PART 28. MUTIARA YANG BERHARGA

Beginne am Anfang
                                    

"Durhaka kamu Lex, mama sendiri disebut jenglot, siapa yang ngajarin hah!" Susan menjewer telinga Lexi gemas.

Lexi menunjuk Kafa membuat cowok itu langsung melotot tak percaya.

"Kafa, jadi kamu biang keroknya hah!"
Susan kini menjewer telinga Kafa keras lalu menyeret dua anaknya itu untuk ke ruang makan. Sebelum mendapat hukuman mereka harus isi tenanga dulu.

"Abis ini mama sunat lagi kalian pake katana milik Aa kamu!"

Lexi meneguk ludahnya kasar.

Ada yang mau tukelan mama?

***

Pagi ini matahari baru saja terbit, Aurin membuka gorden kamarnya lebar-lebar hingga menampilkan selarik cahaya yang masuk melalui jendela, jatuh tepat menyorot kelopak matanya. Ia menutup matanya dengan telapak tangan karena terlalu terang.

Cewek itu membuka matanya lagi pelan-pelan lalu terjungkal ke belakang karena terkejut menemukan seseorang tiba-tiba seperti hantu sudah berada didepan jendela kamarnya dengan sebucket bunga.

"Pagi Air kencing babi."

"Aim?"

Digta nyengir menunjukkan deretan gigi putihnya.

Tangan Aurin bergerak membuka jendela kamarnya hingga angin pagi langsung menyeruak masuk. "Aim masih pagi, ngapain bawa bunga ke rumah Au? Ntar ketauan si Prozen Aim yang dipukul loh."

Digta menyentil dahi Aurin keras. "Bukan buat lo, ge'er! Lagian kenapa nanya itu, orang mah nanya 'Aim ko bisa pagi-pagi ada dirumah Au'? gitu," kata Digta.

Aurin menepuk jidatnya, "Oh iya lupa. Tumben Aim pagi-pagi udah ke rumah?" tanya Aurin heran.

Akhir-akhir ini Digta memang sering main ke rumah Aurin semenjak cewek itu menyuruhnya untuk menjadikan dirinya abang. Orangtua Aurin juga sangat senang dengan sosok Digta yang sangat ramah dan ternyata punya kebiasaan yang sama dengan Yoga dan Umuniyah.

Cowok itu akan sangat nyambung apabila membicarakan jenis-jenis burung dan jenis-jenis bunga, pengetahuannya sangat luas dan enak diajak ngobrol dan bercanda. Yoga dan Digta juga sering bermain catur bersama. Cowok yang seperti ini lah yang membuat calon mertua pasti akan langsung luluh menghadapinya.

"Bunda ketemu Digta di tukang bunga, yaudah sekalian aja bunda suruh main kesini," timpal Umuniyah yang tengah sibuk merawat bunga-bunganya diteras.

"Loh bukannya tadi tante bilangnya, Digta harus ngajak Aurin main karena hari ini tante sama om mau mesra-mesraan dihari libur?" tanya Digta pada Umuniyah.

Umuniyah langsung menjewer telinga Digta gemas. "Bisa aja nih kamu ya, dasar anak bandel."

Digta tertawa senang karena berhasil menggoda Umuniyah. Hatinya selalu menghangat apabila ia menginjakkan kakinya ke rumah Aurin. Cowok itu sangat merindukan suasana hangat dari sebuah mutiara yang bernama keluarga.

***

Aurin hanya diam saat Digta terus berjalan menyusuri jalan setapak memasuki sebuah pemakaman. Cowok itu mengatakan hari ini adalah hari ulang tahun seseorang, dan ia ingin mengunjunginya.

Aurin berdiri dibelakang tubuh Digta saat cowok itu kini berjongkok didepan sebuah makam dengan nama belakang yang sama dengannya, Nanda Ayudia. Namanya seperti gabungan dari nama sahabatnya dengan Nanda dan Aurin.

"Selamat ulang tahun Ma."

Digta meletakkan bunga mawar berwarna putih didekat nisan sang Mama. "Digta datang lagi buat nemuin mama."

EZAQUEL [SUDAH TERBIT]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt