Seventeen

281 157 222
                                    

Kara dan Doyoung berlatih bersama di ruangan dance yang WT entertainment sediakan untuk para traineenya.

"Kenapa bagian ini susah sekali sih?" ucap Kara sembari terus mengulang-ngulang gerakannya.

"Kalau kamu gak bisa jangan ragu untuk minta tolong. Kita ini tim."  Doyoung lalu mendatangi Kara.

"Lihat ini,"

"One. Two. Three. One. Two. Three." Doyoung memperagakan gerakannya dengan pelan agar Kara bisa menyimaknya dengan baik.

Kara lalu mempraktekkan gerakan yang Doyoung ajarkan.

"Nice!" Doyoung bangga karena Kara dapat mempelajarinya dengan cepat.

"Gomawo hyung"  Kara berterima kasih dengan tulus.

Setelah selesai latihan Doyoung mengajak Kara untuk mampir ke kedai orang tuanya. Kara menyetujui hal itu toh ia juga tidak ada kegiatan lain.

"EOMMA..." Teriak Doyoung saat membuka pintu kedainya.

Eomma (Ibu)

Kara mengedarkan matanya melihat sekeliling tempat itu. Tempatnya tidak terlalu besar ataupun mewah hanya ada beberapa meja bundar alumunium dan kursinya serta satu kulkas di ujung dekat kasir.

"Yaak!! Kau tidak perlu berteriak seperti itu. Eomma mu ini tidak tuli!!" Ucap wanita paruh baya menggunakan celemek keluar dari dapur.

Doyoung terkekeh. "Eomma lihat lah siapa yang datang." Doyoung lalu memperkenalkan Kara yang berada di belakangnya.

"Annyeonghaseyo" Salam Kara. Paruh baya itu nampak kebingungan, dia melirik putranya.

"Dia Askara."

"Oh Askara." Ucapnya lalu memeluk Kara.

"Doyoung sering cerita tentang kamu, katanya kamu sangat tampan. Ternyata kamu bukan hanya tampan tapi seperti malaikat." Puji ibu Doyoung.

"Gamsahabnida." Ucap Kara sambil tersenyum.

"Eomma!!" Rengek Doyoung karena ibunya terlalu melebih-lebihkan.

"Ayo ayo duduk. Eomma akan buatkan sesuatu yang enak." Ucapnya lalu menyuruh kedua anak remaja ini duduk.

***
Keluarga Mo'taa duduk bersama di meja makan menyantap menu makan malam. Semuanya hadir kecuali Askara karena ia sedang di luar negeri.

"Andaira." panggil bunda.

"Iya bun?" Jawab Andaira.

"Setelah jadwal bunda agak longgar, temanin bunda ke Indonesia ya?"

"Mau ngapain?" Tanya Annasar.

"Entahlah malam tadi aku tidak bisa tidur, rasanya ada yang aneh."

"Mungkin bunda banyak pikiran aja. Bunda mau aku antarkan ke SPA?" Ucap Andara menawarkan diri.

Raina menggeleng bukan itu yang dia rasakan. "Andaira kamu ada telponan dengan Kara?"

Andaira berpikir "hmm..keknya udah 3 hari yang lalu. Emang kenapa Bun?"

"Dia seperti lebih jauh."

"Dia kan memang berada di Indonesia jauh dari kita. Kalau kamu memang kepikiran, nanti akan ku coba telpon anak itu." Ucap Annasar menenangkan. Raina mengangguk.

***

"Makanlah." Ucap wanita paruh baya ini mempersilahkan Kara untuk mencoba teoppoki buatnya. Kara memakannya.

"Aku membuatnya ekstra pedas." ucapnya kembali.

"Uhuk..uhuk..uhuk.."

Kara tersentak karena makannya benar-benar pedas.

"Eh kenapa? Ini minum dulu." Ucapnya memberi Kara gelas.

"Eomma, kenapa membuatnya pedas? kan aku sudah bilang dia gak bisa makanan pedas!" omel Doyoung.

"Ah jinjja? Ah mianhae. Aah aku membuat anak orang tersedak."

Ah jinjja? (Ah benarkah?)

"Gwencana. Jinjja gwencana" Kara tidak mempersalahkan hal ini.

"Aku akan mengambil yang baru." ucapnya lalu pergi ke dapur.

"Ah eomma ku memang seperti itu. Gwencana?" Tanya Doyoung.

"Nee" Kara mengangguk.

Kara melahap teoppoki yang telah disiapkan ibunya Doyoung kepadanya tentunya dengan rasa yang tidak pedas.

"Kalau kamu mau makan lagi, datang aja langsung kesini." Kara mengangguk mengiyakan.

"Eomma senang Doyoung membawa temannya kesini, ia jarang sekali menceritakan teman-temannya."
Kara menatap Doyoung.

"Eomma, kenapa jadi membicarakan hal seperti ini?!" omel Doyoung.

"Kenapa? Dia temanmu, dia juga berhak tau tentang kamu!" Omel balik ibunya.  Doyoung terdiam.

"Gwencana Eommanim, Aku mengerti privasi." Ucap Kara.

Ibunya Doyoung tersenyum, "Kalian habiskan lah, eomma mau ke dapur dulu."

***

Seminggu telah berlalu....

Kara dan Doyoung menunjukkan atraksi mereka di depan pelatih dan trainee lainnya sebelum besok mereka menampilkannya langsung kepada Kim Dong-Yul selaku pelatih utama sekaligus yang memberikan mereka nilai.

"Stop..stop..stop!" Bentak pelatih memberhentikan mereka.

"Apa kalian akan menunjukkan seperti ini besok?!"

Kara dan Doyoung terdiam. Mereka saling melirik satu sama lain.

"Doyoung-ah apa kamu akan menunjukkan gerakan ini?"

"Nee."

"Kara?" Tanya pelatih itu meminta pendapatnya.

"Nee, kami sudah berlatih semaksimal mungkin." Jawab Kara.

"Semaksimal mungkin?!"  Pelatih tersenyum meremehkan mendengar jawaban Kara.

"Kalian liat apa kesalahan mereka?" Tanyanya kepada trainee lainnya.

"Mereka seperti dikejar musik." jawab salah satu trainee.

Suasana disana menjadi menegang Doyoung menghelakan nafasnya ia menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.

"Terimakasih atas koreksinya, kami akan berlatih lebih keras." Kara menegakkan kepalanya menatap semua orang dengan percaya diri.

"Doyoung coba kamu lakukan sendiri." Pinta pelatih.

Doyoung kaget tiba-tiba namanya dipanggil, "Saya?"

.
.
.
.

Askara

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Askara

.
.
.

To be continued

I'm an idol {Telah Terbit}Donde viven las historias. Descúbrelo ahora