20. / Nightmare

6K 877 176
                                    

*******
Awali semua nya dengan vote dan bismillah baru baca..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Mobil melaju dengan kecepatan lebih dari 40km/jam, pengemudi nya, masih terus mencoba berpikir jernih. Beberapa kali, matanya melirik ke arah layar ponselnya, menatap wallpaper yang terpampang disana, sebuah foto antara dia dan anak tunggalnya yang begitu berharga.

“Papa becanda Al bilang kamu di culik leak, kamu jangan marah dan ninggalin papa kayak gini Al. Papa janji gak akan beli kucing lagi dan bikin sofa kamu jari penuh bulu” ucap Hernawan sembari tetep menyetir. Dia sedang dalam perjalanan menuju bandara, menjemput menantu kesayangannya yang entah sudah seperti apa sekarang.

Sedangkan di rumah, Reyna masih bermain bersama adiknya, dia belum mengerti apa yang terjadi meski sesekali dia memperhatikan semua orang berlalu lalang di hadapannya. Arga sibuk dengan gajahnya, matanya berbinar, seperti biasa. Bayi itu selalu riang, hanya sesekali rewel kalau dia sedang merasa tidak enak badan, atau bahkan ketika rindu papanya.

Andin merasa bingung, apa yang harus dia lakukan setelah semuanya selesai, apa yang harus dia katakan pada anaknya, bagaimana dia harus menjalani hidup tanpa suami nya.

“Ini pasti mimpi” tiga kata yang terucap puluhan ribu kali di dalam hati Andin
“Aku akan bangun setelah ini dan melihat suami ku masih tertidur di sampingku” ucap nya
Dia menggosok pelan wajahnya, memukul-mukul pipi dengan sesekali terpejam.
“Bangun ndin.... bangun. Sudahi mimpi buruk ini”

======

Beberapa keluarga dari korban jatuhnya pesawat Merpati Airlane MA 188 masih setia menunggu kabar dari pihak maskapai di bandara Soekarno Hatta. Terlihat beberapa orang masih berkerumun di pusat informasi”

Tubuh Andin sudah seperti kehilangan tulangnya, dia duduk tak berdaya dengan banyak harapan di kepalanya. Banyak kenangan yang tiba-tiba datang menusuk jantungnya, kepalanya terasa sangat pening, dia memijatnya perlahan, dengan sesekali mendongakkan kepala, berbicara pada tuhannya, berharap Dia akan memulangkan Aldebaran dengan kondisi sehat tanpa kurang sedikit pun.

“Aku tau aku terlalu banyak mau, tapi tolong Tuhan, jika boleh, beri aku satu kesempatan untuk hidup bersama suami ku lagi. Pulangkan dia, jangan ambil dia dari kami, anak-anakku butuh papa nya”

“Kau boleh ambil harta ku, asal jangan mas Al. Dia terlalu berharga untukku”
“Mas, aku tunggu kamu ya, aku tunggu kamu pulang” Andin menunduk, membiarkan tetesan air mata nya jatuh ke lantai, tangannya masih saling bertaut, dengan kaki yang dia gerakan terus menerus.

Akibat kecelakaan itu, bandara jadi terlihat kacau, banyak lalu lalang orang meraung, suara sirine ambulance yang membawa beberapa kerabat korban yang pingsan karena tak sanggup merasakan kesedihan yang teramat berat itu. Semua orang berduka, bahkan beberapa penerbangan terpaksa harus di tunda karena semua kekacauan yang terjadi.

“Hampir aja loh, aku naik pesawat itu. Tadi udah kesel karena ketinggalan, tapi sekarang aku bersyukur tuhan menyelamatkan aku” ucap seseorang yang duduk tak jauh dari Andin
Andin menoleh cepat, mendengar kalimat itu,
“Gak ada kesempatan.....” bisik Andin lalu dia berdiri dari kursinya, saat sebuah tangan laki-laki paruh baya memegang bahu nya,

“Papa...”
“Ndin.....”
“Papa disini?”
“Papa di telfon mama tadi, terus papa kesini. Kedekatan Andin dan mertua nya itu memang tidak di ragukan, Andin sudah menganggap Hernawan sebagai papa kandungnya, karena kasih sayang yang di berikan pada Andin begitu besar.
“Mas Al paaa”

“Papa tau, sudah jangan bicara lagi, papa gak mau kamu sakit. Lebih baik kita pulang ya, tenangin diri kamu, kita tunggu kabar tentang Al”
“Gak pa. Aku gak mau pulang”
“Arga, Reyna, mama nunggu kamu. Kasihan mereka. Kalau memang terjadi sesuatu yang buruk pada suami mu, kita semua pasti sedih, tapi kamu harus ingat, semua ini takdir ndin”

SECRET 2 : DEBARANDINWhere stories live. Discover now