49. To the Heaven ..

13.3K 1K 251
                                    

******

Andin merasakan tangan besar melingkar di perutnya, dia membuka mata perlahan. Kamu tau rasanya, ketika marah, kecewa namun orang yang membuatmu merasakan semua kekacauan itu adalah orang yang paling mampu membuat kamu merasa aman, merasa tenang dan seolah paling mampu menyembuhkan luka kita.

Memang, sebagai orang yang menyebabkan luka itu, mungkin Aldebaran adalah yang paling tau bagaimana harus menyembuhkan Andin. Tanpa disadari, air mata itu jatuh.

"Pasti berat, menjadi kamu ya mas..." bisik Andin
Hati Andin terasa begitu sesak, dia tak paham apa yang dia rasakan. Kini semua nya terasa penuh dengan penyesalan.
Suara tangis Andin membangunkan Aldebaran dari tidurnya, dia nampak begitu kaget, melihat istri cantiknya sedang menangis.

"Andin, kok nangis" tiga kata yang langsung keluar dari mulut Aldebaran
"Saya gak mau liat kamu nangis, saya minta maaf ya"
"Mas, aku tau, kamu gak mau ada di posisi ini kan? Aku tau ini bukan mau kamu, Aku seharusnya bisa lebih mengerti" ucap Andin

Keduanya saling menatap, dengan satu tangan saling menggenggam.
"Ndin, kalau selama kita bersama.. ada ucapan dari mulut saya yang menyakiti hati kamu.. saya minta maaf ya"
"Aku juga minta maaf ya mas. Aku mungkin sering gak terkontrol, aku sering cemburu. Tapi semua itu karena aku menutupi ketakutan aku kehilangan kamu mas"

"Kamu gak akan kehilangan saya"
"Mas, kalau aku gak ada, banyak yang bersedia buat gantiin aku. Kamu gak akan kekurangan apapun"

Kalimat itu berhasil membuat Aldebaran menyadari bahwa Andin sedang berada di puncak ketidak percayaan dirinya. Al menggeleng pelan,
"Saya udah pernah bilang kan, kalau gak ada kamu, lebih baik seumur hidup saya sendirian" ucapnya

Dia berusaha meyakinkan Andin, sorot matanya begitu teduh, tidak seperti Aldebaran dimata orang-orang di luar sana.
Bulu mata Andin yang lentik dan berkilauan sebab basah terkena air mata, pipi nya yang merona juga semburat indah ranum merah muda yang sedang tersenyum membuat Aldebaran membayangkan banyak hal.

Namun entah, rasanya, setiap kali rasa ingin menyentuh Andin itu datang, suara tangis Andin yang sedang kesakitan selalu terdengar jelas di kepala Aldebaran.
Dia hanya sesekali memberi kecupan dan lumatan lembut di bibir Andin untuk membuat wanita itu merasa tenang. Maka saat itu, suara mereka berubah, menjadi kecapan lembut dua belah bibir yang saling melumat.

Detik jam dinding terdengar nyaring di telinga. Suaranya menggema memenuhi relung kamar. Mereka berdua larut dalam hening, sesaat setelah berciuman. Mereka membiarkan dua tubuh itu saling memeluk, membayar segala kesakitan yang tadi sempat mereka rasakan.

"Mas..." suara Andin memecah keheningan, mata mereka masih saling menatap,
"Hmm"
"Aku mau di elus-elus kepalanya" kata Andin
"OK"

Al melakukan apa yang Andin minta, tanpa berani bertanya apa-apa. Al tau, mungkin Andin merasakan ada yang berbeda dari nya, sebab setiap kali Andin ingin lebih dari sekadar berciuman, Al selalu menjauh.

"Udah, nanti keluar jin nya" ucap Aldebaran dengan nada bicaranya yang datar.
Andin terkekeh lalu mengecup bibir suaminya sekilas,
"Perut kamu masih sakit?" tanya Al
"Udah lumayan, tadi sih sakit banget"
"Kamu mau makan sesuatu, saya beliin"
Andin menggeleng.

"Mas tau gak?"
"Apa?" tanya Al
"Tadi Arga nunjuk bekas Hickey yang semalam" ucap Andin dengan sedikit malu-malu
Al langsung tersenyum, pipinya memerah
"Terus?"
"Ya dia nunjuk itu sambil liatin aku, kaya seolah lagi nanya "ini kenapa ma?" gitu kali ya, kalau dia udah bisa ngomong"

"Untung belum bisa. Kalau udah, nanti bisa lapor ke papa" kata Aldebaran
"Hahahha, kaya kakaknya ya?"
"Iya. Saya di laporin mulu kalau tiap pagi gak pakai baju"
"Hahahahah"
"Kamu jawab apa, ke Arga?"
"Ya aku cuma nanya, kenapa nak, itu gak sakit, gak usah khawatir"
"Enak ya?"

SECRET 2 : DEBARANDINWhere stories live. Discover now