15. 𝓟𝓵𝓲𝓷-𝓹𝓵𝓪𝓷

6.8K 425 8
                                    

     Sudah satu bulan lebih Sisil dan Aster menjalankan pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

     Sudah satu bulan lebih Sisil dan Aster menjalankan pernikahan. Tak ada yang berubah dari Aster. Tak sekalipun lelaki itu menganggap Sisil sebagai seorang wanita, wanita yang mencintainya. Tak ubahnya Aster menganggap Sisil sebagai adik.

Pernah satu waktu, ketika hendak pergi bekerja, Aster mengatakan hal yang membuat Sisil sakit di ulu hatinya. Aster memang mengatakannya dengan nada bercanda, tapi mampu menembus ke hati yang terdalam.

"Sisil, saya itu gak punya adik, dan saya seneng ada kamu. Saya sudah anggap kamu sebagai adik saya," katanya sambil mengelus kepala Sisil kala itu.

Ya, Aster hanya menganggap keberadaannya demikian. Sisil tak bisa melakukan apa pun selain tersenyum di kala kalimat itu terdengar. Aster itu, seakan lupa bahwa dirinya pernah mengatakan akan membuka hati untuk Sisil.

Soal malam dimana Aster sakit, malam itu adalah satu-satunya malam yang membuat mereka tidur satu kamar dan saling berpelukan tanpa ketidaksengajaan. Setelahnya, tidak ada lagi malam-malam seperti itu.

Aster selalu disibukkan oleh pekerjaannya. Bahkan sesekali Aster tak pernah pulang dan membiarkan Sisil di rumah sendirian. Sisil akan memakluminya jika Aster memberi kabar, tapi Aster sama sekali tak mengiriminya pesan apapun. Sekedar menyuruh Sisil untuk tak menunggu pun tidak ada.

Aster itu seperti menarik ulur perasaan Sisil. Sisil pernah dibawa terbang ke tempat paling tinggi, dan dengan jahatnya Aster tiba-tiba menjatuhkan Sisil di tempat yang berduri.

Sisil itu seperti memberikan warna pelangi di hidup orang yang buta warna. Ah tidak, Aster bukan buta warna, hanya saja warna favoritnya itu bukan Sisil. Jadinya, sebanyak apapun Sisil memberikan keindahan, Aster tak akan meliriknya.

Tring!

Suara pintu kafe yang terbuka menyadarkan Sisil dari lamunannya. Lalu, Sisil tersenyum kepada seorang yang menghampiri meja bar untuk memesan. "Selamat siang, dokter Liam," sapa Sisil.

"Siang juga, Sil. Saya pesan-"

"Ice Americano?" sela Sisil.

Sontak Liam terkekeh dan mengangguk. Sisil sepertinya selalu menghafal setiap apa yang dipesan oleh pelanggannya, atau mungkin Sisil hanya menghafal pesanan orang-orang tertentu saja. Rupanya minuman yang sering Aster pesan sama dengan lelaki pemilik satu selung pipit itu.

"Kalo gitu, tunggu ya, dokter Liam. Biar Sisil buatkan dulu." Sisil pergi membuatkan pesanan untuk Liam.

Tak berselang lama, Sisil kembali kehadapan Liam. Memberikan pesanan yang diminta. Lalu, Liam memberikan kartu debitnya untuk membayar. Setelah menggeseknya, Sisil mengembalikan kartu itu.

"Eum ... Sil?" panggil Liam.

"Iya? Ada yang bisa Sisil bantu, dokter Liam?" Sisil mengangkat kedua alisnya.

Wife For AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang