40

6.2K 385 29
                                    

Pagi setelah kejadian malam tadi, raina bangun dengan keadaan bibir bengkak dan penampilan acak-acakan, dilirik nya aldebaran yang masih tidur memeluk dirinya layak nya guling, karena kesal mengingat perlakuan aldebaran tadi malam, dengan tak memiliki perasaan raina mendorong tubuh aldebaran menjauh darinya, dan berhasil, sekali dorongan aldebaran jatuh dari atas kasur mencium lantai.

Raina tersenyum licik, tak mengindahkan ringisan aldebaran, ia memilih menuju kamar mandi, hari ini akan Raina mulai, tunggu beberapa jam lagi api cemburumu akan keluar wahai ananda aldebaran, tadi malam kau masih bisa tersenyum dan menikmati bibir Raina dengan khidmat, tapi selama satu bulan ini, Rainalah yang akan menikmati ekspresi amarah bercampur cemburumu itu.

Selesai dengan acara mandi nya, Raina memilih pergi menuju markas, sebelum pergi Raina sempat mengabari David, untung saja aldebaran masih mandi, kalau tidak, bisa raina pastikan cowok posesif itu tak akan memperbolehkan dirinya pergi, bisa Raina pastikan itu, padahal hari ini Raina berniat menginap di markas sebagai salam perpisahan, tak apakan Raina melakukan itu, toh juga satu bulan ini Raina bebas dari kekangan aldebaran.

Di dalam markas Raina begitu sangat bahagia tertawa bersama sahabat-sahabat nya, beda cerita dengan aldebaran yang sudah mengamuk karena Raina pergi tak izin pada nya, parah nya lagi ke markas blackrose, sumpah aldebaran tak terima, membayangkan Raina duduk di samping salah satu anak blackrose membuat Amarah aldebaran kian memuncak, padahal ini belum ada dua jam dengan kesepakatan mereka, dan aldebaran sudah di ambang kemarahan seperti ini.

Seluruh isi rumah hancur karena ulah aldebaran, tak perduli jika ini bukan rumah nya, sedangkan David yang melihat amarah aldebaran hanya diam saja, sesekali dia membantu aldebaran seperti membanting lemari kaca di samping televisi, tak jarang David menunjukkan atau juga memberi tahu barang yang belum aldebaran banting, bukannya mencegah dan menenangkan, David malah menjadikan kemarahan aldebaran sebagai tontonan gratis, toh juga pasti semua ini akan di ganti baru oleh aldebaran, tenang saja.

Hancur sudah isi rumah mamah dewi dari awal masuk sampai ujung, jika kalian semua lihat ini mah melebihi kapal yang sudah tenggelam bertahun-tahun, gila memang aldebaran kalau marah, belum puas menghancurkan rumah, tangan aldebaran terkepal menahan amarah yang semakin memuncak ketika membayangkan Raina bercanda tawa di sana.

Andai saja David bukan abang Raina, mungkin aldebaran sudah pukuli wajah tersebut sampai masuk rumah sakit, tetapi aldebaran harus bisa menahan itu semua, ia masih waras jika harus memukuli wajah David, aldebaran tidak merasa takut untuk memukul wajah David, tapi yang ia takutkan ialah Raina marah dan berakhir meninggalkan dirinya, membayangkannya saja aldebaran sangatlah tak sanggup, kemarin saja aldebaran mati-matian menahan semua kerinduan itu seperti orang gila, apalagi jika Raina meninggal aldebaran selamanya, jika aldebaran berani memukul wajah David, sudah dipastikan bagaimana keadaan aldebaran saat itu juga, jika ditanya melebihi orang gila, oh tentu lebih dari itu.

Berjam-jam aldebaran habiskan untuk mengamuk, capek mengamuk karena tak ada lagi barang yang bisa ia lampiaskan, sekarang disinilah aldebaran berada, duduk di depan balkon kamar nya yang ada di rumah mamah dewi, matanya tak lepas memandangi handphone, berharap jika Raina mengabari dirinya, berulang kali aldebaran menelepon bahkan mengirim pesan untuk Raina, tetapi tak ada balasan dari semua pesan dan telepon nya, membuat aldebaran cemas saja satu manusia ini.

Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, tetapi aldebaran masih betah di balkon menunggu Raina pulang, berjam-jam dirinya menunggu Raina, bahkan ia tak memperdulikan angin malam yang mengusik tubuh nya, sungguh kaki aldebaran gatal sedari tadi ingin mencari Raina, tetapi ia masih ingat perjanjian Raina kepadanya, berulang kali ia yakinkan diri untuk tetap diam, walaupun ini sulit, tetapi ia harus bisa, daripada persyaratan Raina bertambah satu bulan lagi.

