14. The Problem

7.3K 822 209
                                    

*****

"Permisi pak, ada kiriman paket" kata Hendri, seorang satpam kawakan di rumah milik Hernawan Alfahri itu
Hernawan berdiri di depan pintu, dengan Reyna di balik kaki nya. Dia menggaruk jambangnya yang mulai berwarna bau-abu lalu menoleh ke arah cucunya,

"Paket dari siapa grandpa? Gede banget" tanya gadis kecil itu,
Hernawan mengangkat kedua bahunya, "Gak tau" ucapnya
"Kata kurirnya sih buat bu Andin pak" kata Hendri,
"Oh buat mama, kak"
"OOOOH"

"Dari siapa?" tanya Hernawan
Hendri nampak membolak-balikan daun yang menutup bunga-bunga indah itu, "Dari kekasih hatimu"
"Eh? Pacarnya Andin?"
"Waduh kurang tau pak bos, saya taruh sini aja ya" ucapnya
"Ya udah-ya udah taruh situ aja, nanti tak kasih tau sama Andin. Makasih ya Hen"
"Sama-sama pak bos, permisi"

"Eh ini sebentar"
"Gimana pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Hendri
Hernawan merogoh kantong celana pendek buluk nya, celana warna hitam yang sudah berubah jadi abu-abu sebab keseringan di jemur sejak 3 tahun lalu. Dia mengambil 2 lembar uang pecahan seratus ribu,

"Nih" ucapnya sembari memberikan uang di tangannya
"Loh buat apa pak?"
"Buat beli batagor" kata Hernawan
Memang, papa dari Aldebaran itu sangat hobi membagikan uang pada semua orang yang dia temui,

"Menuhin saku saya, jadi buat kamu aja" ucapnya lagi
"Wah makasih banyak pak, makasih"
"Iya-iya. Udah sekali aja makasih nya, buat besok lagi"

Hendri berlalu dengan terus cengengesan seperti orang yang sedang kesurupan kuda. Dia membolak-balik uang yang diminta bos nya untuk beli batagor itu. Dia duduk di depan pos, dengan menatap uang di tangannya

"Gak heran, keluarga ini tuh sukses banget, gak bapaknya gak anaknya. Ya gimana, orang-orangnya emang baik-baik, dermawan dan ramah sama banyak orang. Jangan sampai deh ada yang berniat jahat ke keluarga ini, kasian" batin Hendri

Sedangkan Hernawan sedang bersama cucu pertamanya, duduk di halaman depan, menunggu Mini cooper nya datang, Reyna mengayunkan kakinya sesekali, dengan dress biru yang cantik, sudah senada dengan warna mobil yang kemarin dia pilih. Mirna duduk tak jauh dari Reyna, memegang botol minum gadis kecil itu dengan penuh senyuman. Hernawan mengotak atik ponselnya,

"Sebentar lagi sampai kak" ucapnya
"Waah asyiik"
"Lagi berhenti dulu, kayaknya lagi di periksa dulu, di imigrasi"

"Loh imigrasi mana pak bos?" tanya Mirna
"Itu di pos depan perumahan, paling"
"Ya ampun pak bos, itu mah security"
"Ya biar keren aja mir"

"Ok lah, Mirna ikut pokoknya"
"Grandpa, aku panggil mama sama papa dulu ya, biar bisa kesini"
"Eh, gak usah, biar sama grandpa aja, papa kan lagi ngurusin mama yang lagi sakit"
"Emang nya mama sakit apa sih grandpa?"
Hernawan diam sebentar, "Nah ituuuu mobilnya Reynaaa"

Hernawan berhasil mengalihkan pembicaraan, tepat saat sebuah mobil membawa mobil di atasnya,

Reyna berlari, dengan Mirna di belakangnya,
"Gemooy berhenti nak, jangan lari-lari" ucap nya
Reyna berdiri di samping mobil itu, melihat bagaimana mobil pesanannya turun dengan mata berbinar,

"WAAAAAH" kata yang terus di ucapkan Reyna,
"Sus, kemarin aku lihat mobil ini di toko, sekarang ada di rumah"
"Iyaa, udah bilang makasih sama grandpa belum?"
"Udah, tapi aku mau bilang lagi, makasih ya grandpaa"
"Sama-sama princess nya grandpa. Give me hug!"

=====

Sebelumnya, di ruang makan, Andin dengan wajah datarnya, menerima pelukan Al dengan sangat dingin, tak ada binar sedikit pun dimata nya, dia justru meninggalkan Aldebaran sendiri dan membawa Arga ke dekat kolam renang. Al yang hendak berangkat kerja pun, akhirnya membatalkan rencananya dan kembali masuk kamar

SECRET 2 : DEBARANDINOnde histórias criam vida. Descubra agora