"Oh udah dateng." Fairy menutup buku, ia naik ke dalam bus tanpa melihat siapa orang yang sudah menyadarkan Fairy dari imajinasinya sendiri.

Fairy duduk. Tak hanya jalanan kota yang lengang, bus kota juga sore ini nampak sepi tidak ada orang lain kecuali dirinya dan satu lagi orang yang menepuk pundak Fairy mulai masuk ke dalam bus.

Laki-laki itu duduk di dekat Fairy, tubuhnya masih terlihat besar meski sudah duduk, Fairy menoleh ke arahnya, ia kaget ternyata laki-laki yang ada di sebrang jalan kini ada di sisinya. Fairy tersenyum pada laki-laki itu, Fairy juga mengucapkan terimakasih kepadanya karena telah menyadarkan Fairy.

Fairy mulai mengedarkan pandangannya ke arah yang lain, ia sangat menikmati suasana sore ini yang sangat tenang menurut Fairy, ia kembali berkhayal jika saja ia bersama pasangan mungkin sore ini akan menjadi sore yang romantis bagi mereka berdua.

Fairy jadi teringat akan suatu hal, ia pernah menyatakan perasaannya pada seseorang yang sangat populer di sekolah-nya, karena Fairy terlalu terburu-buru membuat laki-laki itu merasa risih terhadap Fairy terlebih Fairy hanya seorang gadis biasa ketimbang dengan gadis-gadis yang menyatakan perasaannya sewaktu mereka masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Fairy jadi geli sendiri membayangkan hal itu, semenjak cintanya ditolak kini Fairy beralih ke novel, mungkin hanya novel yang membuat dirinya jadi lebih bahagia walau terkadang alur dari novel itu selalu membuat Fairy tegang tapi ujungnya selalu membuat Fairy senang.

Dari pada membayangkan kejadian yang memalukan itu, Fairy lebih baik mendengarkan musik dari ponselnya, setidaknya bayang-bayang masa lalunya itu bisa hilang sesaat. kejadian memalukan itu harus dihilangkan dari pikiran Fairy. Niat Fairy mendengarkan musik lewat earphone ia urungkan ketika ia melihat di depan sudah terlihat Toko buku.

"Pak, di sini." Fairy bangkit dari duduknya.

Fairy turun dari bus, tak hanya Fairy saja yang turun dari bus, laki-laki itu juga ternyata turun dari bus. Laki-laki itu turun setelah Fairy turun dari bus. Mungkin laki-laki itu tujuannya sama dengan Fairy pergi ke Toko buku. Tapi, ada hal yang sedikit aneh, kenapa tadi laki-laki itu menyebrangi arah yang salah? Apa dia sengaja memilih jalan yang jauh supaya sampai di depan halte bus?

Tak sengaja juga saat Fairy hendak masuk ke dalam Toko buku ia berpapasan dengan sosok laki-laki yang ada di masa lalunya. Laki-laki itu, laki-laki yang dulu Fairy tembak.

"Hai ...," Laki-laki itu menyapa Fairy.

"Yaaa ...," Fairy tidak berani menatap wajahnya.

Langkah Fairy terhenti, pundaknya di pegang oleh laki-laki itu, dia menatap wajah Fairy yang masih menunduk, sepertinya laki-laki itu ingat siapa Fairy.

"Kamu yang waktu itu?" Tanya nya.

"I–iya ...," Meski gugup Fairy harus menatap wajah laki-laki yang pernah ia tembak agar tak terlihat acuh pada orang lain. Perlahan wajah Fairy menengadah ke atas menatap wajah yang sedari tadi menatap Fairy.

"Gimana sudah punya pacar?" Pertanyaan itu membuat Fairy sedikit gelagapan menjawabnya.

Jantung Fairy berdegup kencang, ia bingung harus menjawab apa.

Seperti halnya dalam drama-drama per televisi-an, Pangeran penyelamat Fairy datang ke hadapan Fairy sehingga membuat Fairy tak segan-segan menghentikan langkah laki-laki tersebut tepat di depan laki-laki yang pernah Fairy tembak dulu.

"Dia pacar Fairy." Fairy menghampiri laki-laki yang tak ia kenali itu, ia terpaksa menggandeng tangan laki-laki tersebut agar laki-laki yang dulu Fairy tembak merasa percaya.

"Selera kamu bagus juga." Laki-laki yang Fairy tembak dulu mengangguk, ia sedikit tak percaya sebetulnya tapi melihat gadis itu begitu yakin dengan laki-laki di sampingnya membuat ia percaya dengan ucapan Fairy.

Little Boss [ Tahap Revisi ]Where stories live. Discover now