nine

362 195 231
                                    

"Kemarilah," Nampaknya Kara sadar tengah ditatap oleh Lia.

"Aku?" Tunjuk Lia ke dirinya sendiri.

"Selain kita berdua, ada lagi orang di sini?"

"Ah benar juga!" batin Lia.

Lia lalu menghampiri Kara yang masih sibuk melakukan gerakan.

"Lihat ini," Kara mempraktikkan beberapa gerakan mudah. Lia memperhatikannya dengan seksama.

"Lakukanlah," Kara memberi kesempatan. Dengan ragu-ragu Lia mencoba melakukan hal yang sama.

"Bagus. Ayo kita coba lagi bersama." Kara lalu mengajak Lia mengikuti gerakannya.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Lia memutuskan untuk menyudahinya. Ia sudah cukup mengeluarkan keringat padahal belum sampai 10 menit mereka melakukan dance bersama.

"Kamu lanjutkan sendiri aja. Aku akan keluar beli minum."

Kara mengangguk paham, lalu ia melanjutkan latihannya sendiri, sementara Lia keluar.

***

Andara merebahkan tubuhnya ke sofa empuk yang berada diruang belajarnya, ia baru saja menyelesaikan beberapa bab skripsi kuliahnya. Ia memejamkan matanya.

Belum sampai semenit ia memejamkan matanya, ponselnya tiba-tiba berdering.

Andara bangkit dari tempatnya dan segera mengangkat telponnya.

"Andara kamu bersiap sekarang, ayah akan mengajak mu menemui beberapa teman ayah. Ayah tunggu di ruang tamu."

"Iya yah." ucapnya lalu menutup telponnya.

Andara menghembuskan nafasnya dengan pasrah. Lalu ia bersiap dan segera turun menemui ayahnya di bawah.

Setelah beberapa menit, kini Andara dan ayahnya telah sampai ke lokasi. Keduanya sama-sama menggunakan pakaian formal jas hitam lengkap dengan jam tangan yang melingkar di tangan kiri.

 Keduanya sama-sama menggunakan pakaian formal jas hitam lengkap dengan jam tangan yang melingkar di tangan kiri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pakaian Andara~~

Pakaian Annasar~~

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pakaian Annasar~~

Para penjaga restoran itu lalu membukakan pintu mobil mereka. Menunduk hormat lalu mempersilahkan mereka masuk.

"Sorry for waiting."
(Maaf telah menunggu)

Annasar baru saja tiba di meja makan. Terlihat ada 3 orang yang berpakaian formal di meja itu. Dua diantaranya adalah orang Asia.

"It is okay."
(tidak apa-apa)

Jawab salah satu orang disana dan mempersilahkan Annasar dan putranya untuk duduk. Mereka duduk bersama saling berhadapan.

"Ini putra sulung mu?" Tanya salah satu orang yang berparas Asia.

"Ya, dia Muhammad Andara Mo'taa."
Andara lalu menundukkan kepalanya sedikit memberi salam.

"He's really handsome."
(Dia sungguh tampan) ucap orang kedua.

"He's a student at Oxford university?"
(Dia mahasiswa di universitas Oxford?) Tanyanya.

"Yes." Andara tersenyum menanggapinya.

Wajah ketiga orang itu nampak takjub mendengar bahwa Andara merupakan mahasiswa di universitas ternama di dunia.

"Dia sangat mirip dengan Annasar."

"Tentu dia anak yang aku banggakan." Annasar lalu merangkul Andara sembari tersenyum.

"Aku akan melakukan yang terbaik." ucap Andara.

"Dia sungguh tau cara mengambil hati orang." ucap orang ketiga mengundang gelak tawa semuanya.

Tak lama setelahnya hidangan pun akhirnya tiba di meja mereka, mereka mulai memotong kecil daging sapi itu lalu memasukkannya kedalam mulut.

"Where is your second son?"
(Dimana putra keduamu?) Tanya seorang pria berwajah Amerika itu.

"Dia lagi menempuh pendidikan di luar negeri." jawab Annasar.

"Dia jarang sekali bergabung bersama kita."

"Jika pendidikannya telah selesai, aku akan membawanya."

***

Lia memberikan botol minuman dingin ke Kara. Tak butuh waktu lama baginya untuk menghabiskan minuman itu.

Lia lalu memberikan tissue ke Kara.

"Thank you." ucapnya

"Sudah lama kita tidak menghabiskan waktu seperti ini," Lia mulai menggenang masa kecilnya bersama orang yang berada di sebelahnya saat ini.

"Ternyata kamu jauh lebih hebat dari sebelumnya." puji Lia setelah melihat kemampuan dance Kara.

"Tentu." Kara mengiyakan perkataan Lia. Ia pun bangga dengan dirinya sendiri.

"Apa Andara yang sekarang juga jauh lebih hebat?" Tanyanya.

Kara terdiam.

"Dia dulu sangat tekun dalam belajar, berbagai macam buku telah dipelajarinya di usia muda. Apa dia masih seperti itu?"

"Seharusnya tanyakan langsung kepadanya." Kara bersuara dingin sorot matanya berubah tajam.

Lia mengangguk paham menyadari perubahan Kara. "Mereka masih sama" pikir Lia

"Aku sangat bersyukur bisa mengenal kalian bahkan dengan kakek dan nenek. Tanpa mereka mungkin aku masih di panti saat ini. Mereka mengajari ku banyak hal dan karena mereka aku bisa merasakan sebuah keluarga lengkap." Terlihat jelas sorot mata Lia yang sangat bersyukur. Kara yang mendengarnya merasa iba.

"Kakek selalu bilang apapun yang terjadi percayalah mereka tidak bermaksud untuk melakukan itu. Dan asal kamu tau aja, aku akan selalu berada di samping kalian apapun yang terjadi." ucapnya tersenyum ke arah Kara.

"Makasih kak."

***

Terdapat banyak kertas berserakan dimana-mana di tempat tidur hingga di lantai yang seakan sudah menjadi keset. Kara menatap layar laptopnya, ia mengetik dengan cepat lalu mengklik tanda kirim di pojok kanan bawah layar tersebut.

"Akhirnya!" Kara merenggangkan otot tangannya.

"Ah aku lupa!" ucapnya saat teringat bahwa ia harus menelpon seseorang.

.
.
.
.

Next👉👉

I'm an idol {Telah Terbit}Where stories live. Discover now