16

230 52 53
                                    

"Tujuan hidup."
.
.
.
.

Bali, 21 April 2019

Senja yang datang menyapa, debur ombak pantai yang terdengar berirama, serta burung camar yang kembali menyapa membuat senyumku terulas tipis.

"Dear senja, hari ini aku datang lagi. Ku titipkan sebersit rasa rindu padamu untuk seseorang yang mungkin tengah memandang langit yang sama." bisikku sambil terus menatap cahaya orange yang perlahan kembali ke peraduannya.

"Mbak, ngapain di situ?" tanya Ibu yang sudah melambaikan tangannya dari atas sepedah motor.

Aku tersenyum lembut, kemudian berdiri menghampiri ibu yang terlihat habis berbelanja di minimarket.

"Ngapain di situ sendirian? Nanti kalo di culik bule kan ibuk yang susah nyarinya." seloroh ibu sambi menyuruhku untuk naik ke jok belakang.

"Kangen rumah aja buk." ucapku jujur.

Aku merindukan suasana malang. Sepahit apapun duka yang pernah aku alami di sana, bagiku di sanalah tempat ternyaman dan segala kenangan hidupku terukir. Bali memang indah, segala sesuatunya tampak bebas dan mudah di sini. Namun tidak untukku.

"Kangen rumah atau Ranu?" tanya ibu dengan nada sindiran.

Senyumku terulas kecut. Sudah tujuh bulan lamanya kejadian itu berlalu. Namun ibu seakan masih belum bisa menerima Ranu dan segala kenangan buruk yang pernah terjadi padaku.

"Kangen rumah buk!" kilahku yang kemuidian meminta ibuk untuk menjalankan motornya.

Bisa ku dengar ibu mendecak. "Ya Allah sampe lupa, tadi tu Made Kendra ke rumah nyari Mbak." ucapan ibu membuat keningku mengerut.

"Ngapain buk?"

Ibuk terlihat melebarkan senyumnya. "Mau makasih katanya wes mau ngajarin Agni."

Perlahan helaan nafasku lepas begitu saja. "Kan sudah kewajiban Adhis buk, Agni murid Adhis jadi sudah sewajarnya, nggak ada yang istimewa buk." kataku menjelaskan. Tanganku perlahan mengangkat beberapa barang belanjaan ibuk.

Hingga seruan ibuk membuatku menoleh. Di sana Made Kendra tengah berdiri sambil membawa bebeerapa buah-buahan.

Jelas saja aku menangkap maksud ibuk. Namun aku memilih diam, memilih untuk berpura-pura tidak tahu. Jujur untuk membuka hati aku masih meragu untuk saat ini.

"Made Kendra ngapain repot-repot." seru ibu sambil menyuruh Made Kendra masuk.

Supervisor Ayah ini seorang duda beranak satu yang di tinggal meninggal istrinya delapan tahun yang lalu seusai melahirkan anak laki-lakinya, yaitu Agni

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Supervisor Ayah ini seorang duda beranak satu yang di tinggal meninggal istrinya delapan tahun yang lalu seusai melahirkan anak laki-lakinya, yaitu Agni.

Ibu tersenyum tipis memberi kode untukku agar segera masuk menemui laki-laki yang umurnya terpaut sepuluh tahun denganku itu.

Senyumku terulas tipis kala laki-laki ini memberi senyuman terlebih dahulu. "Ke datangan saya ke sini untuk berterimakasih kepada Miss Adhis karena sudah mau membantu Agni selama beberapa bulan ini. Sejak kedatangan Miss Adhis, nilai Agni yang sebelumnya turun, kini sudah bisa mendapatkan peringkat di kelas." ujar Made Kendra dengan senyuman tulus.

Titik Temu [ PROSES TERBIT ]Where stories live. Discover now