51

4.3K 362 2
                                    

Follow instagram aku: faaanifa
Di bantu biar rame ya, please

Ruang berbentuk seperti penjara itu penuh dengan suara cambukan, gadis cantik nanti imut yang sedang di cambuk hanya diam menahan semua rasa sakit di bagian punggung, kurang tiga cambukan lagi maka semua itu akan selesai, lihatlah punggung kecil nan imut itu yang penuh dengan darah dan luka akibat 100 cambukan tersebut.

Ingin marah tapi tak bisa, karena ini sudah menjadi konsekuensi akibat keterlambatannya menjalankan tugas yang seharusnya ia lakukan kemarin-marin, jadi ia tidak memiliki wewenang untuk menolak imbalan nya itu, apalagi yang memberi imbalan langsung adalah tertua blackrose sendiri.

"Panggilkan dokter" Orang kepercayaan tertua yang faham langsung menelepon dokter pribadi sang tertua untuk mengobati gadis tersebut.

Raina, gadis yang di cambuk tadi sekarang sudah duduk di lantai akibat tak kuat menahan rasa sakit yang ia terima, ia bahkan tak berani melihat ke arah sang tertua yang sekarang berdiri tepat di depan nya itu, sang tertua berjongkok menatap raina penuh kelembutan, walau bagaimanapun tertua sudah menganggap raina sebagai anak nya sendiri, walaupun enggan memberikan imbalan, tetapi sang tertua harus memberikannya, karena kalau tidak seperti itu maka akan ada rasa kecemburuan dari yang lainnya.

"Bukankah sudah ku katakan dulu, jangan menerima orang baru yang akan melukai dirimu, tetapi kamu tetap menerima nya, dan semua kesakitan yang kamu Terima sekarang ini juga karena orang baru itu, jika kamu tidak menuruti ucapan nya untuk tetap tinggal, maka kamu tak akan mendapatkan kesakitan seperti ini, bukankah cinta membutakan segalanya,sampai kamu rela mendapatkan imbalan hanya karena orang baru itu" Kedua tangan raina menggenggam erat menahan gejolak amarah, Ia berusaha mengontrol semua kemarahan di dalam dirinya agar tak meledak di depan sang tertua, Walau bagaimanapun ia masih menghormati tertua.

Mata indah raina perlahan mengeluarkan air mata, ini sungguh sangat sakit, saat ingin berdiri, tubuh raina tiba-tiba melemah seperti jeli, semua penuh rasa sakit, rasa malu tiba-tiba terselip di dalam hati ketika sang tertua melihat betapa lemahnya dirinya, tidak, raina tak boleh terlihat lemah seperti ini, tertua tak boleh melihat dirinya yang lemah.

"Sorry" Setelah mengucapkan itu, sang tertua memukul tengkuk raina agar tak sadarkan diri, semua itu sang tertua lakukan agar raina tak merasakan rasa sakit lagi untuk sementara waktu.

Dengan penuh kehati-hatian sang tertua menggendong tubuh rapuh raina keluar dari tempat yang biasa di gunakan untuk memberi imbalan bagi semua anggota blackrose yang terlambat menjalani misi, jika saja raina tidak membiarkan seseorang masuk begitu saja di salam hidup nya, maka hal ini pasti tak akan pernah terjadi, dan tak akan pernah terjadi.

Sedangkan di sisi lain, Aldebaran merasa  hatinya sangat resah, pikirannya selalu tertuju kepada raina, terhitung 5 hari raina tak ada di samping nya, dan itu sangat mengganggu perasaan Aldebaran,  6 hari yang lalu raina izin kepada Aldebaran dengan berasalan ingin mengambil semua barangnya yang ada di dalam kamar markas blackrose, awalnya Aldebaran tak mengizinkan, dan akan Aldebaran izinkan jika dirinya ikut raina, tetapi raina kekeh ingin menuju bandung sendiri, dan akan marah besar kepada Aldebaran jika Aldebaran tak mengizinkan nya ataupun menyusul dirinya ke Bandung.

"Kamu baik-baik aja kan? Aku merasa gak enak yang" Gumam Aldebaran sembari menatap penuh rindu bingkai foto raina di sana.

"Aku khawatir" Gumam Aldebaran lagi, jika boleh jujur Aldebaran ingin sekali menyusul raina ke Bandung, tetapi ancaman raina membuat Aldebaran harus berfikir dua kali untuk melakukan semua itu.

"Aku kangen banget yang, pulang dong" Rengek Aldebaran dengan bingkai foto di depannya itu.

Lima hari di tinggal raina menuju Bandung, lima hari juga Aldebaran simulasi menjadi orang gila, gak mau keluar kamar Barang sedikitpun karena tak mau mengalihkan pandangannya dari bingkai foto raina, seolah jika ia mengalihkan pandangannya satu detik saja, maka bingkai itu akan hilang, dan yang ia lakukan di dalam kamar hanyalah duduk di karpet bulu sambil menatap foto raina, dan juga berbicara sendiri seakan foto itu akan hidup kapan saja saat ia berbicara, bukan kah ia sangat bersemangat menjalankan simulasi menjadi orang gila.

"Kepala aku pusing lho sayang" sungguh Aldebaran rindu suara gadis nya, jika saja raina tak meninggalkan handphone nya di kamar Aldebaran sebelum pergi, maka mungkin sekarang Aldebaran sudah mendengarkan suara raina sekarang, dan juga pasti Aldebaran akan mengadu kepada raina tentang kesehatan nya.

"Pulang dong" Rengek Aldebaran seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.

"Aku kangen lho sama kamu" Racaunya dengan perasaan penuh kerinduan.

"Katanya cuma ambil barang, tapi sampai sekarang kok belum pulang, kamu bohongin aku ya pasti, aku nyusul boleh gak? Kangen tauk" Racau Aldebaran sebelum rasa kantuk menyerang dirinya, mungkin karena efek tidak bisa tidur selama 5 hari ini makanan Aldebaran langsung tidur begitu saja karena tak kuat menahan rasa kantuk nya itu.

Our Butterfly (Selesai) Where stories live. Discover now