Setelah makan satu brownies dan minum segelas air gue balik lagi ke kamar. Hidup gue berjalan suram. Kerjaan gue cuma nangis, makan, tidur. Gitu terus secara berulang. Gue ngga keluar dari apartemen sama sekali.

Gue rasanya juga mati rasa. Gue gabisa ngerasain emosi apapun lagi. Semuanya hambar. Hidup gue gak berarti.

Gue berjalan menuju balkon. Berhenti disana dan natap pemandangan didepan gue. Kalau gue lompat, pasti mati kan ya?

Gue rasa mati adalah keputusan terbaik daripada harus hidup begini. Gue capek dengan segala kesedihan yang gue rasain.

Gue menutup mata. Membayangkan wajah kedua orangtua gue.

"Maaf Ayah, bmBunda... Chaera gak bisa bertahan lagi."

Gue bersiap melompat tapi gak jadi karena ada sebuah tangan melingkar di perut gue.

"Ra, jangan. Jangan bunuh diri." Katanya sambil sedikit menyeret gue mundur.

"Kak, hidupku gak ada artinya lagi. Sebelumnya aku bertahan hidup demi anak aku. Tapi dia udah gak ada. Aku hidup buat siapa, Kak? Kak, tolong aku mau pergi aja. Aku mau pergi..."

"No, I'll never let you go. Ra, adek gak akan suka lihat bundanya begini." Kak Jeongin nyenderin kepalanya ke bahu gue sambil nangis.

"Kak aku gak kuat hidup kaya gini."

"Kamu gak sendiri, ada aku juga kelurga kamu. Ayo kita lewati semua ini sama sama. Pikirkan gimana hancurnya perasaan Tante Jisoo dan Om Seokjin kalau kamu sampe bunuh diri. Jangan ya."

Sekali lagi dia menyelamatkan gue. Sekali lagi dia menjadi malaikat penyelamat yang selalu hadir untuk gue.

Badan gue lemes rasanya. Hingga akhirnya gue pingsan di pelukan Kak Jeongin.

•••

"Chaera dimana?" Tanya Sakura.

"Oh, Dokter Sakura. Chaera ada di kamarnya."

Setelah ngelihat kondisi Chaera yang makin hari makin memburuk, Jisung sama Chaewon minta ke Minho buat ngajakin Sakura ke apartemen. Sakura ini psikiater.

Sakura memutuskan buat segera masuk ke dalam kamar kemudian nutup kembali. Dia mau meriksa keadaan Chaera dulu.

"Gimana keadaannya Sung?" Tanya Minho sambil gendong Minwoo yang lagi tidur.

"Saya gak tau lagi harus ngomong kaya gimana, Pak. Dia sangat sangat kacau. Berkali kali dia melakukan percobaan bunuh diri. Mulai dari bikin barcode di tangannya pake cutter, gak mau makan, bahkan tadi dia hampir lompat dari gedung apartemen ini. Saya bingung harus gimana, Pak." Jawab Jisung.

Minho memahami kondisi Chaera saat ini. Kasian juga karena Chaera masih muda banget tapi harus ngerasain hal semenyakitkan ini.

"Sung, saya titip anak saya sebentar ya? Saya mau ke apartemen Chan dulu."

"Yah Pak, saya gak bisa ngurus anak kecil. Nanti kalo nangis bingung saya."

"Kan dia tidur, Sung. Gak akan nangis. Kalau nangis kamu panggil bundanya atau Chaera aja."

"Yaudah deh Pak. Jangan lama lama ya."

Minho kemudian ninggalin Jisung sama Minwoo. Dia pengen ketemu Chan. Pengen banget Minho ngebunuh Chan sekarang juga, tapi ya gak mungkin.

Setelah mencet bel hampir tiga kali, akhirnya pintu terbuka. Nampakin kondisi Chan yang lagi berantakan banget. Minho masuk kemudian nutup pintunya.

"Gimana, Min?" Tanya Chan

"Apanya yang gimana?"

"Kondisinya."

"Oh, masih pengen tau? Kirain udah engga karena fokus sama rencana nikah."

Chan ngehela nafasnya pelan. Saat ini Minho lagi dalam mode galak yang kalo disenggol dikit udah kaya maung. Kata kata yang keluar dari mulut Minho pun pedesnya ngalahin pedesnya kalimat mamak mamak kalo lagi gibah. Jadi ya, Chan gak berani nanya lebih lanjut.

"Sampe kapan sih mau kaya gini, Chan? Gak capek lo?" Tanya Minho.

"Sebentar lagi. Sebentar lagi semuanya selesai, Min. Untuk saat ini gue minta tolong sama lo buat jagain dia."

"Dia udah punya malaikat penjaga nya sendiri. Gue rasa malaikat penjaganya jauh lebih cocok sama dia dibanding sama lo. Mending lepasin deh, daripada begini terus. Kasian juga Chaera yang harus ngikutin alur sampe akhirnya stress yang berpotensi jadi depresi."

"Depresi?"

Minho mengehela nafasnya pelan. Duh, pengen banget nimpuk Chan pake palunya Thor. Lelet banget otaknya naudzubilah.

"Jisung minta tolong ke Sakura buat meriksa kondisi kejiwaan Chaera. Jisung bilang Chaera berkali kali ngelakuin percobaan bunuh diri. Bahkan tadi hampir lompat dari gedung. Lo yang berulah, Chaera yang kena imbasnya."

Chan kaget bukan main. Astaga, ternyata separah itu kondisi Chaera saat ini. Kedua tangan Chan mengepal erat, dadanya bergemuruh.

Tolong tunggu sebentar lagi, semua akan segera berakhir, Ra. —chan

—tbc

Aku udah kasih beberapa clue loh disini, yuk main tebak tebakan yuk (◠‿◕)

Marriage Life || Bangchan ✓Where stories live. Discover now