ARCANE 09

11 6 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Suara lolongan anjing di hutan membuat siapa pun merinding saat mendengarnya, juga suara jangkrik dan hembusan angin malam menambah kesan horor di tempat itu. Seorang gadis mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Jilbabnya berkibar diterpa angin.

Ia memberhentikan motornya di dekat gedung tua dan melangkah masuk ke dalam setelah memastikan keadaan aman. Suara ketukan sepatunya memecah kesunyian. Ia mengetuk lantai, tiba-tiba lantai bergeser dan menampilkan tangga melingkar. Ia turun ke bawah dan menyentuh lantai tadi, otomatis lantai kembali menutup.

"Ketua."

Semuanya membungkukkan badan kala gadis tersebut melangkah dan duduk di kursi paling ujung. Ia menatap delapan orang rekannya, mengibaskan mantelnya, dan duduk. Tangannya terangkat dan mereka pun duduk. Tangannya saling bertumpu satu sama lain. Iris matanya yang berwarna biru menatap tajam mereka.

Mereka menelan saliva susah payah. Aura yang dipancarkan gadis tersebut saat kuat sehingga mereka tak berani menatap langsung gadis itu.

"Bagaimana hasil penyelidikannya?"

Seorang wanita berambut sebahu mengangkat tangan.

"Ya, coba jelaskan, Y."

Y berdeham guna menetralisir rasa gugup. Ia menatap mereka satu persatu dan mulai menyampaikan hasil penyelidikan timnya. Ia menyampaikan dengan lugas dan tegas sehingga membuat Z alis ketua menangkap pembicaraan Y dengan baik.

Z menganggukkan kepala, tapi tangannya mengepal. Ia tak percaya penangkapan pelaku pembunuhan di Desa Asmobel beberapa hari yang lalu bukanlah pelaku yang asli. Ia tak menyangka dugaannya benar bahwa pelaku kemarin hanya 'alat' berarti kali ini musuhnya bukan orang yang bisa dianggap remeh.

Z diam-diam mengambil kalung dan cincin pemberian buyut-buyutnya. Ia menggenggam kedua benda itu.

Apakah ini saatnya.

"Ketua!"

Z tersentak.

"Sorri. Silahkan lanjutkan."

Y memberikan proposal ke Z lalu kembali ke tempat duduk. Kali ini mereka menunggu keputusan ketua sebelum bertindak. Mereka berharap cemas melihat raut wajah tak mengenakkan dari ketua.

"Berarti gue gagal mengambil misi ini," gumam Z.

Iris birunya menatap deretan huruf di proposal dengan seksama. Dadanya sesak membaca fakta ini. Entah sudah berapa nyawa yang melayang di Desa Asmobel dan ini semua adalah kesalahannya. Kesalahannya mengikuti jejak umi karena sikap egoisnya nyawa orang yang tak bersalah melayang.

Ia kira bisa seperti umi dan timnya yang begitu hebat menangani kasus-kasus seperti ini. Namun, nyatanya tidak. Ia begitu kelimpungan. Untung saja ia dibantu oleh rekannya kalau tidak, mungkin dia sudah meninggal saat menjalankan misi.

"ENGGAK! INI BUKAN SALAH KETUA!" teriak A.

"Ya, ini semua bukan kesalahan ketua, tapi kesalahan kita semua," sahut D.

"Jangan merasa apabila gagal melakukan misi adalah kesalahan ketua, tapi semua ini adalah kesalahan kita. Kita adalah tim. Salah satu, salah semuanya begitupun sebaliknya."

Z menatap mereka. Hatinya menghangat mendengar perkataan mereka. Ia berdiri dan merentangkan kedua tangannya dan disambut mereka dengan antusias.

"Terimakasih. So sekarang kita...."

Z memberikan pengarahan kepada rekan-rekannya. Ia juga memberikan kesempatan rekannya untuk berpendapat. Mereka saling beradu argument, ide, strategi, dan lain-lain.

ARCANE Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz