada dadanya. Kepalanya mendongak merasakan cekikan yang begitu kuat pada lehernya. Matanya bertatapan dengan bintang. Cahaya bintang itu menaruh harapan padanya.

"HAHHHH..." Sena langsung tumbang dan menarik nafas banyak-banyak saat Jeno melepaskan tarikan pada syal-nya.

Kini ia berlutut tepat di hadapan Jeno, Jaemin dan Beomgyu. Sena masih berusaha mengambil begitu banyak udara. Gadis itu masih berusaha mengatur nafasnya. Rasanya sakit. Rasanya sesak. Rasanya begitu menyakitkan.

BUGHH

Jeno menendang pundak Sena dengan lututnya dan membuat gadis itu terduduk dan menyandar pada tembok. Ia benar-benar pasrah. Jika ia mati malam ini, ia pasrah.

"Kemana aja lo hah? Tiga hari gak masuk. Takut lo apa gimana?" Jeno berujar dan membuat Sena mendongak pelan. Wajah Jeno dari bawah sini terlihat sangat menakutkan.

Mereka semua terlihat besar dan sangat menakutkan. Cahaya bulan dan bintang seakan-akan mendukung mereka bertiga untuk terlihat lebih menyeramkan.

Sena kembali menunduk. Matanya panas. Benar-benar panas. Tangannya yang menyentuh aspal kini terkepal begitu kuat, mencoba menahan air matanya yang sebentar lagi akan lolos. Bibirnya yang bergetar ia katup rapat-rapat.

"Punya mulut lo! Jawab elah! Pinter doang tapi bisu!" hina Jeno sekali lagi. Tangannya yang besar dan kekar itu terus menoyor-noyor kepala Sena.

Gadis itu sama sekali tidak melawan, tidak sedikitpun. Ia benar-benar pasrah. Ia lemah. Ia cengeng. Bahkan untuk berlari dan melarikan diri ia tidak bisa.

Beomgyu yang melihat Jeno terus menoyor kepala Sena langsung mengeluarkan ponsel-nya. Detik kemudian sebuah flash menyala dari ponsel hitam milik Beomgyu. Beomgyu merekam aksi Jeno. Hal itu sudah menjadi kebiasaannya untuk merekam.

Sedangkan Jaemin, ia hanya diam dan tersenyum sinis melihat aksi itu. Sena benar-benar lemah jika berurusan dengan Jeno.

"Yaelah cupu gini suka ama gue! Ngaca lo! Ngelawan kek apa kek! Malah nangis! Kabur dong!" ujar Jeno meledek melihat Sena yang hanya bisa diam dan menangis.

Siapa bilang bahwa ia menyukai Jeno?

Ngomong-ngomong soal Taehyun, pemuda itu tidak ikut karena harus belajar. Taehyun memang anak ambis, ia sangat memperhatikan nilainya.

"Yaelah! Pukul aja Jen pukul!" kompor Beomgyu yang sedang merekam video.

Jeno menoleh ke arah Beomgyu sejenak, begitupun juga dengan Sena, gadis itu mendongak dengan mata sembab dan tubuh bergetar. Matanya langsung ia tutup kuat-kuat saat tangan Jeno melayang, bersiap-siap memukul wajahnya.

Namun tidak jadi, sebuah suara teriakan terdengar.

"JANGAN PUKUL SENA!"

























Siapatuh yang dateng

Dangerous Bully | Lee JenoWhere stories live. Discover now