PART 21. SEMBUNYI-SEMBUNYI

Start from the beginning
                                    

“Bodo amat Rin! Sono lo jauh-jauh.” Eza berbalik kembali meninggalkan Aurin.

“Bidi imit Rin, Hahahahahah” Aurin tertawa lalu berlari menyusul Eza yang kini tampak beberapa kali menendang angin melampiaskan kekesalannya.

“OPPA SUGIONO KIYOWOO,” teriak Aurin meledek.

Sementara tak jauh dari tempat Eza dan Aurin, ada cowok yang sedari tadi memantau pergerakan keduanya dengan tatapan tak percaya sekaligus gemas bukan main. Gilang, si detektif ahli percintaan.

Cowok itu tengah duduk ditukang bakso ditemani dua cewek disamping kanan dan kirinya.

Gilang mengumpati Eza dalam hati dengan berbagai nama binatang. Ia tidak pernah menyangka, sahabatnya itu akan sama bodohnya dengan Althar masalah percintaan.  Hingga beberapa detik kemudian..

Byuurr!

Gilang disiram dua gelas es teh manis oleh Amey dan Caca secara berbarengan.

Amey menatap sinis Gilang, “Ternyata lo belum berubah ya Lang, masih tetap sama..”

“BUAYA!” ujar Amey dan Caca kompak lalu berlalu pergi meninggalkan Gilang yang sudah basah kuyup akibat ulah keduanya.

Gilang mengelap wajahnya yang melas dengan tisu “Gara-gara si kolor prozen nih,” gerutunya.

Gilang yang datang ke taman hiburan bersama Amey untuk diam-diam memantau Eza rupanya malah tidak sengaja bertemu dengan Caca. Dan sialnya lagi ternyata Amey dan Caca adalah teman dekat! Shit! Dia salah mencari mangsa.

“Tenang aja, masih ada 17 calon lagi.” Gilang nyengir tanpa dosa lalu berlari gembira menuju motornya sebelum akhirnya ikut jatuh terpeleset akibat menginjak kulit pisang yang Aurin injak tadi.

“EZAQUEEELL!!!” pekik Gilang merasa sial karena Eza malam ini.

***

Angin sepoi-sepoi menerbangkan rambut Aurin. Cewek dengan hoodie kebesaran milik Eza yang masih melekat ditubuhnya itu tengah duduk diatas motor milik Eza untuk pulang kerumah. Keduanya hanya diam dengan isi pikiran yang berbeda-beda.

“Eza lo tau perbedaan lo sama petir gak?” tanya Aurin random.

“Gue manusia, kalau petir menurut batasan fisika artinya bunga api raksasa antara dua massa dengan medan listrik yang berbeda,” jawab Eza malas-malasan sembari fokus mengendari motor.

Aurin mengangguk saja, ia hanya gabut.
“Kalau perbedaaan lo sama gue?”

“Gue pinter lo bego,” jawab Eza singkat, padat, jelas.

Aurin mengangguk lagi dengan polos, cowok itu tidak salah, 100% benar.

“Itu mah udah jelas, selain itu Za?” tanya Aurin sedikit memajukan tubuhnya kedepan ingin mendengar jawaban Eza.

“Gue cinta, lo ngga.”

“Sela.. HAH APAAAA!” Aurin tiba-tiba berteriak sangat keras membuat pengendara lain menoleh pada keduanya.

Eza malas menjawab, ia lebih nyaman diam sepanjang perjalanan.

Tak berselang lama, motor Eza tiba didepan rumah Aurin pukul 21:50 WIB, ia sudah berjanji kepada orangtua Aurin untuk tidak pulang lebih dari jam 10 malam. Saat Aurin turun dari motornya lalu melepas hoodie miliknya, Eza hanya memperhatikannya lekat tanpa mengatakan apa-apa.

“Kenapa?” tanya Aurin mengerjap seraya mengembalikan Hoodie milik Eza.

Eza menggeleng.

EZAQUEL [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now