Yelina menundukkan kepala. Jujur saja, dia bingung dengan perasaannya saat ini.

"Jawab pertanyaan gue, Elin!" Satu tangan Ares menyentuh dagu Yelina membuat wanita itu mendongak padanya.

"Gue—  " Yelina menggigit bibir bawahnya.

"Gue apa?" tanya Ares tak sabar.

"Gue... gue ngga ada rasa lagi sama lo. Gue nggak cinta sama lo." Yelina memberanikan diri menatap kedua bola mata Ares untuk meyakinkan pria itu.

Ares melepaskan tangannya dari wajah Yelina. Dia tertawa sumbang. "Nggak cinta, ya? Ooh... cuma gue yang cinta sendiran saat ini? Miris banget gue!"

Ragu, Yelina menyentuh bahu Ares.

"Gue akui, gue pernah cinta banget sama lo, Res. Tapi itu dulu. Sekarang, hati gue udah dimiliki laki-laki lain. Gue harap, lo mau menerima kenyataan ini. Gue udah mau menikah. Tolong, jangan ganggu gue lagi."

"Gue yakin, suatu saat lo akan nemuin pasangan yang tepat."

Ares sama sekali tak yakin dengan perkataan Yelina. Dari dulu, dia tak pernah serius berhubungan dengan wanita mana pun. Dan untuk teman hidup, dia hanya butuh wanita yang ada di sampingnya ini. Tak ingin yang lain. Memang untuk saat ini, Ares belum siap mental untuk menikah. Karena menikah bukan hanya sekedar karena sudah mapan dan umur yang sudah menginjak dewasa saja. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum menikah. Seperti halnya Ares, dia masih trauma dengan pernikahan orang tuanya yang berujung pada kehancuran.

Ares menoleh pada Yelina yang ikut duduk di sebelahnya. Ditatapnya wanita itu lekat. Apa ini adalah terakhir kalinya mereka bersama sebelum Yelina menikah? Mengingat pernikahan wanita itu yang tinggal 10 hari lagi.

Persetan dengan calon istri orang, Ares ingin menikmati hari terakhirnya bersama Yelina malam ini. Itu lah yang ada di pikiran Ares malam ini.
Ares memiringkan badannya, lalu memajukan wajahnya sehingga hidungnya bersentuhan dengan hidung Yelina.

"Oke, gue akan mundur. Tapi, let me kiss you first!"

Tanpa menunggu jawaban Yelina, Ares mencium bibir wanita itu.

Ciuman lembut dari Ares sama sekali tak ditolak oleh Yelina. Sahabatnya itu telah mencuri ciuman pertamanya. Padahal, Yelina selama menjaganya selama ini untuk diberikan kepada suaminya kelak.

Namun, entah kenapa, dia malah tidak menolak ciuman dari pria itu.

Senang tak ada penolakan dari Yelina, Ares semakin menjadi-jadi. Dia memperdalam ciuman mereka. Sempat melepasnya sebentar, sebelum kembali memagut bibir manis Yelina.

Yelina yang seolah menikmati ciuman Ares, membiarkan ketika ciuman Ares sudah turun ke bagian lehernya. Dia melenguh, bahkan menekan tengkuk pria itu agar menciuminya lebih dalam.
Ketika mereka sama-sama sudah topless, tiba-tiba ponsel Yelina berbunyi. Dari tadi sudah berbunyi terus, namun kali ini, Yelina tersentak. Seketika, dia sadar dengan apa yang telah dilakukannya. Ini salah. Tak seharusnya dia bercumbu dengan sahabatnya sendiri di saat dia sudah ingin menikah. Buru-buru, Yelina menarik selimut untuk menutupi bagian tubuhya yang terbuka.

"Hei, kenapa, Sayang?" tanya Ares heran dengan Yelina yang mendadak menarik selimut. Padahal, mereka sudah sampai sejauh ini. Dan tak ada penolakan sama sekali dari Yelina. Wanita itu tampak menikmati setiap sentuhan dari Ares.

"Ini salah, Res. Nggak seharusnya kita begini," ujar Yelina mulai terisak.

“Kamu barusan menikmatinya, Sayang.”  Satu tangan Ares membelai pipi Yelina, “Ayo, kita lanjut lagi!”

Yelina menggelengkan cepat.

"G-gue ma-u pulang."

Ares mengacak rambutnya frustasi. Padahal, dia baru saja merasa sangat senang akan reaksi Yelina ketika dia mencumbui tiap jengkal tubuh wanita itu. Ares pikir, pernikahan Yelina bisa saja batal jika dia telah memiliki wanita itu seutuhnya. Sial, apa yang membuat Yelina berubah pikiran? Ares rasanya ingin berteriak.

Ares memejamkan matanya sejenak, lalu membukanya perlahan.

"Oke, gue antar." Ares sadar jika dirinya salah, melakukan hal ini untuk mendapatkan Yelina. Dia meraih Yelina ke dalam dekapannya. "Maaf buat yang baru saja kita lakuin."

Sebelum turun ke lobi, Yelina mengabari Arya jika dia terpaksa mengantar salah satu temannya yang sakit perut karena datang bulan. Untung saja, Arya mengerti dan percaya akan kata-katanya. Syukurlah. Yelina merasa sangat bersalah pada Arya. Pria itu begitu pengertian dan baik padanya. Namun, malam ini, dia malah berkhianat dengan bercumbu dengan sahabatnya sendiri.

Tbc...





Someone Who Came From the Past (TAMAT) Onde histórias criam vida. Descubra agora