47. Tell me, If you Wanna Go

6.1K 828 241
                                    

*******

Gemericik suara hujan membuat Andin terbangun dari tidurnya. Dia masih dalam posisi memeluk Aldebaran, tangannya melingkar di pinggang pria itu sedangkan lengan Al memeluk leher Andin, menenggelamkan wanita itu di dalam dekapan yang begitu hangat.

Andin yang malamnya merasakan kram perut yang begitu hebat, saat itu rasanya sudah lebih baik, rasa tenang yang Al berikan selalu mampu meredam segala kekacauan yang Andin alami.
Dengan mata yang sayup-sayup mulai terbuka, Andin menatap suaminya, kepalanya mulai mengenang banyak hal. Tanpa sadar bibirnya tersenyum.

“Dulu aku gak yakin kalau laki-laki di hadapan ku ini benar-benar mencintai ku. Dulu aku pikir, aku hanya boneka yang bisa dengan mudah di mainkan dan dibuang”
“Apalagi mas Al, orang yang bisa memiliki apapun yang dia mau”
“Betapa beruntung nya aku memiliki suami seperti kamu mas”

Andin membelai wajah yang selalu membuatnya tersenyum itu. Rasa khawatir dan cemas yang selalu Aldebaran tunjukan padanya, membuat Andin merasa jauh lebih beruntung daripada semua wanita yang punya segalanya namun tidak memiliki Aldebaran.

Aldebaran, pria berusia lebih dari 30 tahun dengan tubuh tinggi tegap, hidung sempurna, alis yang tebal dan di tumbuhi bulu halus di tengahnya yang membuat itu nampak menyatu jika dilihat dari dekat, wajah rupawan dan kumis tipis yang sering dibiarkan panjang dan mengganggu kulit Andin.

Sorot mata tajam dan suara beratnya. Deretan giginya yang bagus, kekayaan dan kekuasaan yang ada di genggamannya. Semua itu adalah apa yang di impikan banyak wanita untuk dimiliki.
Apalagi, sentuhan dan kenikmatan yang tak pernah gagal diberikan pria itu untuk Andin.

Al seolah selalu mampu menjadi apapun, bahkan memberikan kesan pertama yang begitu indah di ingatan wanita itu. Wanita yang kini sedang tersenyum.
Berkali-kali, Andin mengecup bibir Aldebaran yang terlelap. Membelai nya lembut dengan jari-jarinya. Membuat Al tersenyum meski dengan mata yang terpejam.

“Emmh...” suara desahan lembut Aldebaran berhasil lolos, membuat Andin menarik wajahnya menjauh dari suami nya itu
Dia berusaha melapaskan pelukan suami nya, tanpa harus membangunkan pria itu, Andin mengangkat lengan Al perlahan, lalu melirik ke arah jam dinding yang tak jauh dari ranjangnya,

“Jam 3 pagi” bisik Andin
“Hujannya gede banget” ucapnya lagi
Suara gemuruh dan petir mulai terdengar, kilat juga sesekali terlihat dari balik jendela. Andin seketika menyusupkan kepalanya ke dalam dekapan Aldebaran, dengan rasa takut yang mulai menyelimutinya.

Seorang dengan astraphobia seperti Andin memang akan merasa begitu cemas dan khawatir jika terjebak dalam situasi semacam itu.

“Mas..... takuut” ucap Andin
Aldebaran yang merasa Andin mulai mendorong tubuhnya, akhirnya terbangun, dia mengerjapkan mata, lalu membelai tengkuk Andin
“Sssst, jangan takut, jangan takut” ucap Al berkali-kali
Pria itu menarik selimut, lalu menutup tubuh Andin hingga menyisakkan hanya kepala nya saja.

“Andin..”
“Hmmm”
“Masih takut?”
Andin mendongakkan kepalanya, menoleh ke arah Aldebaran, lalu mengangguk pelan,
“Ada saya, jangan takut”
Tangan Aldebaran masih membelai tengkuk Andin, menciptakan rasa hangat yang begitu tenang menyergap tubuh wanita itu.

========= 

Nampak di luar masih mendung, awan hitam berjejer di setiap sudut langit, kilauan cahaya matahari juga tidak nampak dari balik jendela. Jam 7 pagi, Andin terbangun dengan Aldebaran yang masih bersembunyi di balik punggungnya.
Tubuhnya sudah terasa lebih ringan, meski pendarahan masih terjadi, namun sudah tak sebanyak sebelumnya, perutnya pun terasa jauh lebih baik.

SECRET 2 : DEBARANDINWhere stories live. Discover now