Calon Mantan 5

2.8K 187 5
                                    

"Heheem ... heheheem ...."

Beryl memejamkan mata, berbaring di ranjang kamarnya menikmati alunan musik klasik dari ponselnya. Di balik emosinya yang meledak-ledak, dia sangat menyukai ketenangan seperti musik klasik yang membawanya menuju atmosfer yang menyenangkan.

Perlahan Beryl membuka mata karena suara musik itu berganti menjadi getaran dering ponsel. Dia menoleh meraih ponselnya yang ada di nakas, menatap layar itu cukup lama hingga getaran itu mati. Beberapa detik kemudian ponselnya kembali bergetar, tetapi dia masih mengabaikannya, malah meletakkan ponsel itu di bantal.

Beryl bangkit dari ranjang, berjalan perlahan menuju jendela yang sengaja dibuka lebar-lebar. Terlihat kamar di rumah sebrang masih terang dengan jendela terbuka menampakkan seorang perempuan yang juga tengah tersenyum menatapnya.

"Cantik, ya? Lebih cantik dari selingkuhan atau calon mantan?"

Hampir saja Beryl lompat dari jendela mendengar suara lain di kamarnya. "Gue kira tuyul lo. Ngagetin aja!" kesalnya lalu menutup jendela itu rapat-rapat tidak membiarkan Kenzo melihat lebih.

Anak tuyul tidak boleh lirik-lirik cewek cantik.

"Abisnya gue panggil-panggil dari tadi, tapi lo nggak denger. Ya udah gue masuk aja mumpung pintunya nggak ditutup." Kenzo meringis memperlihatkan deretan gigi gripisnya.

Beryl melirik pintu kamarnya, perasaan tadi sudah ditutup.

"Mau ngapain? Pergi nggak!" teriaknya sembari menunjuk ke arah pintu ketika bocah itu malah berbaring di ranjangnya, menautkan tangannya sebagai bantal, menatap langit-langit.

"Jangan marah-marah mulu napa. Nggak tau apa Pakde Tomo yang rumahnya deket pangkalan ojek itu mati gara-gara darah tinggi, serangan jantung terus mati," oceh bocah itu berusaha menasehati Beryl dengan cara anti mainstream.

Beryl berdecak mendengar perkataan Kenzo membuatnya teringat sosok Pakde Tomo yang dulu pernah berniat menjadikan ibunya Kenzo sebagai istri kedua. Waktu itu Kenzo belum lahir saat berita itu heboh.

Beryl menggeleng, mengenyahkan ingatan itu lalu kembali pada kenyataan.

"Dia matinya karena serangan jantung, bego! Bukan karena marah-marah," sungutnya.

"Dia abis marah-marah, terus kena serangan jantung. Sama aja!"

Beryl mendesis sinis dengan mata melirik tajam ke arah Kenzo, dia berjalan ke arah meja belajarnya. "Ngomong-ngomong, ngapain lo ke sini? Tumben, jangan bilang mau ambil duit yang tadi pagi," katanya melirik curiga. "Barang yang udah dikasih, nggak boleh diambil lagi!"

Kenzo melirik Beryl sekilas, menggigit bibir bawahnya lalu tiba-tiba duduk membuat Beryl mengerjab bingung.

"Kenapa, sih?!" teriak Beryl tidak tahan melihat tingkah Kenzo yang mencurigakan.

"Bang, besok harusnya gue latihan karate," ucap Kenzo menggantung. Beryl menaikkan sebelah alisnya, menatap lekat bocah itu. "Tapi, anak kelas lima dari komplek sebelah nantangin balapan sepeda."

"Terus?"

"Gue nggak mau. Tapi, gue takut dicegat di jalan kayak waktu itu," cicit Kenzo.

Beryl mengendurkan otot-ototnya yang sempat menegang, memberikan tatapan malas lalu berkata, "Mana ada anak kelas dua SD mikirin balapan sepeda segala kalau emang dasar anaknya nggak badung!"

"Jangan gitu dong, Bang. Gue cuma mau minta perlindungan, lo 'kan jago berantem. Secara, temen lo aja keren-keren semua, apalagi bang Draka itu," celoteh Kenzo terkagum-kagum dengan teman Beryl yang satu itu.

"Ya udah, minta perlindungan sama dia aja kalau gitu! Ngapain sibuk dateng ke sini!"

"Mana bisa! Gue nggak kenal!"

Calon MantanWhere stories live. Discover now