chapter acak 3

202 67 211
                                    

Sejak tadi pagi Kara terus saja berdiam diri. Tidak ada satu suara pun yang keluar dari mulutnya bahkan saat mereka di mobil seperti sekarang ini. Lucas, Kai dan Doyoung terus membicarakan banyak hal berharap Kara ikut berbicara bersama mereka. Namun nyatanya tidak!! Kara hanya bersandar di kaca mobil menatap kosong jalan raya. Semalaman ia tidak bisa tidur, rasa gelisah terus menyelimutinya sepanjang malam.

Hampa? Jelas dirasakan Kara. Ia seperti mati rasa, tidak memiliki semangat hidup. Ia tidak memiliki nafsu untuk melakukan apapun, walaupun begitu ia masih sadar akan tugasnya sebagai seorang idol. Ia masih harus bertanggungjawab untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal sejak awal.

Kini mereka telah sampai ke lokasi, banyak fans yang menunggu kedatangan mereka sejak awal. Mereka berbaris rapi memenuhi jalan masuk. Mobil yang di tumpangi Kara tiba lebih dulu, Doyoung adalah orang pertama yang keluar dari mobil selanjutnya di susul oleh Kara.

"Doyoung-ah!!!!" Teriak histeris mereka. 

Kali ini Doyoung tidak menghiraukan mereka, yang menjadi perhatiannya saat ini adalah Kara. Dengan cepat ia merangkul pundak Kara untuk berjalan masuk bersama agar Kara merasa aman, bisa saja kan ada haters berkedok fans di sana. Apalagi mengingat berita yang tersebar kemarin, pasti semakin banyak yang tidak menyukai Kara. Doyoung takut terjadi sesuatu yang buruk menimpa temannya itu.

"Annyeonghaseyo" Sapa dua orang penyiar radio tersebut.

"Annyeonghaseyo" Sapa balik Doyoung dan Kara.

Mereka bertujuh lalu duduk di tempat yang telah disediakan. Ada sebuah microphone dan headset di setiap mejanya.

"Bisa di pasang headsetnya." Pinta wanita itu. Mereka lalu memasang headset tersebut di telinganya. Para penyiar itu juga mulai bersiap.

"Baik saya akan hitung mundur three, two, one. Mulai!" 

"Annyeonghaseyo E-Orenda ibnida" Sapa mereka. 

"Di jaman sekarang, banyak anak remaja yang putus sekolah karena kurangnya biaya. Bagaimana tanggapan kalian mengenai hal itu?" 

"Hal itu sangat menyakitkan. Ketika anak seusia kita tertawa memakai seragam bersama teman-temannya sedangkan kita berlumuran keringat mencari uang. Aku tahu perasaan itu, aku juga mengalami hal serupa." Jawab Kyungsoo.

"Jinjja?! Bisa ceritakan sedikit pengalaman mu saat itu?"

"Jujur awalnya aku merasa dunia memang benar-benar tidak adil. Dunia seolah berpaling dariku. Aku menyalahkan semua hal termasuk orang tuaku. Aku menyalahkan mereka karena tidak mampu menyekolahkan ku. Aku menyalahkan dunia karena aku lahir dari keluarga yang serba kekurangan. Tapi semakin aku dewasa aku semakin sadar, bahwa nilai bukanlah segalanya. Maksudku kenapa jika kita hanya lulusan SMA? Kita jauh lebih hebat dari mereka. Kita mampu membiayai kehidupan kita sendiri bahkan kedua orang tua kita." 

"Benar sekali. Mereka tidak boleh menganggap remeh seseorang. Semua punya jalannya masing-masing." komentar para penyiar.

"Serjana hasil orang tua tidak pantas menghina lulusan SMA yang membiayai orang tuanya!!" 

"Daebak!! Aku sangat menyukai kata-katamu" ucap Kagum penyiar pria itu.

"Kara-shi. Jika hidupmu berakhir pada tengah malam. Apa yang kamu akan lakukan pada jam 23.45?" Tanya wanita itu.

Dengan cepat Kara menjawab "Nothing!" 

"Kenapa?"

"Setiap menit. Setiap detik kehidupan ku. Aku selalu berusaha memberikan yang terbaik, berpikir positif tentang apapun yang sebenarnya membuatku tidak tenang. Jika kematian adalah hasil dari apa yang ku perjuangan selama ini, ku akan beranjak pergi meninggalkan selamanya dengan damai. Karena ku tahu setiap hal itu pasti ada masanya" Ucap Kara membuat semua orang tertegun.

I'm an idol {Telah Terbit}Where stories live. Discover now