23. / Aldebaran

7.4K 981 337
                                    

************  



Diantara keramaian dan kerumunan Andin menunduk dengan air matanya yang menetes. Dia bangkit meski dengan masih dengan kepala yangmenatap ke lantai. Kepala nya terasa sangat pening. Dia berjalan ke arah pintu keluar, dengan masih memijat pelipisnya,
Seketika, dia memukul-mukul kepalanya, saat melihat seorang laki-laki berdiri tak jauh darinya, di tengah kerumunan orang, seorang laki-laki dengan tubuh tegap, rambut cepak nya yang rapi, dan jaket abu-abu. Seseorang yang sangat Andin kenali, laki-laki yang setiap malam memeluk tubuhnya. Andin tak mungkin salah.. laki-laki itu sedang mengobrak abrik tas nya, entah apa yang dia cari.

“Gak, ini pasti cuma mimpi, ini pasti karena aku terlalu mengharapkan mas Al pulang, ini karena aku terlalu berharap suami ku baik-baik aja. Ayo ndin, kamu pasti bisa kuat dan ikhlas, jangan kayak gini. Kasihan anak-anak mu” ucap Andin pada dirinya sendiri

“Bangun ndin, jangan halusinasi terus, jangan mimpi terus, mas Al itu udah gak ada”
Andin berkali-kali mengerjapkan matanya, lalu memejamkannya beberapa detik, “Bangun ndin, bangun....” Namun ketika dia membuka matanya, laki-laki itu masih berdiri disana,

“MAS AAAL” Andin berteriak, hingga beberapa orang di sekelilingnya menoleh ke arahnya, namun dia tak memperdulikan, sekali lagi dia berteriak, lebih kencang

“MAAAS!!!!”

Pria yang di panggil Andin dengan panggilan mas Al itu akhirnya menoleh. Kali ini Andin berharap itu bukan lagi mimpi, itu bukan lagi khayalannya sebab rasa inginnya bertemu dengan sang suami.

“MAAAAAS”
“Andin…..”

Sekuat tenaga, Andin berlari, sedangkan laki-laki itu masih mematung, dengan wajah sumpringah nya, mata nya membulat, melihat istri yang begitu dia rindukan sedang berlari ke arahnya. Dengan reflek Aldebaran merentangkan tangannya, bersiap menerima tubuh Andin yang akan segera jatuh ke dalam dekapannya,

“Maaaas”

….

Andin tak menunggu aba-aba lagi, dia langsung mendekap erat tubuh tegap di hadapannya, tak memberi jarak satu senti pun, dia menenggelamkan kepalanya, di dada bidang suaminya. Sedangkan Aldebaran tetap membalas pelukan istrinya, meski dengan wajah yang sedikit kebingungan, namun dia juga ikut mempererat pelukan itu, pelukan yang dia rindukan.
Andin mengangkat kepalanya, mendongak ke arah wajah suami nya,

“Mas, ini beneran kamu?” tanya nya
“Ya saya, emang siapa lagi yang bisa peluk kamu selain saya?”
“Mas, aku seriusss… ini kamu kan? Aku gak lagi mimpi kan?”
“Mimpi apa sih, saya ini yang mimpi. Mimpi basah nih” kata Al

“Maaas!!!”

“Lah ini baju saya basah, kena air mata kamu ndin”
“Mas, aku takut kamu pergi” Andin merengek,
“Lah saya emang pergi”
“Mas, kamu tuh ya”
“Kenapa sih kamu? Terus kamu ngapain disini ndin?”
Andin menepuk-nepuk pipi Aldebaran, lalu kembali memeluknya

“Ya Allah ini mimpi apa bukan sih?”
“Andini Kharisma Putri liat saya”
“Bangun.. banguun” kata Al
“Ini udah bangun”
“Berarti gak mimpi. Iya kan?”
“Beneran gak mimpi…”
“AAAAAAA maaas” Andin melompat-lompat, lalu mengalungkan tangannya ke leher sang suami, mendekap Aldebaran dengan sedikit berjinjit

“I Miss youuuuu mas”

Aldebaran mengangkat tubuh Andin, hingga kaki Andin sedikit terangkat dari lantai bandara.
“Gemeees” bisik Aldebaran
“Kamu baru saya tinggal sehari udah nyusulin ke bandara aja sih” ucapnya
“Maaas turunin, turunin” Andin menepuk-nepuk punggung suaminya. Lalu Aldebaran membiarkan Andin berdiri di hadapannya,
Aldebaran menangkup kedua pipi Andin, lalu perlahan mendekat,

SECRET 2 : DEBARANDINWhere stories live. Discover now