64

3.9K 348 14
                                    

Hari yang di tunggu pun tiba, di hari ini raina sudah sahabat menjadi seorang istri, di hari ini ia akan menjalankan kewajiban nya menjadi seorang istri, raina tahu bahwa Aldebaran tak akan melepaskannya malam ini setelah apa yang telah ia perbuatan, sepertinya pilihan kabur dulu bukan pilihan yang bagus, ada rasa penyesalan di hati, jika saja ia tak menolak lamaran Aldebaran waktu itu, mungkin semua tak akan seperti ini, toh juga seharusnya raina tahu, mau tidak mau dia akan tetap menikah dengan Aldebaran.

Walaupun persiapan nya hanya satu hari, tapi tak bisa di pungkiri bahwa dekorasi gedung pernikahannya begitu sangat mewah, para undangan juga begitu, semua seperti sudah di rencanakan dari lama, padahal cuma satu hari, tapi mau bagaimana lagi raina harus bersyukur, masih untung ada orang yang mau menikahinya, daripada tidak sama sekali.

Tamu yang di undang hanyalah keluarga besar dari kedua belah pihak, rekan bisnis keluarga raina dan keluarga Aldebaran, dan tak lupa sahabat-sahabat Aldebaran, ada juga sahabat raina, tetapi sahabat yang dari geng blackrose, membayangkan wajah ketiga sahabat nya membuat dirinya sedih, harusnya ia tak egois, pasti jika ia tak egois ia masih bisa melihat ketiga sahabat nya itu, bahkan mereka pasti akan bahagia melihat raina sudah menikah, tetapi sekarang raina tak bisa melakukan apapun, untuk memutar waktu juga ia tidak bisa.

"Kamu capek? " Tanya Aldebaran yang melihat istrinya, seharusnya Aldebaran membatasi tamu undangan agar hal ini tak terjadi.

"Iya" Jawab raina, walaupun masih enggan berbicara dengan Aldebaran, tetapi raina juga sadar, membuat suami marah sekecil apapun pasti berdampaknya seorang istri yang akan di dilaknat malaikat, jadi sebisa mungkin raina harus menghilangkan rasa benci ini sebelum bertambah besar.

"Kita ke kamar aja yuk, aku takut kamu sakit nanti setelah ini" Dari nadanya saja raina bisa tahu bahwa Aldebaran begitu sangat mengkhawatirkan nya.

"Terserah" Setelah mendapatkan jawaban dari istrinya Aldebaran dengan sigap langsung membopong tubuh raina menuju kamar hotel yang sudah di pesan khusus buat pengantin baru ini, mengabaikan semua orang yang menatap mereka geli, sepertinya mereka berfikir bahwa sepasang pengantin itu sudah tak sabar, padahal fikiran mereka salah.

"Kalian mau kemana? " Cegah mamah raina dan bunda Aldebaran.

"Ke kamar" Jawab Aldebaran ogah-ogahan, pengen tau saja nih orang tua dua.

"Jangan aneh-aneh dulu, ini baru resepsi kalian sudah mau kabur apalagi nanti saat pesta nanti malam, Jangan-jangan kalian gak datang " Selidik bunda Aldebaran penuh kecurigaan, bukannya tak mengizinkan proses pembuatan cucu untuk nya, ia sangat senang jika bisa cepat terlaksanakan, tetapi ya jangan sekarang juga, apa mereka tidak kasihan nanti keluarga nya kelimpungan menyambut tamu tapi yang membuat acara tak ada, ya bagaimana cerita nya.

"Masabodoh" Ujar Aldebaran setelah itu pergi begitu saja mengabaikan kedua wanita paruh baya itu yang sedang melongo.

Mana perduli Aldebaran tentang itu semua, karena yang Aldebaran perdulikan hanyalah istrinya, ah mengucapkan kalimat istri saja membuat Aldebaran sangat bahagia, bahkan sampai ia tak bisa menggambarkan bentuk kebahagiaan nya itu.

Setibanya di dalam kamar hotel yang sudah di dekor semaksimal mungkin, mereka melakukan ritualnya masing-masing, raina yang sedang mandi, dan Aldebaran yang sedang menahan kegugupan setengah mati di atas kasur, hey raina juga tak kalah gugup dari Aldebaran di kamar mandi, padahal ini bukan kali pertama mereka akan melakukan ini, ya kalian tahulah kalau ini kali kedua mereka, tapi tetap saja canggung.

Aldebaran berjingkrak kaget saat pintu kamar mandi di buka, di sana, berdiri istri nya yang sedang gugup, apalagi raina hanya memakai baju tidur yang terlihat begitu seksi dimata Aldebaran, cobaan apalagi ini, di saat Aldebaran mantan tak akan melakukan hal tersebut sebelum raina siap, tapi kenapa ia harus goyah ketika memandang tubuh raina yang begitu sangat seksi.

"Ehm" Dehem raina menyadarkan Aldebaran dari lamunan nya.

"Sayang sini" Walaupun masih kikuk, tetapi raina berusaha terlihat baik-baik saja, padahal du dalam hati ia grogi setengah mati.

"Boleh ya? " Pertanyaan Aldebaran membuat tubuh raina menegang, apalagi salah satu tanggan Aldebaran yang sudah ada di pahanya.

"A-apa? " Walaupun raina paham maksud Aldebaran, tetapi ia berpura-pura tidak tahu agar bisa menahan gugup di dalam hatinya, tetapi sepertinya itu sia-sia.

"Aku minta gak ku, lagi pula kamu juga belum di hukum" Sudah raina duga, pasti akan ada hukuman di malam hari ini yang pasti akan menguntungkan mereka berdua, walaupun saat pagi raina dipastikan tak bisa berjalan.

"Boleh ya sayang" Izin Aldebaran sekali lagi, sedang raina kini hanya bisa mengangguk ragu, walaupun menolak pun raina tak bisa, kalian tahu lah sifat Aldebaran yang seperti apa.

"Ini sebagai hukuman juga buat kamu, karena udah berani kabur dari aku, maaf sayang nanti kalo aku kasar, aku mencintaimu" Tepat setelah itu pergulatan panjang di mulai, entah sampai keberapa ronde, yang pasti samapai raina benar-benar tak bisa apa-apa karena benar-benar lemas.

raina rumaisha Willson, dialah orang yang berani mengambil hari beku seorang Aldebaran, lancang dalam membuat Aldebaran kalang kabut, pintar dalam membuat Aldebaran menjadi sangat rajanya bucin, raina pandai membuat Aldebaran gila, ia pandai dalam membuat seorang Aldebaran tunduk atas perintah nya, ia pandai membuat Aldebaran mau melakukan apa saja asalkan bersamanya.

Our Butterfly (Selesai) Where stories live. Discover now