"Kamu benar-benar menghukum aku layaknya orang gila baby, lihat saja kalau persyaratan kita selesai, akan ku kurung kamu di kamar selama dua bulan penuh" Gumam aldebaran dengan mata yang meredup menahan kantuk.

                          ✍✍✍✍✍

Terhitung sudah tiga hari Raina berada di jakarta, dan empat hari Raina bebas dari kekangan aldebaran, jika dikatakan senang, maka Raina katakan hatinya tak senang, walaupun diluar sana Raina kelihatan bahagia, tetapi di dalam ia sangat merindukan kekasih nya itu.

Selama empat hari ini yang dilakukan aldebaran hanyalah marah-marah tak jelas, tak sengaja menyenggol sama saja kau menyerahkan nyawamu di malaikat pencabut nyawa, bahkan jika kau tak sengaja melihat wajah aldebaran dan aldebaran mengetahui itu, dalam hitungan detik wajahmu sudah babak belur, tak perduli jika kau cewek atau cowok, maka dari itu semua orang menyingkir jika aldebaran melewati mereka, takut jika mereka akan jadi salah satu diantara orang yang berada di rumah sakit.

"MATA LO ANJING" Tuhkan berulah lagi, padahal ini masih pagi, hanya karena ada salah satu murid yang tak sengaja menatap dirinya, aldebaran menyentak murid tersebut.

Semua penggemar aldebaran sekarang juga tak berani berbicara ataupun memuja dirinya seperti dulu lagi, sekarang mereka hanya bisa memuja di dalam hati, takut jika mereka tak sengaja memuja ketua adarma itu membuat mereka masuk rumah sakit, seperti biasa sejak empat hari yang lalu, aldebaran bersekolah dengan penampilan acak-acakan, lingkaran hitam jelas tercetak di matanya.

Walaupun penampilan nya seperti orang yang tak pernah di urus, tetapi kadar ketampanan nya masih seperti dulu, bisa mereka rasakan betapa aldebaran mencintai Raina, padahal mereka cuman break selama satu bulan, bukan satu tahun, tetapi aldebaran sudah seperti ini, begitu penting nya kah Raina di dalam hidup aldebaran.

"Raina mana? " Tanya aldebaran saat masuk kelas tak menemukan Raina di sana, ini yang aldebaran benci, ia memang mengizinkan persetujuan Raina, tetapi ia masih memantau segala kegiatan gadis tersebut.

Layak nya Seperti penguntit, itulah yang aldebaran lakukan selama empat hari ini, ia akan mengikuti Raina dari jauh, memantau segala aktivitas gadis tersebut, hanya itulah yang bisa aldebaran lakukan untuk mereda kerinduan nya, walaupun didalam hati aldebaran sangatlah tersiksa, kalian bisa mengatakan dirinya bucin, tetapi inilah dia.

"JAWAB" teriak aldebaran saat tak ada yang menjawab pertanyaan nya, mereka yang ada di sana menunduk takut, beginilah jika aldebaran memasuki kelas, kelas yang awalnya damai sentosa kini menjadi sangat dingin dan penuh kegelapan.

"Ta-tadi Raina di ajak bolos sama meli dan kawan-kawan" Jawab salah satu diantara mereka dengan terbata-bata, sungguh ini sangat menakutkan.

"Shitt" Umpat aldebaran saat berjalan keluar dari jelas, padahal aldebaran bela-belain masuk pagi hanya untuk melihat gadis nya, tetapi kenapa Raina malah bolos, tak tahukah jika aldebaran sangat tersiksa selama ini.

"Cari gadis ku sekarang" Ucapnya pada seseorang yang ada di sebrang telepon.

Tangan aldebaran menggenggam erat menahan amarah, tanpa aba-aba aldebaran memukul salah satu cowok yang baru tiba di sekolahan sampai tersungkur di lantai, matanya berkilat amarah, tanpa ampun aldebaran menghabisi cowok yang tak berdosa itu, tak ada yang berani melerai, takut kejadian tiga hari yang lalu terulang lagi saat mereka berkerumun ingin melihat perkelahian mereka,tetapi mereka juga yang terkena imbasnya akibat berkerumun melihat perkelahian tersebut, maka dari itu mereka hanya diam di tempat, menyaksikan kebrutalan aldebaran.

Sudah orang yang ke dua puluh yang aldebaran buat masuk rumah sakit selama empat hari ini, mereka hanya bisa berharap Raina menghentikan permintaan nya itu, padahal baru empat hari sudah begini, bagaimana kalau satu bulan, berapa orang yang aldebaran buat masuk rumah sakit.

Our Butterfly (Selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang