25. / Raran Bakery

6.7K 922 172
                                    

******


"Nanti kita ke dokter ya, sekalian jemput Reyna" Al berjalan mendekat ke arah Andin yang masih duduk menyusui Arga di pinggir tempat tidur, tangan Andin sibuk membelai kepala bayi nya yang nampak sibuk memperhatikannya. Dia duduk menghadap jendela balkon,

Di tangannya Al memegang sebuah jas yang berwarna senada dengan celana kain miliknya, kemudian dia duduk di samping kiri istrinya, dia mencium kepala Arga beberapa kali, sampai bayi itu merasa terganggu, tangan kecil itu memegang kepalanya, dengan maksud agar papa nya berhenti menciuminya,

"Papa.. Arga nenen dulu pa, jangan ganggu" ucap Andin dengan suara yang dia ganti seperti anak balita,
"Kenapa ciii, kan mama mau tium doang dikit"
Arga kembali memegangi kepalanya, tangannya yang semula memegang tali piyama mama nya, kini dia labuhkan ke jidatnya, sambil sesekali menggeram kesal,
"Sayaaang, anaknya biar minum dulu, nanti lama loh"
"Tapi gemes" kata Al sembari menggertakkan gigi-gigi nya,

Al mungkin gagal menciumi dahi dan kepala Arga, tapi itu tak menghalangi bapak dua anak itu untuk mengganggu anaknya, dia kembali menciumi lengan Arga, dengan sesekali menggigitnya pelan,
"Gemeeessss" ucap Al berkali-kali,
Nampaknya bayi itu benar-benar geram dengan ulah papanya, dia langsung melabuhkan satu pukulan di pipi Al saat dia sedang mengendus-endus ketiak bayi itu,

'Plaaaak'

"Eh, kok di pukul papa nya" Andin nampak kaget, lalu mengambil tangan Arga, dia menggenggamnya dengan lembut,
Arga menatap Al dan Andin bergantian, lalu memasang wajah memelasnya. Andin menggeleng pelan, "Gak baik sayang, gak boleh pukul-pukul kayak gitu ya, usap papanya, usaaap" Andin menaruh tangan kecil Arga di pipi Aldebaran. Seolah mengerti apa yang mamanya katakan, Arga mengusap lembut pipi papanya meski dengan mulut yang penuh dengan ASI


"Maaf ya papa, aku sayang papa" ucap Andin lirih
Arga terus membelai pipi papanya, lalu kemudian Andin lah yang menciumnya, dia memberikan ciuman lembut ke pipi suaminya, tapi nampaknya, itu justru membuat Arga marah, dia memang paling tidak suka melihat mamanya mencium atau dicium oleh laki-laki yang selalu tidur di samping mama nya itu. Seolah dia mau jadi satu-satunya laki-laki yang bisa memiliki mamanya.

Tanpa ampun lagi, Arga mendorong papanya untuk menjauh dari wanita yang sedang memeluknya itu, bayi kecil yang tangannya besar udah macam atlet angkat besi itu memang paling tidak rela kalau mamanya di dekati papanya

"Ya Allah nak"
Andin hanya tertawa menyaksikan pemandangan sehari-harinya itu,
"Nah kan..." ucapnya pelan
"Ya Allah, ini namanya saingan ama anak sendiri" ucap al lalu kembali duduk seperti semula,
"Nak, jangan gitu ya, bareng sama papa ya" ucap Andin


Arga mulai mengeluarkan suara geramannya yang menggemaskan, dia pikir dia menakutkan, padahal jika Arga sedang marah-marah pada papanya, dia akan terlihat jauh lebih menggemaskan, lehernya akan otomatis hilang, tertutup dengan timbunan pipinya yang bergelayut di wajahnya


"Oh marah, marah ma, papa takuut" ucap Al lalu bangkit dari posisinya, Andin terkekeh lalu menutup Arga dengan tangan kanannya,
"Udah udah, jangan berantem udah yaaa" ucap Andin

Al justru mendekat, mendekap kepala Andin lalu menciumi nya beberapa kali, hingga menimbulkan suara kecupan. Aldebaran sengaja, membuat Arga semakin murka,

"Aarrrkh" suara teriakan Arga menggema, membuat Aldebaran langsung melepaskan kepala istrinya itu dari pelukannya, Al mengangkat kedua tangan,
"Ampun, ampun gak lagi-lagi, maaf ya, maaf ya" ucapnya
"Udah ah jangan gangguin anaknya mas" ucap Andin



"Arga, yang bikin kamu ada di dunia ini tu papa nak, eh malah sekarang kamu merebut mama dari papa, gimana sih ini" ucap Aldebaran dengan berkacak pinggang, dia seolah sedang menantang Arga,


SECRET 2 : DEBARANDINWhere stories live. Discover now