Calon Mantan 2

3.6K 248 6
                                    

"Ryl, lo tega banget! Gue udah kek pelacur tau gak!" maki Luna yang tidak bisa berhenti mengumpati Beryl sepanjang perjalanan.

Beryl melihat tampilan Luna dari atas hingga bawah lalu tersenyum puas.

Tadinya dia merasa bosan dengan outfit yang selalu dikenakan Luna, pacarnya itu jarang sekali tampil feminim. Dan sekarang, Luna terlihat sangat cantik, anggun dan seksi dengan rambut tergerai menggunakan dress yang dia pilih. Dress lengan panjang warna putih dengan aksen bunga berwarna pink di lingkar perut dan pergelangan tangannya.

"Lo keliatan cantik kok. Cocok pake baju itu."

Luna melotot. "Kalau masalah cantik emang udah dari lahir. Tapi, gue nggak mau pakai dress pendek gini! Berasa telanjang tau nggak?!" Tangannya menarik-narik ujung dress-nya berharap dress itu bisa menutupi semua pahanya. Walau tidak ketat, tapi Luna tetap merasa tidak nyaman karena menurutnya terlalu pendek.

"Ck ... nggak usah lebay deh!" decak Beryl lalu menarik tangan Luna untuk masuk ke cafe tempatnya akan bertemu dengan orang yang katanya selingkuhan itu.

Luna mendadak menghentikan langkahnya, membuat Beryl terpaksa berhenti lalu menoleh.

"Kenapa, sih?!"

"Lo aja deh yang masuk. Gue tunggu di mobil."

"Nggak! Lo harus ikut!"

"Pikir dong, Ryl. Masa iya, di sana gue cuma liatin lo selingkuh. Di mana harga diri gue sebagai pacar lo?" tanya Luna dramatis.

Sebenarnya dia tidak masalah jika Beryl selingkuh. Toh mereka pacaran bukan berdasarkan cinta. Lebih tepatnya Luna yang merasa tidak mencintai Beryl. Akan tetapi, kalau dipikir-pikir lagi agak ngenes melihat secara sadar pacar sendiri selingkuh di depan mata.

Walaupun klaimnya tidak cinta, hati kecil mana bisa bohong. Ada perih-perihnya sedikit.

Kalau Beryl, tidak usah ditanya lagi. Rasa cintanya pada Luna melebihi besarnya alam semesta. Maka dari itu dia berani melakukan segala cara untuk mendapatkan Luna. Ya, walaupun harus mengancam dan memanipulasi orang tuanya sendiri.

Sah-sah aja, dong. Namanya juga usaha. Katanya, usaha tidak akan menghianati hasil.

"Kalo lo nggak mau ikut, gue umumin kalau ..."

Luna melotot tidak mau Beryl melanjutkan kata-katanya. Jujur saja, dia muak mendengarnya meneriakkan kalimat yang sama untuk mengancamnya. "Oke!" jawabnya cepat.

“Nggak ada ancaman lain apa? Kurang ide banget!" dumel Luna menyentakkan tangan Beryl hingga tautannya terlepas lalu berjalan dengan cepat masuk ke dalam cafe sambil celingak-celinguk mencari keberadaan si pelakor yang membuat harga dirinya lumpuh total itu.

Awas aja lo, pelakor. Gue tunjukin siapa Aluna Tanuhardja sebenarnya. Batin Luna setelah menemukan orang yang dia cari.

"Sorry, gue kelamaan ya? Tadi nunggu pacar dulu, dia dandannya lama kek bencong lampu merah. Harus pakai minyak rambut dulu, parfum, terus pake acara nyemir sepatu biar kinclong. Rempong deh pokoknya!" cerocos Luna panjang lebar sok akrab sembari menarik kursi dan duduk di hadapan seorang wanita yang hanya sekedar dia tau itu.

Wanita itu mengrenyit bingung, menatap Luna sedikit- aneh? "Maaf, mungkin kamu salah orang. Aku lagi nungu pacarku-"

Belum selesai wanita itu berbicara Luna sudah memotong. "Beryl, kan?" tanyanya tepat sasaran karena wanita itu mengangguk polos. "Tadi gue kesini sama dia," lanjutnya, dan dengan tidak tau malunya Luna menyeruput kopi yang tersaji di meja hadapannya.

Tidak sampai disitu, selang beberapa detik setelah luna meletakan cangkir kopi itu, Luna kembali meraihnya.

Wanita itu mengangkat tangan ingin mencegah Luna yang hendak meminum kopi itu lagi. Namun tangannya hanya menggantung di udara, suaranya tercekat tidak mampu keluar karena kopi itu sudah diteguk habis

Calon MantanWhere stories live. Discover now