40. Dibawah Rintikan Hujan

Start from the beginning
                                    

"Sya, lo harus balik lagi kedalam! Jelasin pada semuanya kalo ucapan lo tadi itu bohong!" titah Arka dengan napas memburu.

Asya menyentak genggaman tangan pria yang berstatus suaminya itu. "Nggak akan pernah."

"Asya lo mau Naira dicap sebagai perusak rumah tangga orang!"

"EMANG BUKTINYA DIA PERUSAK, ARKA." Asya berteriak keras bersamaan dengan itu mengalirnya buliran cairan bening di pelupuk matanya.

"Yang harusnya dicap perusak itu lo bukan Naira, Sialan."

Urat-urat di leher cowok itu menonjol, menandakan bahwa ia sedang berada di ambang batas kesabaran. Arka mengepalkan tangannya dengan kuat. Ingin rasanya ia memukul sesuatu saat ini juga.

"Lo itu perusak, Sya. Gue benci sama lo, kenapa lo nggak mati aja sih waktu itu."

"A-apa?"

Asya mendongak menatap wajah suaminya yang sudah memerah itu. Gadis itu hanya bisa tersenyum pedih. Kenapa juga ia selamat dari kejadian waktu itu? Waktu dimana ia masih berada di bangku SMP. Asya ingat betul kejadiannya, waktu itu ia baru saja pulang dari pasca memutuskan hubungannya dengan Vano- mantan Naira. Saat itu Asya ingin bunuh diri ditengah tengah jalan raya, hingga akhirnya sebuah mobil melaju dengan kencang tapi hal yang tidak terduga terjadi, Zidan menyelamatkannya dan pada akhirnya benturan keras terjadi di kepala kakak laki-laki nya itu hingga sekarang masih berada di rumah sakit Singapura.

Asya menyekat air matanya yang mengalir deras hingga membasahi pipinya. "Kalo gitu bunuh aja gue, Ka! Asal lo tahu gue juga nggak mau hidup setelah orang tua gue pergi ninggalin gue."

Asya terdiam dengan rahang mengeras.

"Bunuh gue, Ka!" Pinta gadis itu lagi.

Asya memukul kepalanya saat bayang bayangan kejahatannya waktu dulu melintas begitu saja. Asya akui dirinya yang dulu memang buruk. Dari membully adik kelas, berantem dengan senior, membolos di setiap pelajaran, tak heran daftar namanya banyak terdapat tinta merah dibuku catatan guru BK.

"Bunuh, Ka. Lo pernah bilang gue benalu didalam kehidupan lo 'kan?" kata Asya sambil meremas gaunnya. "Bunuh benalu ini sekarang!"

"Lo ngomong apa sih, anj."

"BUNUH GUE, KA!"

"Nggak waras lo."

"Kalo iya kenapa? Bunuh gue kalo itu buat hidup lo tenang. Setelah bunuh gue hidup lo bebas, apa lagi buat resmikan hubungan lo sama Naira!"

"Banyak drama hidup lo! Lo pikir gue bakal kasihan liat lo gitu, hah!?" bentak Arka. "Kalau mau mati tinggal lakuin aja waktu dulu."

Napas keduanya saling memburu dengan sorot mata sama sama terluka. Asya memalingkan wajahnya dan merasakan rintik rintikan hujan membasahi tubuhnya. Malam ini hujan turun disertai petir. Mungkin alam juga merasakan betapa pedihnya hubungan mereka.

Sekujur tubuh Asya dan Arka sudah basah kuyup. Tapi, keduanya masih belum ada tanda-tanda untuk pergi atau sekedar mencari tempat berteduh.

Tak lama kemudian Arsen datang membawa payung lalu menghampiri kedua remaja tersebut. Arsen menghela napas lalu menarik tangan Asya kebelakang nya.

"Asya lo bilang sama gue! Lo diapain sama bajingan itu!" tunjuk Arsen pada Arka.

Gadis itu hanya terdiam dibelakang Arsen lalu menggeleng dengan pelan. Sementara Arka berdecih.

"Sya, jawab aja! Lo nggak usah takut, ada gue disini!"

"Nggak Sen."

Arsen menghembus napas panjang lalu beralih ke arah kembarannya itu. Sorot mata Arsen yang tadinya hangat kini berganti dengan sorot mata tajamnya. Kenapa ia memiliki kembaran seperti Arka yang brengsek seperti ini? Sungguh Arsen malu. Sifat Arka sungguh sangat kekanak-kanakan. Selain brengsek Arka juga pengecut.

Perlu diketahui Arka itu mempunyai tempramental yang sangat buruk. Suasana hati kembarannya itu sering berubah-ubah.

"Lo masih marah sama Asya? Pasca kejadian diBandung atau lo masih belum terima kenyataan kalo lo udah nikah sama gadis yang lo benci selama ini, Arka?" tanya Arsen membuat Arka terdiam.

Kedua remaja bermarga Pradipta itu sama sama saling bertatapan. Hujan semakin deras hingga membuat suasana semangkin dingin. Sementara Asya yang berada di belakang Arsen itu hanya terdiam lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar.

"Lo nggak berhak tau soal itu!" desis Arka setelah sekian detik terdiam.

Arsen terkekeh lalu mengangkat satu alisnya. "Lo kapan ubah sifat kanak-kanak lo itu sih, Arka?" bentak Arsen kesal. Untuk pertama kalinya cowok itu membentak Arka dengan suara yang nyaring.

Arka mendengus. "Lo juga kapan berubah untuk tidak ikut campur dalam urusan gue!" balas Arka dengan tak kalah nyaring.

"Sen udah! Mending kita pulang!?"

"Diam, Sya!"

"Arsen please! Gue udah kedinginan dari tadi!" ujar Asya dengan jujur. Tubuhnya sudah menggigil lantaran hujan semakin bertambah deras.

"Gue mau ulangi perjanjian kita dulu! Kalo lo mau bersenang senang sama jalang lo itu maka...."

"Talak Asya sekarang!" ujar Arsen dengan sekali tarikan napas.

"Nggak Arsen!!!"

~~~

Siapa nih tebakannya benar??

Dikit gpppkan🤗🥺

Ada pesan

Arka?

Asya?

Arsen?

Bara,Liam, Satria?

Naira?

Spam next part

ARKASYA ( REVISI )Where stories live. Discover now